Agreement

198 8 0
                                    

Author POV
Setelah hari itu, Jean terlihat lebih banyak menghabiskan waktu di luar maisonnya. Ia memutuskan untuk berinteraksi lebih dengan manusia, mulai dari menaiki transportasi umum seperti bus dan kereta, pergi ke pusat perbelanjaan, mendatangi sebuah café dan menikmati secangkir kopi, bahkan ia juga pergi ke perpustakaan untuk bertemu para remaja muda yang sedang belajar disana.

"apakah manusia memang sesibuk itu?" gumam Jean yang saat ini sedang berdiri di depan penyebrangan jalan. Matanya menatap ke orang-orang yang ada disekitarnya yang sibuk dengan ponsel masing-masing. Semua usia ada di sana menunggu lampu penyeberangan berubah menjadi hijau.

Pagi ini Jean memutuskan untuk ke perpustakaan umum untuk membaca beberapa buku yang berkaitan dengan cara hidup manusia, meskipun teknologi sekarang sudah canggih tapi menurutnya memegang dan membaca langsung dari buku terasa lebih menyenangkan dari pada harus menatap sebuah layar yang hanya membuat matanya perih.

Setiba di perpustakaan, ia menghampiri seluruh rak yang membahas tentang manusia, ketertarikannya terhadap kehidupan sebagai manusia semakin bertambah ketika ia mulai membaca sebuah buku usang yang cukup tebal "eoh jadi seperti ini yang mereka rasakan saat lapar" gumamnya, seorang vampire memang memiliki organ yang sama seperti manusia namun setiap makanan yang masuk ketubuh vampire hanya akan terasa hambar, bagi mereka tidak ada rasa lapar atau kenyang , tubuh mereka hanya akan merespon jika mereka mengkonsumsi darah.

Hampir seharian Jean berada di perpustakaan itu, tak jarang ia juga menjadi pusat perhatian para wanita karena parasnya. Ada beberapa wanita yang bahkan sengaja mengajaknya berkenalan atau duduk tepat di depannya demi menatap wajah sempurna itu. Jean juga tidak merasa risih, ia melayani setiap wanita yang mengajaknya berkenalan, ia menganggap itu hal yang penting baginya untuk bisa mendekatkan diri dengan manusia.

"biru" ucapnya saat berkenalan dengan seorang wanita "nee?" wanita itu menatap Jean bingung "ah maaf, aku hanya merasa kau cocok mengenakan pakaian berwarna biru" Jean kemudian menunjukkan senyumnya yang membuat wanita itu semakin merona "benarkah? Terima kasih aku akan mencoba pakaian warna biru nanti, kalau begitu aku pamit dulu oppa" Jean mengangguk saat wanita itu membungkuk dan berjalan menjauh "ckh wanita dengan cahaya biru, sepertinya dia seorang jaksa, atau hakim" ia menghela nafas.

Setelah menghabiskan waktu di perpustakaan ia lalu memutuskan berjalan kaki mengelilingi pusat wisata yang paling terkenal di Korea, Namsan Tower, Jean memutuskan kesana untuk menikmati matahari terbenam.

Ketika cahaya senja mulai terlihat, Jean mulai memejamkan matanya mencoba berbicara pada dewa matahari. Keningnya berkerut ketika mendapatkan bisikan-bisikan dari dalam kepalanya.

'jangan mencoba untuk melawan kehendak tuhan, kau hanya perlu menjalani hidupmu sesuai dengan seperti apa kau diciptakan'

Jean membuka matanya, tatapannya seketika berubah, ia menatap tajam kearah matahari yang beberapa saat lagi akan menghilang "sial...tapi aku tidak ingin seperti ini, pasti ada acara untuk merubahnya"

***

Setelah dua bulan mengerjakan tugas, laporan dan menghadapi ujian, akhirnya Aera akhirnya bisa menghabiskan waktu untuk bersantai menikmati waktu liburnya, ia tidak peduli dengan hasil ujiannya nanti karena ia percaya bahwa jawabannya sudah cukup benar dan Aera sudah berusaha belajar semalam untuk itu.

Sore ini wanita cantik itu sedang berjalan-jalan di sebuah taman sambil menikmati segelas ice americano yang ia beli di dekat rumah sewanya. Sejak sekolah menengah atas, Aera memutuskan untuk pindah dan hidup sendiri di Seoul, sementara orang tuanya tinggal di Busan. Sehari-hari ia bekerja di sebuah perpustakaan umum untuk membantu biaya hidupnya. Aera memang masih tidak bisa membiayai hidupnya full sendirian, tetapi sesulit apapun ia dalam hal keuangan ia sama sekali tidak pernah mengeluh pada orang tuanya. Uang jajan yang sering dikirimkan orang tuanya juga tidak Aera gunakan untuk bersenang-senang, ia lebih memilih untuk menyisihkannya untuk pembayaran uang sewa rumah atau kalau kalau ada keperluan yang mendesak.

ANÁTHEMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang