That Crown

22 0 0
                                    

Kalau kalian penasaran dengan ceritanya bisa tekan tombol vote yah dan kalau ada saran silahkan comment.

Happy Reading~

Author POV

Pagi ini mereka semua sedang menikmati sarapan, namun suasana sedikit berbeda karena ada dua orang pria yang duduk di hadapan Aera. Jimin telah memperkenalkan dirinya di awal mereka bertemu tadi saat menuju ke meja makan, Aera sudah tidak begitu terkejut saat mengetahui bahwa Jimin juga adalah seorang Vampire, sepertinya ia sudah merasa terbiasa dengan makhluk mitologi yang sedang hidup dengannya ini, apalagi ia sekarang memiliki seorang kekasih yang juga adalah seorang Vampire.

"jadi kau dan Jean hyung memiliki hubungan" tanya Jimin mengambil kesempatan karena Jean masih belum ada di meja makan. "yah seperti itulah" Aera tersenyum "eoh menurutmu bagaimana rasanya menjadi kekasih seorang Vampire?" Aera berpikir sejenak "hmm aku baru pertama kali menjalin hubungan tapi menurutku dia sama saja seperti manusia, Cuma Jean oppa sangat keren, dia juga memperlakukanku dengan baik" pipi Aera sedikit merona "wah kelihatannya kau sangat Bahagia, tapi kau sungguh beruntung mendapatkannya, karena kudengar hyung sangat kolot dalam hal cinta"

"benarkah" mata Aera membulat "tentu, dia bahkan terlalu banyak basa-basi saat berbicara dengan wanita dan itu membosankan, itulah kenapa dia tidak memiliki kekasih selama ratusan tahun hidupnya, meskipun zaman sudah berubah tapi aku rasa ia masih seperti seorang pemuda dari dinasti Joseon" Aera tertawa kecil lalu atensinya menatap ke arah pria yang sedari tadi hanya mendengarkannya dan Jimin bercerita "ahjussi kau baik-baik saja" Vin masih belum sadar kini perhatian tertuju padanya "permisi ahjussi, halooo?" Vin menegakkan kepalanya dan menatap Aera yang sedang melambai-lambaikan tangannya "apa?" Jimin dan Aera bergidik ngeri "aigo apa kau harus memberikan tatapan seperti itu?" gerutu Jimin "maja dari awal aku merasa dia sangat menakutkan, dan tidak ingin mengalah" Vin memutar bola matanya tidak peduli "lihat-lihat ahjussi ini benar-benar menyebalkan" Vin melebarkan matanya mendengar ucapan Aera "mwo? Apa yang tadi kau katakan ahjussi? Umurku bahkan yang paling muda di antara dua vampire yang ada disini" Jimin tertawa nyaring saat menyadari Aera yang memanggil Vin dengan sebutan ahjussi. Vin yang tidak terima justru protes yang menyebabkan perdebatan di antara mereka

"yak yak yak! Ada apa ini kalian berisik sekali" Jean dengan baju kaos putih dan celana training hitam kini ikut bergabung dengan mereka bertiga di meja makan "hyung ajarkan wanitamu untuk sopan santun, berani-beraninya dia memanggilku ahjussi, padahal disini kau yang paling tua" Aera membulatkan matanya dan mengarahkan garpu menunjuk Vin "yak! Kau yang seharusnya belajar sopan santun Jean oppa tidak tua, tapi kaulah yang terlihat sangat tua lihat tinggi badanmu saja mirip seperti t-rex, dan raut wajahmu sangat menakutkan seperti malaikat pencabut nyawa" Ara menjulurkan lidahnya. Jean hanya bisa tertawa sambil mengelus rambut Aera "sudahlah Vin kau tidak akan menang melawan ocehan wanita, sekarang kita makan saja, aku yakin kalian sudah lama menunggu" Jimin yang sedari tadi memegangi perutnya akibat terlalu banyak tertawa akhirnya mulai mengambil sendok dan menyantap makanan dihadapannya semetara Vin masih dengan wajah yang ditekuk menatap tajam Aera yang terus saja meledeknya dengan menjulurkan lidah.

Siang harinya mereka menghabiskan waktu bermain video game dan menikmati cemilan, Aera dibuat terkejut saat ketiga pria itu meminum sesuatu dari gelas bening yang Aera sadari adalah darah. Jean yang duduk disamping Aera bahkan menjelaskan bahwa yang mereka minum memang benar adalah darah segar dan Aera tidak perlu takut karena darah itu adalah darah hewan. Sementara ketiga pria itu sibuk berdebat dengan permainan mereka, Aera memutuskan untuk meninggalkan mereka dan berjalan menuju taman belakang. Disana terdapat sebuah danau yang cukup luas dan beberapa bunga-bunga yang indah. Aera berdiri dibawah pohon besar yang rindang dimana terdapat sebuah meja dan kursi untuk bersantai. Ia duduk di salah satu kursi yang memandang langsung ke arah danau yang tenang. Hembusan angin mengibaskan rambut panjangnya.

ANÁTHEMA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang