XX. The Way I Loved You

1K 97 15
                                    

Bagi Radha, masuk jurusan psikologi sesungguhnya hanya kedok semata yang ia impikan bertahun-tahun lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Radha, masuk jurusan psikologi sesungguhnya hanya kedok semata yang ia impikan bertahun-tahun lalu. Radha hanya berjaga-jaga bahwa siapa tahu kelak ia bisa mengobati dirinya sendiri tanpa perlu pergi ke psikiater.

Tapi kini, sebuah fakta mengejutkan baru-baru ini menyakiti hatinya. Karena tanpa persiapan apapun, ialah yang harus menjadi obat sekaligus dokter untuk Olivier.

Menjadi orang pertama yang akhirnya tahu bahwa sahabatnya itu memiliki penyakit mental yang cukup serius, Radha mendedikasikan waktunya untuk membantu Vier sembuh. Bahkan ia sesekali bergurau bahwa sampai detik ini rasanya mustahil sekali.

Tidak hanya Radha, Damai pun merasakan hal yang sama. Dan betapa kacaunya setelah mereka pergi ke psikiater, panic attack Vier mungkin akan bertambah parah jika ia tak rutin meminum obatnya. Untung ketahuan lebih cepat.

Malam ini Vier mengajak Radha makan di restoran seafood langganan mereka di Ancol. Sudah lama sekali mereka tidak pergi bersama seperti saat ini. Benar-benar menikmati waktu berdua seperti dulu.

"Terakhir ke sini waktu lo keterima masuk psikologi ya?"

Radha mengangguk sembari mengemut daging kepiting dari capitnya. "Dan besoknya lo sakit karena habis berantem sama Luna. Inget nggak?"

Vier tertawa malu-malu dengan tangan yang masih penuh dengan daging ikan. "Gue lemah banget dikit-dikit sakit."

"Iya nih lo cowok tapi stamina kek cewek."

"Dih ngawur."

Baik Radha maupun Vier benar-benar saling merindukan tawa masing-masing. "Oh ya Vi, lo belum cerita ke gue kenapa bisa putus sama Luna."

Vier cukup kaget dengan pertanyaan Radha. Ia bahkan juga sudah lupa perihal itu. "Lo tau dari mana?"

"Tante Mitha. Gue shock banget waktu denger itu."

"Gue ngerasa udah nggak sejalan sama Luna. Setelah lama bareng, gue sering mikir perbedaan kita ternyata sebanyak itu. Daripada makin sakit, gue udahin aja."

"Tapi di mata gue, lo berdua terlalu cocok, Vi. Mungkin cuma lo aja kali yang ngerasa begitu?"

Vier menjawab diiringi senyum tipisnya. "Lo ngomong gitu karena bukan lo yang ngejalanin, Ra. Gue nggak pernah nyesel, toh kita putus baik-baik kok. Sekarang juga Luna bisa bebas kan ngelakuin apa aja tanpa ngerasa terbebani sama gue."

Radha memutar bola matanya tidak senang. "Kalau kek gini aja lo bisa bijak dan dewasa. Coba sama gue?"

Vier tertawa lepas sampai membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka. Radha ikut menyunggingkan senyumnya. Tak lupa tangannya masih sibuk mengais daging kepiting dalam cangkang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From Platonic To LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang