Aku janji ...
♪—————♪
Siang bergantikan petang, cerah bertukar menjadi gelap. Ice mendongakkan kepala, dan memandang sang angkasa yang mulai mengumpulkan bulir-bulir air di satu tempat. Ia kemudian menoleh ke samping, menatap sang kekasih yang masih terdiam.
"Sepertinya sebentar lagi akan hujan. Apa kau mau ku antar pulang?"
...
Tidak ada kata yang bisa ia ucapkan, dan diam pun menjadi pilihannya untuk sekarang. Meski saat ini mereka bersama, [Name] masih tidak bisa membuat suasana canggung itu menjadi nyaman.
Ia hanya memainkan jemarinya, berharap hal itu bisa mengurangi rasa canggungnya di sana. Walau Ice berjalan tepat di sampingnya, [Name] tetap tidak bisa berbicara.
Rasa bersalah pun mulai muncul saat ia teringat kembali dengan apa yang barusan terjadi di taman. [Name] kemudian menghentikan langkahnya, lalu meraih ujung baju Ice untuk menghentikan langkah sang pemuda.
Hal ini tentu membuat Ice menolehkan kepalanya.
"Ada apa?"
[Name] membuang mukanya, sembari sedikit menunduk kepala. "Maafkan aku," kata itu pun ia ucapkan setelahnya, yang di mana hal ini membuat Ice menaikkan salah satu alisnya.
"Maafkan aku untuk yang di taman tadi. Aku tidak benar-benar berharap hubungan kita berakhir." [Name] melanjutkan, sedangkan Ice masih diam mendengarkan. Hal ini membuat suasana canggung kembali menerpa mereka.
Ice mengangkat tangannya, lalu menaruh lengan itu di puncuk kepala [Name]. Ia pun mengelus pelan kepala sang gadis, membuat gadis ini sontak mendongakkan kepalanya.
Senyum tipis pun Ice berikan ketika netranya bertemu dengan dengan netra sang kekasih. "Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf karena tidak bisa membuatmu nyaman bersamaku."
[Name] menggelengkan kepalanya dengan perlahan, lalu kemudian kembali menunduk ke bawah. Kedua jari telunjuknya terlihat bertaut di bawah sana, yang di mana hal ini membuat Ice ingin memeluknya.
"Maaf." Kalimat itu kembali terulang di bibir [Name], membuat Ice menggelengkan kepalanya. Ia kemudian memeluk sang kekasih, sembari membalas perkataannya.
"Sudah kubilang tidak apa-apa, [Name]. Aku juga tidak masalah jika seandainya kau benar-benar ingin mengakhiri hubungan kita saat itu. Biar bagaimanapun, aku memang pantas mendapatkannya."
[Name] kembali menggelengkan kepalanya, lalu kemudian mendorong Ice untuk melepaskan pelukan mereka. Ia pun lagi-lagi tertunduk karena tidak sanggup menatap netra sang kekasih.
"Jangan katakan seperti itu! Aku pun tau kau sudah berusaha yang terbaik untuk membuatku merasa nyaman bersama denganmu. Jadi kumohon ... jangan berkata seperti itu, Ice...." Isak tangis kilas terdengar di telinga Ice. Membuat dirinya spontan kembali memeluk tubuh sang gadis.
Kedua lengannya pun spontan mengelus punggung yang sekarang mulai sedikit bergetar. "Baiklah-baiklah, aku tidak akan mengatakannya lagi."
"Sungguh?" [Name] mendongakkan kepalanya, yang di mana hal itu membuat Ice bisa melihat mata lembab sang gadis yang sangat langka. Ice kemudian tersenyum tipis memandanginya, lalu diiringi dengan anggukan kecil di sana.
Sontak, hal ini membuat seulas garis tercipta di paras cantik [Name].
"Terimakasih," adalah kalimat terakhir yang Ice dengar sebelumnya akhirnya mereka berpisah di depan rumah [Name].
★Bonus★
Sofi:
"Astaga, [Name]! Kenapa matamu merah?"
[Name]:
"Tadi tidak sengaja memasukkan debu."♪—————♪
... mulai sekarang aku akan berubah untukmu.
{10 September 2022}
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Darling || BoBoiBoy Ice ✔️
Fanfic╭┈─────── ◌ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝ Ethecismus Project ❞ ❝ BoBoiBoy Ice X Kuudere Fem!Reader. ❞ ┊ Punya pacar yang dingin? Mari kita lihat, mungkin terdengar menarik, tapi tentu saja ada tantangan tersendiri. Bagaimana kalau ia punya sisi lain yang terlihat...