THE FAMILY I BELONG [PART 2]

103 16 6
                                    

2013: Orang Ketiga Serba Tahu [POV]

Pramadana adalah keluarga terpandang di Indonesia. Keluarga ini terkenal sebagai keluarga dokter yang memiliki berbagai cabang rumah sakit di pulau jawa dan kalimantan. Kakek Pramadana, istri, sampai semua anaknya, mereka merupakan tim medis yang diakui. Bahkan, sang kakek pernah menjabat sebagai menteri kesehatan dalam kabinet kepresidenan puluhan tahun silam.

Siswa di Soedirman International School pasti tahu siapa keluarga Pramadana dan sebesar apa pengaruhnya. Karena itulah, tidak ada yang berani mengusik Samuel dan Stephanie. Guru-guru pun rasanya berhati-hati bila menyangkut kedua anak ini. Tapi jangan salah sangka, keluarga Pramadana tidak pernah berbuat curang--misalnya menjadikan Samuel atau Stephanie sebagai siswa berprestasi dengan uang. Keluarga Pramadana percaya pada setiap darah dagingnya.

Terlahir dari keluarga terdidik, Samuel sebagai anak pertama tumbuh menjadi pribadi yang penuh ambisi. Ditambah, didikan sang kakek yang cukup keras membuat Samuel ingin sekali diakui. Samuel merasa dirinya mendapat cinta dari sang kakek pertama kali ketika ia berhasil menduduki peringkat satu paralel di sekolah. Puja-puji terlontar dari bibir si tetua, membuat Samuel mendapatkan rasa puas tak terhingga. Pasalnya, sang kakek amat jarang memuji. Dari sinilah Samuel terus memiliki tujuan untuk selalu menjadi yang terbaik agar mendapat kasih sayang yang ia mau juga menjadi tameng bagi orang-orang yang ia kasihi.

Terlepas dari itu semua, sebenarnya, Samuel pernah mendengar hal yang seharusnya bocah tujuh tahun tak layak pahami.

***

2003: Kediaman Utama Pramadana

[Julian Pramadana, seorang dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskuler dan Dian Kemuning, seorang aktris papan atas Indonesia menikah dan dikaruniai anak kembar, Samuel Pramadana dan Stephanie Pramadana. Pada akhir tahun 2003, sedang berlangsung pertemuan keluarga besar untuk acara natal dan Dian Kemuning tidak dapat hadir karena jadwal padatnya.]

"Kenapa Julian harus menikahi artis itu? Apa bagusnya menikahi artis? Etika saja tak tahu. Selalu datang terlambat untuk acara keluarga, bahkan melahirkan anak haram."

Samuel kecil terbangun dari kamar tidur dan sedang menuju toilet. Ia mendengar percakapan kakeknya dengan kakak sang ayah. Samuel sebenarnya anak yang cerdas. Karena kecerdasannya itu, ia memahami apa yang dimaksud dengan 'anak haram', seperti yang kakeknya katakan.

"Iya, Pa. Bahkan hari ini pun Dian tidak datang." Itu suara kakak sang ayah, Oom Tristan. 

Terdengar helaan napas di dalam jeda percakapan.

"Tristan juga masih ingat ketika Julian memaksa bersikeras untuk menikahi Dian. Tristan kaget Papa masih mau terima Julian sampai sekarang."

Samuel tidak bisa melangkahkan kaki saat itu. Rasanya, tubuhnya membeku. Ia memerintahkan kakinya untuk bergerak menjauhi ruangan di mana percakapan tersebut terjadi, namun betapa kesalnya Samuel karena tak ada satu perintah pun yang ditaati oleh tubuhnya. Keterkejutan, kekecewaan, dan ketakutan bocah tujuh tahun itu lebih menguasai badan ketimbang pikiran logis yang menyuruhnya untuk segera beranjak. Samuel tidak memahami apa yang terjadi dalam tubuhnya. Ia hanya memahami emosi yang ia dapatkan dari percakapan pedas itu.

Terkejut.

Tentu saja ia terkejut. Ia baru tahu bahwa dirinya adalah 'anak haram'. Ia baru saja tahu bahwa keluarga sang ayah membenci ibunya. Ia juga baru saja tahu bahwa sang kakek yang ia kagumi bermulut kasar. Betapa kecewa dirinya saat itu.

CLASS OF '14 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang