01

549 50 12
                                    

Jadi emak itu harus kuat!

Hidupmu tidak akan mudah dan akan sama menyenangkan kala dirimu SMK dulu, wahai cucu Perempuanku, Zenitsu.

Hiduplah dengan gotong royong, hiduplah dengan senang bersama dua sahabatmu, cari pengalaman dari keduanya dan carilah kebahagiaan untuk anakmu nanti.

Kata-kata itu terus terbenak di dalam pikiran alam bawah sadar Zenitsu tatkala dirinya memilih untuk pergi bersama kedua temannya.

Hamil 9 minggu, dan juga harus menahan rasa kecewanya ketika harus mengetahui kalau Uzui, si om-om aneh yang berhasil meng-investasi benihnya ke rahim miliknya, telah hilang di raib oleh permasalahan korupsi.

Berangkat dari desa di salah satu kabupaten di provinsi Jateng, kini mereka berhijrah ke arah Bandung lautan api.

Alasannya sangat mudah.

Yang pertama, mereka bertiga adalah militan Persib Bandung, sehingga ketika sampai disana, ketiganya langsung disambut baik oleh komunitas Persib, bahkan dengan rela sampai memberikan pertolongan ketika persalinan tiba.

Yang kedua, karena Inosuke ingin merasakan alam yang lebih sejuk.

Dan yang ketiga, karena keinginan ngidam Tanjirou yang kepengin duduk di kursi stadion Si Jalak Harupat.

Dari ketiga alasan inilah yang membuat tiga sekawan beda umur inilah pindah dari Jateng menuju Bandung, dan semuanya di dasari oleh pesona, atau lebih tepatnya pesona Persib Bandung.

...

Duduk penuh kebimbangan, kini ia sedang melamun di sebuah gerbang sekolah TK bersama dengan Inosuke disampingnya.

Dengan mengenakan daster kuning bermotif petir dan tanpa sedikitpun riasan wajah, dia dengan rela menunggu anaknya yaitu Mei dan juga anak dari Tanjirou yang dititipkan kepadanya.

Lain sisi, Inosuke si ibu bar-bar tapi penyayang terlihat sedang duduk di atas tempat penyangga bendera sambil makan sepiring tahu masak.

Untuk urusan busana, Inosuke hanya punya modal celana training hitam dengan kaos hitam lebar yang menutupi tubuhnya. Aneh, dan itulah yang sering dikumandangkan oleh beberapa orang-orang tua yang menjemput anak-anak mereka di TK.

B

el berbunyi dan kumpulan anak-anak lalu keluar dengan antusias dari gerbang menuju orang tau mereka masing-masing.

Mei, gadis cilik bermata kuning keemasan dengan rambut putih panjang bersama dengan seorang anak laki-laki seumurannya berlari menuju Zenitsu dengan antusias.

Rei, Mei, keduanya sampai dengan aman ke pelukan ibu Zenitsu. Sementara Inosuke sudah lebih dulu memeluk Bimbim dan juga Nike, dan tentunya sembari bertanya. " Gimana tadi pelajarannya?"

Bimbim lalu menjawabnya dengan lantang jikalau mereka di ajari tentang tarian, sementara Nike hanya mengangguk saja sambil menyembunyikan muka malunya dari hadapan sang ibu dan juga kakak laki-lakinya.

...

" Gimana tadi pelajarannya?" Tanya Zenitsu kepada dua orang anak kecil di kedua sisinya.

" Aku di ajarin nari Tante!" Seru Rei semangat.

" Sama Mah, tadi Mei juga diajarkan tari sama Bu guru!" Seru Mei, putri tunggal Zenitsu.

Mendengar kedua jawaban itu, Zenitsu merasa senang, toh dia memang seorang bunda yang memang merasa senang jikalau ada anak-anak yang melucu.

Sesampainya di rumah, keempat anak aktif itu lalu bermain bersama-sama di kamar milik Rei tanpa memikirkan untuk mengganti terlebih dahulu seragam sekolah mereka, toh bunda mereka juga begitu dulunya.

Lain sisi, Inosuke tampak sedang melakukan telponan dengan seseorang yang merupakan pelanggan warungnya yang cukup setia, sementara Zenitsu sedang melakukan pekerjaan paling lumrah untuk ibu rumah tangga, yaitu menyetrika pakaian.

Namun, pekerjaan lumrah itu harus terhenti tatkala Mei anaknya masuk ke dalam kamar Zenitsu sambil membawa alat musik Ukulele.

" Mama, mama, aku bisa nyanyi loh!" Seru Mei antusias.

Zenitsu yang perhatian lalu mematikan setrikanya dan mulai memandangi raut wajah anak perempuannya dan mulai bertanya.

" Coba nyanyi satu lagu Mei, mama pengen denger."

Mei dengan segera lalu memainkan melodi yang cukup bagus dan mulai menyenandungkan sebuah bait lagu.

" Dia pula yang tak jemu-jemu untuk mengasuh
Dia pula yang tak henti-henti untuk memberi

Itulah, ibu, ibuku, ibumu, ibumi semua! Tanpa dia tak akan pernah ada sejarah akan manusia!"

Perasaan haru bersama rasa senang membuat sang ibu muda langsung memeluk anak semata wayangnya itu, yang kemudian di balas hangat oleh tangan kecil milik Mei.

Akan tetapi, ada sosok lain yang melihatnya, sosok anak paling aktif yang ada di dalam rumah, yaitu Rei.

Rei hanya bisa melihat interaksi ibu dan anak itu dengan perasaan senang namun ada rasa iri di dalam hatinya, lantaran ibunya yang mulai jarang bermain dengan Rei dan lebih sering berpergian jauh menggunakan motor dan selalu pulang dengan keadaan lelah secara fisik maupun mental.

Rei lalu kembali ke kamarnya dan kembali ke meja belajar kecilnya dan mulai menggambar sesuatu di sebuah kertas putih kosong, sembari sesekali tampak mengucap keluh kesahnya tentang sang ibunda.

...

Jam kala itu menunjukkan pukul sepuluh, Tanjirou pulang dengan ekspresi datar, pasalnya ia baru saja berdebat hebat dengan kedua adik paling keras kepala, yaitu: Nezuko dan Takeo.

Sedikit berbenah, memakan makanan yang disediakan, dan terakhir adalah tidur di samping anak tercinta yang sudah pasti menunggu lama.

Pintu dibuka olehnya dan terlihatlah sosok Rei yang sudah tertidur lelap di kasurnya tanpa mengenakan selimut, serta terlihat memegang sebuah kertas gambar.

Tanjirou yang penasaran lalu mengambil kertas gambar itu, dan mulai melihatnya fengan penuh seksama. Dan tak kurang dari dua menit tetesan air mata mulai jatuh dari pelupuk matanya.

Sebuah kertas bergambarkan dia dan anaknya sedang saling bergandengan tangan di sebuah taman, meski harus diakui itu hanyalah gambar asal-asalan seorang anak TK, tapi bukan berarti membuat Tanjirou gagal paham akan makna dari gambar anaknya, terlebih lagi sebuah pesan singkat yang tertulis di ujung bagian kertas yang berbunyi.:

" Bu, aku kepengin main sama ibu, apa ibu udah lupa sama Rei?"

Beberapa tetes air mata kemudian lolos dengan sendirinya dan tanpa ba-bi-bu lagi, Tanjirou langsung memeluk erat tubuh anak laki-lakinya dengan begitu erat dan mulai memasuki alam mimpi bersama sang anak yang sudah lebih dahulu terjun ke dalamnya.

..

" Maafkan Ibu nak."

TBC

Lagu yang digunakan: Ibuku Ibumu Ibumi- Marjinal.

Tiga Ibu Tangguh ( Kimetsu No Yaiba Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang