End

204 11 0
                                    

28-08-2014

...

Tiga tahun telah berlalu semenjak ucapan berbaikan dari Inosuke kepada Sanemi

Banyak hal telah berubah semenjak itu, yang paling kentara adalah pernikahan Tanjirou dengan Rengoku yang sebenarnya tidak direncanakan untuk disebar luaskan, tapi ya, entah mengapa banyak sekali tamu yang hadir pada waktu itu.

Selanjutnya adalah absennya Inosuke dari status tanpa hubungan apapun, barangkali sudah benar-benar berbaikan dengan sang masa lalunya.

Sementara aku, Zenitsu masih berkutat kepada berbagai hal yang ada disekitar.

Alasan untuk menjual rumah kami bertiga pun juga sudah cukup kuat sebenarnya, sudah tidak ada lagi yang namanya ketakutan atau trauma, yang ada hanyalah persiapan untuk saling melepaskan saja.

Meski sedikit gusar tapi harus tetap dilakukan, toh, uang hasil penjualan bisa dijadikan investasi untuk hari tua.

...

"Masih lama?" tanya Uzui yang duduk disampingku.

"Enggak sih,"

Di ruang tamu, dan pada siang hari pula. Aku dibantu Uzui sedikit mengemasi beberapa barang yang akan dibawa sebagai barang perabot rumah baru nantinya.

Yeah rumah baru, untuk aku dan Mei tinggal. Sementara Uzui? Oh tentu saja nanti dulu, aku dan Mei belum mendiskusikan hal ini jadi mohon bersabar saja.

"Inosuke katanya bakalan nikahan minggu depan ya?" tanya si ubanan kepadaku.

"Iya, enggak kerasa aja udah harus pindah hari ini,"

"Ya, mau bagaimana lagi? Kalaupun kamu tinggal sendiripun juga belum tentu Mei bakalan senang kan?" ujarnya sembari menata beberapa tas koper berisi pakaian milik Mei.

"Iya, mungkin kau benar,"

Penataan semua barang telah selesai, truk pengangkut pun sudah datang menjemput, sekarang hanya tinggal menuju rumah baru saja untuk bisa singgah.

Uzui dengan suka rela kemudian melaju dengan motor beatnya menuju tempat kediaman pasangan Rengoku yang masih berbahagia.

Rei, Tanjirou. Bisa dibilang mereka berdua itu bagaikan penyembuh hati Mei manakala aku sedang tidak berada di rumah atau tengah melakukan beberapa hal seputar pekerjaan.

Lalu bagaimana dengan Inosuke? Ah, dia itu sebenarnya adalah tipikal periang yang bisa diajak kerja sama, hanya saja Mei seringkali merasa iba dikarenakan Inosuke yang seringkali kerepotan mengurus Bimbim dan Nike.

Tante Ino lagi ngulus kak Bim sama Nike Ma! Teriaknya jika aku bertanya soal interaksinya.

Tak berselang lama, datang pula bidadari kecilku dari motor, ia berlari ke arahku sambil berteriak keras memanggil-manggil.

"Mama! Mama!"

Kutangkap dan kuangkat ia sembari berputar sedikit. Tawa kecil pun terlepas dari kami berdua, dan Uzui masih sibuk melihat kebersamaan kami.

Putaran telah berhenti, senyum puas nan manis masih dipancarkan oleh Mei, lalu sebagai pengantar niat aku tanya gadisku ini dengan nada semangat.

"Siap kamu ke rumah barumu Mei?!"

"Ai! Ai! Kapten!"

Dan...

Kurasa ini memang telah berakhir dan berganti lagi untuk kehidupan yang baru.

Hahahaha, kurasa aku memang harus cepat-cepat untuk menikah.

Tapi.

Kurasa untuk hari ini, aku tunda dulu hal itu.
.
.
.
.

End.



Wait! Ada satu chapter spesial biar kalian nggak terlalu ngerasa 'kok ini cepet banget?' tenang saja saudara-saudari sekalian.

So, kalian bisa slide kembali untuk chapter tersebut.

( Ya walaupun isinya bukan cerita sih)

Tiga Ibu Tangguh ( Kimetsu No Yaiba Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang