Tak kusangka...
♪—————♪
Waktu kembali bergulir, dan kali ini banyak hal manis yang terjadi di kehidupan [Name].
Ice jadi sering mengajak [Name] untuk nge-date bersama, dan tidak jarang juga Ice memberikan hadiah-hadiah kecil yang lucu pada [Name].
Beberapa dari hadiah itu adalah benda-benda couple yang sering digunakan oleh pasangan pada umumnya. Walau kesannya sederhana, [Name] tetap menyimpan semua hadiah itu di dalam rumahnya.
Ia bahkan menyediakan satu tempat khusus untuk menyimpan semua pemberian Ice tersebut.
Sekarang adalah hari yang paling [Name] tunggu. Hari di mana mereka bisa merayakan anniversary pertama mereka. Biasanya, Ice pasti akan lupa dengan hal-hal seperti ini, tapi berkat itu [Name] jadi bisa menyiapkan sesuatu untuk Ice.
Sesuatu yang mungkin tidak akan pernah Ice duga dari seorang [Name].
Kini, [Name] sedang menjalankan rencananya, dan sekarang tepat di depannya terdapat Ice yang menatap bingung ke arah dirinya.
Ice hanya tidak mengerti kenapa [Name] mendadak meminta dirinya untuk bermain pusaran botol. Tidak biasanya [Name] tertarik dengan permainan seperti ini.
"Kau ingin aku memutarnya?" Anggukan kecil [Name] berikan untuk menjawab pertanyaan Ice. Lantas, Ice pun akhirnya mengikuti permintaan kekasihnya.
"Baiklah, akan kuputar."
Botol di putar dengan cukup cepat, membuat posisi botol tersebut bergeser cukup jauh dari tempat semulanya. Lalu, pusaran botol itu pun berhenti di tengah-tengah. Membuat dua insan ini jadi saling berpandangan.
"Tidak ada yang kena, sekarang bagaimana?"
"Putar aja lagi." [Name] meraih botol itu, lalu kemudian menyerahkannya kembali pada Ice. Sontak, Ice pun kembali menuruti permintaan kekasihnya itu.
Pusaran kedua pun dimulai, lalu berakhir dengan hasil yang sama. Botol itu lagi-lagi berhenti di tengah-tengah, membuat Ice mau tidak mau harus kembali memutar botol itu untuk ketiga kalinya.
Begitu pusaran ketiga selesai, berulah botol itu berhenti tepat depan Ice. Membuat Ice kembali menatap mata sang pujaan hati.
"Sekarang bagaimana?"
[Name] hanya tersenyum tipis menatap Ice, lalu kemudian mengangkat jarinya untuk menunjukkan ke arah salah satu ruangan. Spontan, Ice pun ikut menoleh ke arah yang [Name] maksud.
"Ambilkan aku kotak yang ada di atas meja itu."
Ice menurut, dan segera pergi menuju tempat yang di maksud. Ia masuk ke dalam ruangan itu, lalu mengambil kotak yang [Name] inginkan.
Begitu kembali, kotak itu langsung Ice berikan pada sang gadis, yang di mana ternyata sang gadis sendiri ingin Ice yang membukanya.
Ice pun lagi-lagi hanya menurut dan membuka kotak itu dengan segera.
Dari dalam kotak itu, dapat Ice lihat ada sebuah kue yang bertuliskan 'Happy Anniversary, honey'. Sontak, Ice mendongakkan kepalanya. Menatap bingung ke arah sang kekasih tercinta.
"Ini...."
"Kue,untuk kita. Happy Anniversary, Ice." [Name] terlihat tersenyum riang ketika mengatakannya. Dirinya yang tidak pernah tersenyum selebar itu, rasanya menjadi pemandangan baru untuk seorang Ice.
Ice akhirnya sadar, dan ingat bahwa hari ini adalah hari annvi mereka. Ia tidak menyiapkan apapun untuk hari ini seketika tertunduk ketika menyadarinya. Sontak, hal ini membuat [Name] bingung dan khawatir.
"Hei, apa kau tidak menyukai kuenya? Seburuk itukah penampilannya?"
Ice menggeleng. Ia kemudian menaruh kue itu tepat di depan mereka.
"Tidak, aku sangat menyukai kuenya. Kuenya cantik, persis seperti orang yang membuatnya." Ice tidak mengatakan semua itu sambil menatap sang gadis, tapi kalimat itu ternyata berhasil membuat seorang [Name] merasakan semburat merah di wajahnya.
Spontan, [Name] pun menolehkan kepalanya. "La-lalu, kalau bukan karena kuenya, lantas kenapa kau masih tertunduk?"
Ice tidak menjawab. Ia hanya tertunduk terdiam sambil memainkan jarinya. "Maaf." Kalimat itu spontan keluar dari mulutnya setelah terdiam cukup lama.
"Maaf karena aku melupakan hari ini. Seharusnya aku juga menyiapkan hadiah untukmu."
Mendengar perkataan ini, spontan [Name] kembali menolehkan kepalanya. Ia kemudian meraih kedua lengan Ice, dan meminta sang pemuda untuk menatap matanya.
"Hey, dengarkan aku. Aku tidak masalah jika kau tidak memberikan apapun pada diriku. Dengan adanya kau di sini saja sudah cukup untukku. Aku tidak akan meminta sesuatu yang lebih dari hal itu."
Ice terkesima, ia kemudian menarik tubuh [Name] ke dalam pelukannya dan berterima kasih pada sang kekasih.
"Terima kasih. Terima kasih karena sudah menerima diriku saat itu, [Name]. Aku benar-benar tidak menyesal karena telah menyatakan perasaanku di waktu itu."
[Name] hanya tersenyum mendengarkan. Ia kemudian membalas pelukan Ice dengan perlahan.
Waktu memang selalu berlalu dengan begitu cepat, meski tidak banyak cerita cinta yang bisa mereka gambarkan, dua insan ini tetap bisa bertahan di tengah guncangan permasalahan mereka.
Walau dua hati yang sebelumnya bersatu karena ketidaksengajaan, kini telah menyatu dengan alaminya, dan kisah cinta ini akan terus berlangsung hingga ke jenjang berikutnya.
Mungkin, suatu saat nanti Ice akan melamar [Name] di depan orang tuanya. Jika memang hal itu akan terjadi, apa mungkin [Name] akan menerima lamaran tersebut?
"Aku mencintaimu, [Name]."
"Aku juga mencintaimu, Ice."
♪—————♪
... ternyata [Name] bisa berbuat hal manis juga.
{25 September 2022}
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Darling || BoBoiBoy Ice ✔️
Fanfiction╭┈─────── ◌ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝ Ethecismus Project ❞ ❝ BoBoiBoy Ice X Kuudere Fem!Reader. ❞ ┊ Punya pacar yang dingin? Mari kita lihat, mungkin terdengar menarik, tapi tentu saja ada tantangan tersendiri. Bagaimana kalau ia punya sisi lain yang terlihat...