Seorang cowok SMA terlihat gelisah. Ia mondar mandir di depan unit gawat darurat kurang lebih satu jam. Sambil menggigit kuku jempolnya, dia terus berdoa.
Nafas dan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Matanya juga berkaca - kaca, "Tuhan, lindungi dia," harapnya memohon.
Sementara itu, ada cowok yang seumuran dengan dia duduk termenung. Dia berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi padanya. Dia dalam masalah besar sekarang.
Luka - luka goresan memenuhi tangan serta pipinya. Dia terus melamun tanpa buka suara. "lo harus sembunyi, papa pasti udah dengar beritanya," suruh cowok gelisah tadi.
"enggak, gue yang nabrak. Gue yang bertanggung jawab," tolaknya.
"Ada gue, gue bisa,"
"enggak! lo nggak salah gue nggak mau lo disangkut paut in juga,"
Ditengah perdebatan, dokter berpakaian serba hijau keluar dari UGD. "gimana dok keadaannya?"
"pasien butuh donor darah golongan B, adakah diantara kalian berdua? kita butuh secepatnya,"
"saya dok, saya B," ucap cowok itu mengajukan diri. "tunggu disini bentar," lalu pamit ke cowok yang babak belur tadi.
1 Jam kemudian,
Gadis yang berada di dalam unit tadi syukurlah bisa selamat. Matanya tertutup oleh perban sebab ada sedikit kejanggalan.
"maafin dia, benar - benar nggak sengaja," lirih suara cowok yang lesu sambil menggenggam tangan gadis itu.
Perlahan, tangan lentik itu bergerak. Si cowok terkejut. Gadis itu hendak membuka perban yang melilit matanya.
"eh, jangan dibuka dulu. Mata kamu masih perlu ditutup,"
"kenapa?" tanya dia dengan nada pelan.
"cahaya yang kamu lihat kemarin terlalu terang jadi mata kamu cukup merah dan gelap bukan?"
"iya,"
"hmm, aku minta maaf ya udah bikin kamu kayak gini," lontarnya penuh penyesalan.
"aku juga, kurang hati - hati mau nyebrang,"
"Apa kamu melihat wajah yang nabrak kamu semalam?"
"iya, masih ingat banget,"
"syukurlah, mungkin suatu saat kita akan dipertemukan lagi. Maaf, aku cuma bisa menemani sampai disini aja. Karena orang tua kamu sudah ada diluar,"
"loh, kenapa gitu?"
"tidak papa, kalau mau ketemu aku lagi kamu bisa ke Danau di jalan merpati ya. Aku pamit dulu,"
Gadis itu hanya diam saja. Sebetulnya, cowok ini tidak tega meninggalkan dirinya. Tetapi karena keputusan orang tuanya dia harus berjaga jarak.
Cowok itu keluar dari ruang rawat inap dengan wajah sedih. Masih ramai antara keluarga dia dengan pihak korban membicarakan penebusan atas apa yang terjadi.
"bu, kita bakal ganti uang perawatan anak ibu," bujuk ayah dari pelaku tabrak lari.
"tidak bisa! anak saya terkapar sekarat seperti itu, memangnya bisa diganti dengan uang saja?!"
"ya sudah ibu saja yang buat keputusan gimana baiknya. Mungkin kita bersedia membantu,"
Ibu itu melirik kedua cowok yang berdiri sejajar dan menundukkan kepala. "Saya mau anak bapak yang menabrak dijodohkan dengan anak saya," kata ibu itu tegas.
"hah? tidak bisa ibu, anak saya sudah saya jodohkan dengan orang lain,"
"terserah, kalau tidak begitu saya akan bawa kasus ini ke pengadilan!"
Keadaan semakin rumit. Pihak pelaku tidak bisa menerima permintaan dari ibu korban. Tak ada yang mau mengalah.
"bu, maaf tapi benar - benar tidak bisa. Saya menjodohkan anak saya untuk masalah kerjasama bisnis juga,"
"loh saya tidak peduli,"
"Saya bersedia," sahut cowok yang berada di dalam ruangan tadi. Ayahnya sangat kaget.
"Nak, jangan. Kamu masih terlalu kecil," tolak Ayahnya halus.
"tidak apa - apa ayah, aku sudah dewasa dan bisa menerima,"
"Tuh, anaknya aja mau," ketus si ibu.
Lelaki yang sudah cukup berumur itu menghela nafas pasrah. "Jika itu mau ibu, dan anak saya setuju jadi ya sudah. Tapi saya minta biarkan anak saya menempuh pendidikan sesuai impiannya dulu,"
"oke, deal!"
Tautan kedua tangan orang tua itu mengakhiri perdebatan panjang. "Je, terimakasih," ucap cowok itu memeluk saudaranya.
"iya sama - sama,"
Dengan terpaksa, cowok itu menerima seorang gadis yang baru saja ia kenal. Demi menyelesaikan masalah dalam keluarganya, dia rela.
Luna, semoga kita berjumpa lagi dalam keadaan baik - baik saja.
Mohon dukungannya ya guys semoga cerita ini makin rame!
see u next part<3
KAMU SEDANG MEMBACA
who's Eleazar?
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kalau kata google, Perasaan dan Logika itu saling terkait dan mengintervensi satu sama lain. Benar, kata mbah yang sewadah info itu, benar adanya. Tapi terkadang kita sebagai manusia salah meletakkan antara rasa dulua...