[4/10]

879 122 2
                                    

Padahal aku ingin menghiburnya ...

♪———————♪

Belakangan ini, hubungan Ice dan [Name] mengalami kemajuan yang cukup pesat. Mereka jadi sering terlihat bersama pada saat jam makan siang, dan juga di waktu pulang sekolah.

Tidak jarang juga Ice menjemput [Name] untuk pergi ke sekolah bersama-sama. Yah, walaupun selama di perjalanan mereka hanya saling diam saja sebenarnya.

Ngomong-ngomong soal kejadian beberapa waktu yang lalu, [Name] ternyata tidak pernah menanyakan perihal Ice yang tiba-tiba menyatakan perasaannya. Sampai sekarang, ia masih bungkam karena tidak ingin Ice mendadak berubah.

Ice itu memang orang yang sangat pendiam, tapi tanpa sepengetahuan orang lain ia adalah sosok yang paling perhatian menurut [Name]. Tidak jarang, Ice bisa menebak suasana hati gadisnya itu dengan benar.

"Pusing?" [Name] mengangguk kecil kecil untuk menjawabnya. Namun kedua lengannya terlihat masih sibuk dengan laptop yang ada di atas meja.

"Kalau begitu, lanjutkan nanti saja, [Name]. Kau juga perlu istirahat sekarang."

"Nanti." Ice mengembuskan napas. Lantas segera bangkit dari tempat duduknya. Ia tau, kalau [Name] akan jadi keras kepala jika sudah berurusan dengan naskah ceritanya.

Lengannya kemudian terangkat untuk meraih lengan sang gadis, membuat [Name] mau tidak mau harus menghentikan kegiatannya. "Hei, istirahatlah. Rehat sejenak juga gak papa."

"Tapi aku hampir selesai, Ice." [Name] masih kokoh ingin melanjutkan, tapi Ice juga tidak ingin gadisnya itu terlalu memaksakan diri hanya karena sebuah naskah saja.


"Hanya sebentar, [Name]. Kau bisa melanjutkannya lagi setelah rehat nanti."

[Name] mendercakkan lidahnya. Ia sebenarnya masih ingin memprotes tindakan Ice yang tiba-tiba menghentikan kegiatannya. Akan tetapi, ia tidak bisa melanjutkan perdebatan itu karena kepalanya sudah terlanjur terlalu pusing.

Dengan sedikit hembusan napas, [Name] pun menjawab, "Baiklah. Aku akan istirahat sebentar."

Ice tersenyum tatkala mendengarnya. Ia dengan cepat menarik lengan [Name] untuk menuntunnya naik ke atas sofa.

Perlu kalian ketahui, kalau sekarang mereka sedang berada di rumah para elemental. Ice sengaja mengajak gadisnya itu ke rumahnya karena ia ingin [Name] membantunya dalam mengerjakan tugas sekolah.

Yah, Ice memang berkata demikian. Akan tetapi, tidak ada yang tau kalau sebenarnya pemuda itu hanya ingin berduaan saja dengan [Name]. Ia juga sengaja memilih rumahnya sebagai tempat mereka belajar karena sekarang rumah itu sedang dalam keadaan kosong.

Katakanlah kalau penghuni yang lainnya sekarang sedang memiliki acara tersendiri di luar rumah.

Ice mendudukkan [Name] di atas Sofa, lantas dengan cepat mengambil kotak obat yang ada di dalam lemari kayu. Sebutir obat pun ia serahkan pada [Name], dan tentunya obat itu di sambut hangat oleh sang gadis.

"Terimakasih." Ice mengangguk untuk meresponnya. Lalu kemudian duduk di samping [Name] dengan kotak obat yang sudah ditaruh di atas meja.

Lengannya kemudian kembali terangkat untuk meraih kepala [Name], menidurkan kepala itu tepat di atas pangkuannya. "Tidurlah sebentar, [Name]. Kepalamu kan sakit tadi."

My Cool Darling || BoBoiBoy Ice ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang