Part 10 (Final)

0 1 0
                                    

"Lho, Samuel?" Kata ayah nya. "Kak, aku takut." Kata Samuel sambil berlindung di belakang Walter. "Kenapa, adik ku sayang?" Kata Walter. "Mereka adalah keluarga ku, yang sudah mengusir ku." Kata Samuel. "Sekarang kamu sudah memiliki sihir ya, Samuel?" Kata kakak nya. "Kalau begitu, boleh kami meminta sihir mu sedikit saja?" Kata ibu nya. "Tidak mau, kalian saja tidak mau memberikan sihir kalian, disaat aku tidak memiliki sihir seperti semua orang! Aku tidak mau, pergi sana!" Kata Samuel. "Maaf mengganggu, aku adalah Walter, salah satu penyihir di desa ini. Aku ingin bertanya, kenapa kalian ingin meminta sihir nya?" Kata Walter. "Kami baru saja mendapat hukuman dari kepala desa, dan sihir kami diambil sebagai tebusan nya." Kata ayah nya. "Hukuman? Kalian melakukan kesalahan?" Kata Walter. "Ya, kami tidak sengaja menyerang anak kepala desa, padahal kami berniat menyerang pencuri yang hendak mengambil emas nya." Kata ayah nya. "Kalian memang pantas mendapatkan hukuman itu!" Kata Samuel. "Samuel, tenanglah." Kata Walter. "Maaf, apakah kamu mengenali anak kami itu?" Kata ibu nya. "Ah, iya. Kami bertemu beberapa hari yang lalu, dan..." Kata Walter. "Kak Walter merawat ku dengan baik, tidak seperti kalian yang selalu bersikap jahat pada ku! Sejak itu, aku tidak menganggap kalian sebagai keluarga ku lagi, dan keluarga ku satu-satunya hanya kak Walter!" Kata Samuel. "Samuel, kenapa kamu melawan sama kami, hah!? Kamu pikir, yang membesarkan mu adalah penyihir pendek ini!?" Kata kakak nya. "Jangan hina kakak ku!" Kata Samuel dengan kesal. Lalu dia mulai mengeluarkan sihir nya. "Sabar, Samuel! Sabar!" Kata Walter sambil menahan Samuel. Namun Samuel tetap mengeluarkan sihir nya, dan menyerang keluarga nya hingga pingsan. "Itulah akibatnya, kalau menghina kakak kesayangan ku!" Kata Samuel. "Tenang, jangan marah. Tarik nafas, hembuskan." Kata Walter sambil menenangkan Samuel. Beberapa saat kemudian, akhirnya Samuel mulai tenang. "Ah, syukurlah emosi mu sudah mereda. Seharusnya kamu tidak perlu melakukan itu pada mereka, karena bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga mu." Kata Walter. "Kakak satu-satunya keluarga ku, bukan mereka." Kata Samuel sambil memeluk nya. "Ahahaha, kamu ini. Ya sudah, sekarang apa yang harus kita lakukan pada mereka? Kita sembuhkan mereka?" Kata Walter. "Biarkan saja, kak." Kata Samuel. "Oh, baiklah." Kata Walter. Mereka pun meninggalkan keluarga Samuel yang masih pingsan, dan pulang ke rumah. Malam harinya. "Kak, sekali lagi terima kasih, ya. Karena kakak kehidupan ku menjadi lebih baik. Aku sayang kakak." Kata Samuel. "Kakak juga sayang kamu, adik ku." Kata Walter sambil membelai lembut pipi Samuel. "Kakak." Kata Samuel. "Ya sudah, ayo kita tidur." Kata Walter. "Ayo, kak." Kata Samuel. Semenjak itu, mereka menjadi saudara yang dekat, dan Samuel bekerja bersama Walter sebagai penyihir di desa.

Tamat.

Samuel & WalterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang