7

640 75 35
                                    

Kalau ada typo tandain, jangan lupa follow, vote dan komen 🤗

Happy reading !!


Suasana malam di rumah mewah nan megah itu tampak sepi dari luar, namun tampak hangat didalamnya, bagaikan keluarga penuh cinta hingga membuat siapa saja akan iri melihatnya. Namun tak ada yang tau.

Seseorang menghampiri, namun dengan ekspresi seperti biasanya, tak ada senyuman ramah, tak ada sapaan namun penuh dengan perhatian, tapi kelembutannya selalu menjadi sang pemenang dalam dirinya.

Mew..benar laki-laki bernama Mew ini, tengah membantu perempuan cantik nan imut.

"Phi...apa harimu menyenangkan?". Tanyanya dengan sapaan lembut, namun tangannyaa dengan lihai mengaduk masakan yang tengah ia masak.

Mew duduk dikursi meja makan, dengan meminum air putih yang tersedia dimeja, dirasa haus karena kelelahan membantu memotong-motong sayuran yang akan dimasak.

"Seperti biasa". Jawabnya tanpa minat.

Gadis itu hanya tersenyum manis, ia sudah biasa diperlakukan seperti itu, bahkan pertanyaannya jarang sekali di jawab.

"Tadaaammm!! Makanan sudah siap, cepat makan phi, selagi masih panas" kata gadis itu antusis.

Tanpa basa-basi Mew menerima makanan yang dialaskan oleh sang perempuan, hanya dentingan sendok yang terdengar. Hingga.

"Phi...",panggil si perempuan imut itu dengan ragu-ragu.

"Iya". Jawab Mew seaadanya.

"A--aku...ekemm..bolehkah, tidur denganmu?" Tanya dengan pelan, karena ia takut akan penolakan.

"Tentu, kau istriku". Jawabnya santai. Membuat siperempuan menyunggingkan senyum yang amat manis.

"Tapi aku juga minta satu permintaan, bolehkah?" Tanyanya dengan hati-hati. Membuat alis Mew terangakat sebelah, pertanda ia menanyakan apa yang siperempuan itu mau.

"Lee..". Panggil Mew dengan nada yang agak tegas.

Benar, perempuan itu bernama Lee Tanapon bermarga Suppasit, dia adalah istri dari Mew Suppasit, mereka telah menikah sudah lebih dari satu tahun. Sebenarnya pernikahan mereka bukan dasar perjodohan, namun bisa dikatakan juga demikian, karena Lee dan Mew hanya bertemu sekali, saat Mew akan mendaftar kuliah di University Thailand, namun pertemuan kedua Mew mengajak Lee berkenalan, setelah perkenalan Mew membawa Lee bertemu keluarga Mew, dan ternyata orang tua mereka telah menjodohkan Lee dan Mew sejak kecil. Sungguh takdir baik berpihak kepada Lee dan juga kedua belah pihak keluarga, namun tidak kepada Mew.

Alasan Lee bersedia dipersunting Mew, hanya sederhana Lee jatuh cinta saat pertama kali diajak berkenalan, sejak saat itu Lee menunjukan kalau ia benar- benar bersedia menikah dengan Mew, walaupun ada syarat didalamnya.

Setelah menikah, sikaf Mew terhadap Lee sangat berubah, ia tak lagi hangat, terkesan sangat cuek dan juga dingin. Namun Lee tak ambil pusing, karena lambat laun Mew akan sama mencintai dirinya seperti ia mencintai Mew.

Walaupun mereka satu atap, tapi tidur mereka terpisah. Mereka mempunyai kamar masing-masing yang telah diatur oleh Lee. Ya benar,  Lee perempuan itu sangat baik, ia paham kalau Mew tak bisa tidur dengannya.

Selama setahun menikah, mereka hanya pernah melakukan hubungan intim satu kali, itupun Lee yang memaksa karena ia terus-terusan di teror oleh sang mertua, untuk segera memiliki anak. Beruntung takdir baik masih berpihak kepada Lee, setelah masa subur, rahim Lee dibuahi oleh Mew dan akhirnya Lee hamil.

"Lee, asal kau tau, kau tak perlu meminta izin padaku, kau tinggal tidur saja. Namun kita tak bisa tidur satu ranjang, aku takut kau tak nyaman". Kata Mew, ia menolak namun terkesan sangat halus dan Lee sangat paham.

"Baiklah phi, tidak apa-apa, aku hanya ingin mencium aromamu saja, karena setiap kali aku membersihkan bajumu, mualku menghilang". Tawa Lee dengan getir, namun matanya mengisaratkan kalau ia sangat terluka. Tapi tak apa ini memang sudah jalannya.

"Kemarilah". Panggil Mew. Lee dengan pelan melangkahkan kakinya. Mew nerentangkan tangannya memeluk siperempuan berstatus istrinya ini. "Maafkan aku, aku tak bisa menjadi suami yang baik, maafkan aku juga aku belum bisa mencintaimu, namun sepertinya itu, tidak akan terjadi karena kau tau, aku tak menyukai perempuan". Terang Mew dengan mengelus-elus punggung Lee dengan lembut.

Bagaimana dengan Lee, atas perkataan Mew. Ia sungguh sakit ingin sekali berteriak namun ia tak bisa, air matanya mengalir deras namun buru-buru ia menghapusnya. Seakan tangisannya tak kunjung reda Lee berlari dengan cepat, sehingga membuat Mew menghembusakan nafas kasarnya, sambil memejamkan matanya. Mew sedang disituasi yang sulit. Dan orang lain tak akan paham.

***

Hubungan MewGulf sudah menginjak enam bulan, mereka sangat manis, bagaikan kembar siam yang tak terpisahkan, dimana ada Mew disitu ada Gulf. Begitulah.

"Mew, kau tak pernah mengajakku kerumahmu, padahal kau sering menginap di kostanku?". Kata Gulf  penasaran, karena setiap Gulf ingin berkunjung, Mew selalu beralasan, awalnya Gulf paham, namun setelah membaca cerita fiksi tentang pasangan seperti mereka, Gulf jadi berfikir apakah Mew, menyembunyikan sesuatu dari Gulf, seperti tentang dari keluarga mafia dan juga keluarga pembunuhan. Apakah Mew dari keluarga seperti itu? Tapi, Kalau untuk keluarga homophobic, Gulf rasa mereka bisa berpura-pura menjadi teman akrab, itu tidak akan ada yang curiga.

"Nanti saja ya...rumahku masih tahap renovasi". Bujuk Mew.

"Ya...ya..baiklah". Kata Gulf dengan nada pura-pura kecewa. Namun sebenarnya tidak berpura-pura Gulf memang kecewa, tapi sudahlah terserah Mew. Fikirnya.

Suara hujan sangat deras, pagi ini kota Bangkok diguyur hujan semalaman, banjir dimana-mana. Untung saja hari ini hari libur, orang-orang akan memilih berdiam diri dirumah, dan bergelut dengan selimut tebal mereka.

Namun tidak dengan sepasang kekasih ini, mereka tengah melakukan ritual panas yang bergairah, bahkan keringat bercucuran diseluruh tubuh mereka, tanpa sehelai benang, namun pendingin ruangan tetap menyala, seakan-akan alat itu tak berguna. Kerena tubuh mereka seperti bermandikan keringat, benar- benar alat tak berguna.

Akhh Mew/Gulf..

Pekikan dari kamar nomor 69, terdengar sangat nyaring, namun beruntung suara desahan dan jeritan tak terdengar, mungkin karena hujan deras, jadi orang-orang tak mendengar. MewGulf harus berterimaksih kepada hujan, karena telah menyelamatkan dari telinga-telinga tajam sekitarnya.

Nafas keduanya terengah-engah, lalu saling memandang satu sama lain. Pandangan mereka sangat dalam seperti mempertegas "kau miliku".

Mereka selesai dari aktifitasnya untuk segera tidur menjemput mimpinya.

Namun saat akan menutup mata, terdengar suara ponsel berdering pertanda ada orang disebrang sana sedang menghubngi.

Awalnya Gulf terlalu malas untuk bangun karena sang kekasih sudah terlelap terlebih dahulu, dan tubuh Gulf di dekap dengan sangat erat, menyulitkan untuk bangun. Namun suara ponsel sialan itu terus berdering, hingga membuat Gulf terbangun dan mencarinya.

Gulf mencari-cari ponsel yang berbunyi, dia tau kalau suara dari dering ponsel tersebut bukanlah milik dirinya, namun ia tak tega bila harus membangunkan Mew, terlihat dari hembusan nafas Mew kalau ia tengah terlelap.

"Brengsek!!..ck.."decakan kesal dan umpatan Gulf.

Gulf berhasil melepaskan diri, ia bangun ternyata ponselnya kembali mati, namun sebelum Gulf merebahkan tubuh kembali, ponsel Mew menyala kembali. Gulf buru-buru mengambilnya dengan kasar namun setelah itu Gulf mematung.





Lee 🖤 is calling...























Tbc..





Papay 😘😘

MewGulf (Forever Love) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang