08

188 21 1
                                    

Chapter 8: Masa Lepas si Biru


( Ini pake sudut pandang si babi yak :v)

.
.
Bangsat! Dasar playboy tunggakan kelas!

Mungkin itulah isi hatiku di hari ini. Hari esok adalah hari perpisahan sekolah, ya kalian tak salah lihat, hari perpisahan masa SMA menuju tempat yang aku sebut sebagai dunia dewasa.

Akan tetapi, sebuah kabar buruk telah kudapat tepat satu minggu sebelum acara perpisahan.

Ya tentu saja apalagi kalau bukan kabar kalau diriku hamil.

Rasa was-was tak dapat aku pendam begitu saja, semua rasa bersalah telah terkungkung begitu saja.

Dalam keadaan penuh rasa panik, aku masih saja merasa tidak nyaman dalam balutan kain kebaya merah yang aku pakai.

"Perutku sakit," keluh bodoh sosok ini kepada ibunda tersayang.

" Tahan Ino, nanti kita keluar aja ya, kalau emang kamu udah enggak kuat." ucap Ibu penuh rasa belas kasih.

" Iya Bu,"

Pada waktu itu ruangan penuh akan sesak siswa-siswi sekolah, semua berpakaian serba rapih nan elegan.

Bagi putra mereka mengenakan jas parlente khas orang-orang indo-londo, sementara yang putri berkebaya serba warna-warni bersama segala riasan yang menempel di wajah.

Lalu aku, si pembuat onar tak sedikitpun aku kenakan gincu maupun bedak. Bagiku itu aneh, lantaran tampak tidak percaya diri.

Kau tau? Aku benci akan yang namanya minder, bahkan untuk urusan kecantikan sekalipun!

Ruangan kala itu penuh akan hiasan balon penuh akan warna, di sisi sudut setiap ruangan dihiasi oleh tiang penuh akan pita berwarna-warni yang dihias lagi oleh tulisan-tulisan estetik.

Umbul-umbul juga dipasang di langit-langit ruangan aula, intinya semua hal di ruangan ini diubah menjadi cukup mewah.

Di tempat aku duduk telah aku lihat Sanemi, sosok bajingan atas semua kesalahan saat ini. Hei bajingan bedebah berambut ubanan! Pacarmu tengah sakit mengandung! Dan kau tak berinisiatif untuk menghampirinya? Tcih hanya para bajingan saja yang begitu!

Di sebelahku, Muichiro mulai gelisah akan rasa tidak nyamanku. Ia mulai memperhatikan gerak-gerik tanganku yang menggerayangi perut, aku tahu dia pasti akan bertanya, " Ino, kamu nggak apa-apa?" Tapi, apa mungkin nanti harus dijawab oleh jawaban, " Enggak kok, cuman sembelit aja," sungguh, jawaban yang cari mati.

" No, kamu nggak apa-apa? Kayaknya kamu lagi sakit perut." resah Muichiro di sampingku.

" Dah nggak apa-apa, aku kuat kok, cuman agak mual aja. Aku izin ke kamar mandi bentar,"

" Kamu yakin? Nanti susah loh dandannya,"

" Dah, emang kamu pikir aku ini tuan putri ala-ala jablay apa? Aku ini Ratu perang! Dahlah, males aku lama-lama di sini."

Segera setelah itu aku pergi dari sana menuju kamar mandi terdekat, sempat pula diriku mengkode ibunda agar mengikut.

Dalam perjalanan ke kamar mandi itu, Ibunda seperti biasa terus menenangkan diriku sendiri dengan kata-kata mutiara, ya walau jujur itu tampak sedikit aneh buat diri ini, tapi ah, sudahlah.

Sampai di tempat tujuan kutumpahkan semua rasa mual di dalam perut. Sanemi si ubanan, lagu orjen dangdut tak kumengerti, ricuh sana-sini pemudi-pemudi yang bersolek layaknya jablay, sungguh kini sudah tenang lah perut beserta isi hati.

Tiga Ibu Tangguh ( Kimetsu No Yaiba Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang