X. Sunset Talk

619 98 13
                                    

Tidak sesuai perjanjian, Vier kembali ke apartemen Luna untuk menemani gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak sesuai perjanjian, Vier kembali ke apartemen Luna untuk menemani gadis itu. Tengah malam ia berpamitan lewat chat kepada Mamanya. Ketika melewati kamar Radha, ia berdiri sejenak. Hanya lampu temaram yang menerangi lantai dua. Sepi dan sunyi. Radha jelas sudah tertidur pulas.

Mobil Vier membelah jalanan malam Jakarta. Si kota yang tak pernah tidur. Walau jam sudah menunjukkan pukul  satu dini hari, gemerlap lampu dan hiruk pikuk malam masih bisa menemani Vier sepanjang perjalanan.

Ia sampai pada gedung tinggi 34 lantai itu. Masuk dengan kode akses khusus yang Luna berikan selama Vier menginap bersamanya. Tiga minggu sudah Vier menemani Luna di tempat itu. Dan tiga minggu sudah timbul jarak antara dirinya dan Radha. Jaraknya makin menjauh. Seolah mereka tak pernah saling mengenal.

Vier memilih duduk di ruang tengah, sedangkan ia tahu Luna sudah tertidur di kamarnya. Apartemen itu nampak berantakan. Berantakan seperti isi kepalanya kini.

Di setiap sudut terdapat kertas-kertas tak berguna yang berceceran. Ulah Luna tentu saja. Gadis itu akhir-akhir ini nampak stres dengan bimbingan skripsi dan sejenisnya. Belum lagi ternyata Luna sudah menandatangani perjanjian kerja di Paris.

Tanpa persetujuan Vier selaku kekasihnya.

Kembali pada sudut lain, terdapat kanvas kosong yang sudah berhari-hari terpatri di sana. Entah apa yang akan Vier lakukan, sketsa-sketsa itu tak kunjung selesai. Hanya kumpulan garis tak beraturan yang bahkan tak ada nilai seninya.

Memikirkan Luna sudah membuatnya pening, apalagi ditambah tugas dan perkuliahan yang datangnya keroyokan. Bahkan Vier merasa dirinya lebih stres dibandingkan Luna saat ini.

Dan untuk kesekian kalinya, Vier lebih memilih tidur di sofa ketimbang tidur di sebelah kekasihnya.

***

Sebuah keajaiban ketika Radha akhirnya mendaftar menjadi Panitia Festival Palette. Dan tentu saja, manusia yang paling bahagia adalah Bebe.

Radha ingin mencoba hal baru dan keluar dari zona nyamannya selama ini. Tak hanya Bebe, ada Damai juga yang ikut meramaikan kepanitiaan ini. Damai sebagai salah satu perwakilan maba Seni Rupa turut berbangga hati.

Ada sekitar lima puluh panitia lepas dari berbagai jurusan yang direkrut BEM untuk Festival Palette. Dalam pidato singkatnya Keenan berharap, mereka semua dapat membantu pengurus BEM yang sudah melakukan pergerakan lebih dulu sejak dua bulan lalu, serta sama-sama mensukseskan festival ini.

Setelah pertemuan antar seluruh panitia, Keenan menghampiri kursi yang disana telah berkumpul Bebe, Radha dan juga Damai.

"Gue nggak nyangka lo bakal ikut, Ra."

"Siapa dulu dong yang bujuk?" Bebe membusungkan dada bangga yang langsung mendapatkan tatapan sinis dari Keenan.

"Mau coba hal baru aja Kak. Bosen gitu-gitu mulu." Keenan menarik sudut bibirnya senang. Sejak pertama kali melihat Radha, rasa tertarik Keenan tak pernah berubah sampai detik ini.

From Platonic To LoversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang