THE NEWS' HIGHLIGHT [PART 3]

80 18 4
                                    

2013: Sudut Pandang Orang Ketiga

- Malam sebelum berita tersebar -


Ponsel Stephanie Pramadana berdering.

"Steph, first of all, gue mau minta maaf sama lo..."

Stephanie mengernyit setelah menerima telepon. "What happen?"

"Lo boleh benci gue... tapi sumpah... I swear to God, gue gak mau mencelakai lo sama sekali. Gue cuma--"

Stephanie mendengarkannya dengan tenang. Setelah menerima kisah buruk bertubi, dia bagai mati rasa. Tak peduli lagi jika dunia memberikannya takdir menyedihkan. "Cuma apa?"

"Tomorrow, there will be a news about you. Beritanya tentang lo dan Pak Prabu... gue..."

Dalam sekejap, Stephanie paham apa yang ingin diutarakan temannya. Ia mengubah telepon itu menjadi video call. "Bagian mana aja yang luka, Liv?"

Olivia, teman di seberang sana yang menelpon, terlihat menutupi layar kamera dengan rambutnya saja. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Stephanie paham, temannya itu sedang menahan tangis.

"Liv?"

"I am so sorry, Steph... from my deepest heart... I am so sorry..."

Telepon itu terputus.

Stephanie menutup kedua matanya. Perasaannya campur aduk. Ia marah sekaligus cemas, tapi belum ada hal yang terpikirkan olehnya untuk meluruskan apa yang akan terjadi ke depan.

...dan berita itu tersebar sudah.

***

Jika Almira diikuti Johan selama dua hari terakhir, maka Olivia Kresna diikuti oleh Stephanie dalam jangka waktu yang sama. Bukan apa-apa, Stephanie tahu bahwa Olivia bukanlah teman yang akan membeberkan rahasia orang yang ia anggap penting, namun saat ini kisahnya berbeda. Jika Olivia sampai terpaksa melakukan hal yang tidak ia inginkan, itu artinya ada hal yang ingin coba ia proteksi.

"Gue. Gue pengen lepas dari siksaan ortu gue! I am so sorry, Steph..."

Akhirnya Olivia membuka suaranya setelah dua hari dia bungkam. Olivia dan Stephanie sedang berada di rooftop gedung sekolah. Mereka mengunci pintu rooftop sehingga tak ada seorang pun yang dapat datang ke sana.

Stephanie menghela napas panjang mendengarkan pengakuan Olivia. Ada tatapan iba yang diberikan puan itu pada temannya.

Keluarga Kresna memang selalu menjadikan keluarga Pramadana sebagai rival, entah mengapa. Sudah tak terhitung berapa kali Olivia ditekan untuk menjadi nomor satu di sekolah ini, atau setidaknya mendapatkan ranking di atas Samuel Pramadana, namun selalu gagal. Olivia juga pernah mengaku bahwa ia mendapat soal ujian bocoran dari ibunya namun ia tak pernah menggunakannya. Perempuan itu pun sungkan untuk berteman dengan Stephanie namun Stephanie tak peduli. Dia yang pernah melihat Olivia ditampar dan dipukul oleh ibunya di parkiran sekolah merasa tak tega jika perempuan itu harus selalu merasakan tekanan sedemikian dahsyatnya sendirian. Garis bawahi, sendirian.

Ya, Olivia hanya punya Almira dan Almira tidak selalu bisa berada di sisinya. Almira cukup sibuk. Karena itulah, Stephanie ingin menjadi temannya. Bukan untuk mencari kelemahan keluarga Kresna, tetapi hanya purely ingin berteman.

Ketika mereka berhasil menjalin pertemanan, ibu Olivia memanfaatkan itu untuk mendapat keuntungan, untuk menurunkan drajat keluarga Pramadana di mata publik. Keji sekali.

Tapi Stephanie amat yakin bahwa Olivia berbeda. Ia tidak ingin kemenangan atas keluarga Pramadana, ia hanya ingin menjadi remaja pada umumnya, yang menikmati kehidupan sekolah menengahnya tanpa melulu belajar dan bersaing.

CLASS OF '14 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang