I. Still Friends

1.5K 130 13
                                    

Radha melepas kacamata dan memijit pelipisnya yang sejak tadi cenat-cenut tak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Radha melepas kacamata dan memijit pelipisnya yang sejak tadi cenat-cenut tak karuan. Sudah hampir tiga jam ia berkutat dengan buku Pengantar Psikologi Umum tanpa keluar dari kamar. Ponselnya entah sudah berapa kali bergetar. Semua dari Vier. Pesan whatsapp pun sudah mencapai dua puluh chat dengan pengirim yang sama. Baru saja ia akan menekan call pada kontak Vier, pintu kamarnya sudah terbuka lebih dulu.

"Udah selesai ngambisnya?"

Radha hanya nyengir kuda melihat Vier—yang sudah ganteng dan rapi—berdiri dengan bibir mengerucut. "Lo tinggal jalan lima langkah doang mesti spam chat sama call gitu. Ya, mana gue peduli."

Pria itu masuk dengan wangi semerbak yang menjadi ciri khas seorang Olivier dan langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. "Lo belum jadi mahasiswa resmi udah kek gini."

Radha membuka kulkas mini di kamarnya dan mengambil sekotak susu stroberi. "Setidaknya gue nggak nyantai kek elo." sindirnya sambil menjatuhkan diri di samping Vier. "Mau ke mana, sih? Bukannya ngurus SBMPTN."

"Tanpa ikut SBMPTN juga gue pasti bakal satu kampus sama lo."

"Iya deh si paling bisa segalanya." Vier terkekeh sembari mengambil kotak susu di tangan Radha.

"Lo jadi traktir gue nggak, sih? Udah cakep gini nggak liat?"

Radha sontak mengingat sesuatu. "Anjir, gue janji sekarang, ya?" Vier memutar bola matanya dan menunjuk kalender meja Radha. Pada tanggal 3 April di kalender tertulis dengan sticky note "Traktir Vier!" dan Radha benar-benar lupa akan hal itu.

"SHIT!"

Vier melirik jam tangan dan Radha bergantian, kemudian berdiri menuju pintu. "Waktu lo cuma 10 menit dari sekarang."

.

.

Semenjak peristiwa saat SMP dulu, Olivier dan Radha kini tak bisa dipisahkan. Keduanya bahkan saling bergantung satu sama lain hingga di umur mereka yang mencapai delapan belas tahun saat ini.

Setelah ditilik lebih lanjut, kedua orangtua mereka ternyata saling mengenal. Ayah Radha pindah ke Bali untuk menemui Papa Vier dan menjalani bisnis travel bersama. Mereka teman baik saat masa kuliah dulu. Bahkan saat kelahiran Radha maupun Vier, mereka saling menjenguk satu sama lain. Sampai pindah ke Jakarta untuk menempuh pendidikan pun Radha diizinkan tinggal bersama dengan keluarga Vier.

Jadi, takdir memang sudah ditulis sejak hari kelahiran mereka.

"Gue kangen Ayah Ibu di Bali."

"Nanti kita liburan ke sana." Sahut Vier tanpa berpaling dari lobster di tangannya.

Radha mengemut daging kepiting di sela-sela capit. "Tapi kata mereka gue nggak boleh nyusahin keluarga lo."

"Lo baru nyadar kalau selama ini lo emang nyusahin?"

From Platonic To LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang