THE FAMILY I BELONG [PART 3]

95 16 4
                                    

2013: Sudut Pandang Orang Ketiga

Dian Kemuning bermaksud untuk mengunjungi sekolah setelah menyelesaikan urusannya di pengadilan agama. Ia ingin menemui wali kelas yang akan membimbing kedua anaknya. Berpasang-pasang mata memandang saat Dian Kemuning turun dari mobil CRV putih yang terparkir di lapangan parkir sekolah. Pandangan mereka tak lepas sampai Dian Kemuning memasuki lobi utama. Pasalnya, saat itu hampir waktu pulang untuk siswa sekolah dasar. Sehingga, lapangan parkir cukup penuh oleh para penjemput. Disunggingkannya senyum pada setiap orang yang terlihat menatapnya. Dian Kemuning memang terkenal sebagai sosok aktris yang ayu, sopan dan rendah hati. Itulah mengapa dirinya masih bisa eksis sampai sekarang di dunia hiburan.

Sampailah wanita anggun itu di lobi utama sekolah.

"Permisi, Pak..." Dian membaca nametag yang tertera di dada kanan satpam. "Hartono. Selamat siang. Saya ibu Samuel dan Stephanie. Ingin bertemu dengan wali kelas mereka."

Demi Tuhan! Suara aktris ini lembut sekali di telinga. Senyumnya pun merekah sopan dan tulus. Ketulusan itu terpancar pula dari matanya. Pak Hartono--selaku satpam yang bertugas--terpana, tapi hanya dua detik. Ia harus sadar karena ia sedang bekerja, bukan sedang fanboy-ing

"Oh, iya Ibu Dian? Baik, Bu. Mohon ditunggu sebentar. Saya akan hubungi administrator secondary dulu ya, Bu." 

Namanya sekolah swasta bergengsi, tentu saja perlu memberikan pelayanan terbaik dengan menjadi ramah dan cepat tanggap. Begitulah bagaimana Pak Hartono dituntut untuk bekerja. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayah dengan tiga anak itu untuk melayani dengan senyum dan keramahan. Ia segera menelpon pihak sekolah menengah atas kesediaan Bu Rahayu--wali kelas si kembar--untuk ditemui.

"Baik, Ibu. Mari ikut saya untuk ke student center."

***

Belum sempat Rahayu menyantap makan siangnya, ponselnya sudah berdering. Sumpah! Ini baru akan menjadi suapan pertamanya! Mau bagaimana lagi? Guru bidang kurikulum memberikan pesan padanya bahwa orang tua Samuel dan Stephanie ingin menemui. Ia harus sesegera mungkin mendatangi ruang konseling. Karena demi Tuhan! Yang datang adalah orang tua paling berpengaruh di sekolah ini! Rahayu berusaha mengesampingkan kenyataan tersebut. Ia harus berpikir bahwa semua orang tua murid sama pentingnya. Ia sudah bertekad tidak membeda-bedakan dan bersikap netral.

Namun, Rahayu pun hanya manusia. Ia memejamkan matanya untuk menghilangkan ketegangan dan juga rasa lapar. Dengan amat berat hati, Rahayu menitipkan makanannya pada Ibu Ratih, Ibu kantin yang ia kenal. Guru itu ingin menyantapnya selepas ia menemui orang tua si kembar.

Rahayu pikir, menjadi guru tidak akan sesibuk dokter yang tiba-tiba saja dipanggil karena ada emergensi. Ternyata, guru juga sesibuk itu, dengan tipe emergensi yang berbeda.

Helaan napas berat ia haturkan sebelum melangkah dengan percaya diri menuju ruang konseling di student center.

***

"Selamat siang, Ibu Samuel dan Stephanie."

Senyuman yang santun dilayangkan pada seorang wanita yang sedang duduk mengobrol bersama guru bidang kurikulum. Wanita itu menoleh pada Rahayu yang baru saja datang. Guru bidang kurikulum pun pamit untuk meninggalkan Rahayu dan Ibu Dian, memberikan waktu privasi pada keduanya. 

"Ibu Rahayu? Iya, Ibu. Saya orangtua Samuel dan Stephanie."

Benar adanya bila aktris Dian Kemuning amat cantik bila dilihat langsung. Bukan hanya itu! Parfum ruangan ini sepertinya sudah berganti! Bukan wangi jeruk lagi, tapi wangi semerbak dari baju Dian Kemuning. Sungguh, orang terkenal memang tidak main-main penampilannya. 

CLASS OF '14 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang