Ini bukan mimpi ...
♪—————♪
Hening melanda diantara keduanya, membuat sang pemuda terduduk tegang di samping seseorang. Orang yang maksud pun, justru terlihat santai memandangi dirinya.
"Jadi ... kau pacarnya, [Name]?" Tak ada respon yang pemuda itu berikan. Namun, hal ini tidak membuat sang insan berhenti berbicara.
"Seharusnya kau sudah mendengar semuanya tadi, kan?" Tubuh itu seketika tersentak, membuat seulas garis tercipta di paras sang insan.
"Haha, sudah kuduga kau mendengar semuanya. Karena keadaannya sudah terlanjur seperti ini, bagaimana kalau kita berkenalan terlebih dahulu?"
Sang insan pun akhirnya menjulurkan tangannya. Mencoba untuk berkenalan dengan sang pemuda. "Aku Sofi, Kaka perempuannya [Name]. Salam kenal, ya, Ice."
...
Jam terasa melambat saat Ice mendapati dirinya sedang duduk berduaan dengan seorang gadis yang mengaku sebagai Kaka perempuan gadisnya.
Ia yang tadinya berencana ingin pergi setelah mendengar sedikit obrolan [Name], kini harus terjebak duduk berduaan bersama gadis tersebut karena kesalahannya sendiri.
Ice terciduk saat ingin beranjak pergi, dan gadis itulah yang menciduk dirinya.
Karena waktu itu ia sudah tidak bisa berkutik ataupun bergerak lagi, Ice pun akhirnya hanya bisa pasrah saat dirinya di panggil oleh gadis itu.
Begitu ia berhadapan dengan sosok [Name], Ice justru terlihat tegang di sana. Membuat [Name] langsung beranjak pergi dari tempatnya.
Ice sempat menahan [Name] untuk mengajaknya berbicara, akan tetapi [Name] justru menolak untuk menuruti permintaannya. [Name] bilang, dia akan membeli minum dulu untuk mereka, dan tentunya Ice tidak bisa melarang [Name] untuk melihat hal itu.
Alhasil, sekarang Ice hanya duduk berduaan dengan kaka perempuan nya [Name] di sana.
"Hei-hei, jangan tegang begitu, santai saja. Aku tidak akan memakanmu, kok." Niatnya ingin bercanda, tapi hal ini justru membuat Ice semakin tegang.
Melihat reaksi Ice yang seperti itu, Sofi selaku Kaka perempuan [Name] pun spontan mengembuskan napasnya. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke ladang bunga, dan kembali mengajak Ice berbicara.
"Kau tau Ice, aku sudah mencari tau semua informasi mengenai dirimu." Pernyataan ini sontak membuat Ice terkejut. Ia dengan patah-patah menolehkan kepalanya, menatap tidak percaya ke arah lawan bicara.
Seolah menyadari tatapan Ice, Sofi pun kembali melanjutkan perkataannya.
"[Name] itu adalah satu-satunya adikku, dan dia selalu menjadi incaran yang empuk untuk para pesaing orang tua kami. Karena itulah aku selalu memata-matai semua orang yang berhubungan dengan dirinya." Senyum hambar dapat Ice lihat dari paras cantik Sofi saat semua itu ia katakan.
Ice yang memang baru mengenal [Name] selama beberapa bulan, tentunya tidak mengetahui semua hal itu. Ia akhirnya hanya bisa kembali tertunduk saat berhasil memahami cerita singkat dari gadis tersebut.
"Maafkan aku." Kata-kata itu spontan terucapkan olehnya. Membuat senyum hambar Sofi berubah menjadi kekehan kecil tanpa rasa.
"Tidak apa-apa, aku tau kau memang anak yang baik. Mungkin kebiasaan tidurmu saja yang perlu kau perhatian."
Ice tau kata-kata itu memang pantas ia dapatkan, dan sejujurnya ia juga sudah sering mendengarkan perkataan yang serupa. Namun anehnya, ia merasa ada yang sedikit berbeda dari cara penyampaian Sofi kepada dirinya saat ini.
Mungkin karena ini juga Ice jadi manggut-manggut mengiyakan perkataan gadis itu.
"Yah, pokoknya kalian yang baik-baik aja. Aku rasa, [Name] juga tidak ingin berpisah denganmu." Ice hampir saja tercengang mendengar perkataan Sofi barusan.
Ia yang tadinya mendengar kalau gadis itu meminta [Name] untuk memutuskan hubungan mereka, kini justru berharap kisah asmara mereka berjalan baik-baik saja?
Apakah Ice tidak salah dengar?
"Aku ..." Pembicaraan mereka terpotong, karena sang gadis yang menjadi bahan utama obrolan mereka akhirnya datang kembali ke tempat mereka. Ia juga terlihat membawa satu kantung besar di lengan kanannya.
★Bonus★
"Apa yang kalian bicarakan?"
Melihat sang Kaka yang terlihat nyaman bersama dengan Ice, tentunya ini membuat [Name] menjadi curiga.
"Kalian membicarakan sesuatu?"
"Tidak-tidak, kami tidak membicarakan hal penting kok." Sofi menyangkal, dengan satu lengannya dikibas-kibaskan di udara. Ia kemudian beranjak dari tempat duduknya, dan pergi menjauhi lokasi mereka.
"KALIAN YANG BAIK, YA! JANGAN BERTENGKAR!" Kalimat itu sempat Sofi teriakan saat berlari, sebelum akhirnya dirinya benar-benar menghilang dari pandangan [Name] dan Ice.
Kini, hanya ada mereka berdua di sana, dengan keadaan mereka yang sekarang berubah menjadi canggung.
'Sekarang, aku harus bagaimana?'
♪—————♪
... karena kenyataannya, mata-mata itu ada di muka bumi ini. Buktinya, kaka perempuan [Name] adalah salah satu contohnya.
{02 September 2022}
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Darling || BoBoiBoy Ice ✔️
Fiksi Penggemar╭┈─────── ◌ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝ Ethecismus Project ❞ ❝ BoBoiBoy Ice X Kuudere Fem!Reader. ❞ ┊ Punya pacar yang dingin? Mari kita lihat, mungkin terdengar menarik, tapi tentu saja ada tantangan tersendiri. Bagaimana kalau ia punya sisi lain yang terlihat...