Bagaimanapun caranya ...
♪------♪
Hari silih berganti, tapi kejadian yang sama justru kembali terjadi.
Ice lagi-lagi dihindari oleh [Name], dan itu tentunya membuat sang pemuda kembali murung setiap hari.
Berjalan lesu sembari membututi sang kekasih pun menjadi kebiasaannya belakangan ini. Tentunya hal itu juga di sadari oleh sang gadis.
Sama seperti kejadian sebelumnya, [Name] hanya diam. Tidak menghiraukan Ice yang terus berkeluyuran di sekitarnya. Padahal Yaya dan Ying sudah berusaha membujuknya untuk kembali memaafkan sang pemuda, tapi [Name] justru enggan untuk melakukannya.
Mengetahui hal tersebut, Ice pastinya tidak akan pantang menyerah. Ia merasa kalau kali ini ia tidak bersalah. Karena pada kenyataannya, Ice sendiri adalah korban dari kejahilan Blaze dan Taufan.
Duo pembuat masalah itu sengaja memasukkan sesuatu di dalam minuman Ice, yang di mana itu membuatnya seketika tertidur saat meminumnya.
Meski ia sudah berkali-kali mencoba untuk menjelaskan semua itu pada [Name], tetap saja gadis itu tidak memperdulikannya.
Ice sepertinya memang harus melakukan sesuatu untuk bisa dimaafkan oleh [Name] lagi, tapi apa yang harus lakukan?
Apa sebaiknya ia mengulangi cara yang sama seperti saat itu?
Tidak-tidak, sepertinya cara itu sudah tidak bisa ia gunakan lagi.
Lalu, apa yang harus ia lakukan?
Tak!
Sembari berjalan, Ice berpikir dengan keras untuk bisa menemukan solusi dari masalahnya. Bahkan saking pokusnya dengan pikirannya, Ice sampai tidak sadar kalau kakinya sekarang telah mengantarnya ke lapangan belakang sekolah. Tempat di mana [Name] sedang bermain bulutangkis di sana.
Ice sontak terdiam di tepi lapangan. Memandangi sang gadis yang sepertinya saat ini masih belum menyadari kedatangannya. Ia lagi-lagi termenung di sana, tidak bisa bergerak ataupun memindahkan pandangannya dari sang kekasih.
Netranya seakan terkunci pada sosok gadis yang ia yakini sebagai kekasihnya sekarang, meski Ice sendiri marasa kalau hubungan mereka seperti terhalang tempok tak kasat mata di sana.
'ehm, kalau tidak salah, [Name] akan mewakili sekolah untuk kejuaraan bulutangkis nanti. Mungkin karena itu ia berlatih sekarang, tapi kenapa ia hanya sendirian di sini? Kemana perginya tim bulutangkis yang lainnya?'
Saat otaknya kembali berkecamuk memikirkan hal yang seperti itu, bola yang [Name] gunakan untuk bermain bulutangkis tidak sengaja terpantul ke tempat Ice. Yang itu membuat [Name] spontan menyadari keberadaan Ice di sana.
Ice seketika membeku tatkala netranya bertemu dengan netra sang gadis. Sedangkan [Name] sendiri hanya terdiam ketika menyadarinya. Ia kemudian berjalan ke samping untuk mengambil bola baru, lalu kembali melanjutkan permainannya yang sempat tertunda tadi.
Karena [Name] hanya bermain sendirian, ia jadinya harus menggunakan tembok sekolah sebagai teman bermainnya. Padahal seharusnya sekarang ia berlatih bersama Partnernya, bukan dengan tembok sekolah.
"Mau sampai kapan kau akan menghindariku lagi, [Name]? Bukankah sudah kubilang kalau semua itu tidak disengaja." Kali ini Ice ingin mencoba untuk menjelaskan kembali semua alibinya, tapi dapat kita duga kalau [Name] lagi-lagi tidak menghiraukannya.
Ia masih pokus dengan latihannya.
Melihat [Name] yang masih tidak merespon perkataannya, membuat Ice tanpa sadar berjalan menghampiri sang gadis. Berdiri tepat di belakangnya, lalu langsung memeluknya di sana.
[Name] tentunya terkejut ketika merasakan Ice tiba-tiba memeluknya. Ia bahkan spontan mengehentikan latihannya karena tidak bergerak secara leluasa di sana.
"Apa yang ka-"
"Kumohon maafkan aku, [Name]. Aku bersungguh-sungguh tidak bersalah kali ini. Taufan dan Blaze sengaja memasukkan obat tidur di dalam minumanku, karena itulah aku tidak bisa datang malam itu."
Ini memang sudah kali kesekian [Name] mendengar perkataan yang sama dari kekasihnya itu, tapi entah kenapa, ia merasa kalau ia masih belum bisa memaafkan Ice.
[Name] menarik lengan Ice dari perutnya. Melepaskan pelukan itu dengan paksa. Ia kemudian kembali berjalan ke tepi. Meninggalkan Ice di tengah lapangan tanpa membalas ataupun menatap mata sang pemuda.
Ice lagi-lagi hanya bisa terdiam ketika melihatnya. Ia terus memandangi punggung [Name] yang sepertinya kian menjauh dari dirinya sekarang.
Tak lama, suara gemuruh pun terdengar dari atas sana. Membuat pemuda ini spontan mendongakkan kepalanya.
'Ah, hujan. Tapi aku malas untuk berpindah tempat.'
Karena Ice sudah terlanjur malas untuk berjalan ke tepi, akhirnya ia hanya berdiri saja di sana. Membiarkan tubuhnya yang mulai basah karena hujan mulai turun.
Netranya pun sengaja ia pejamkan untuk menikmati butiran-butiran air yang menjatuhi dirinya.
Namun belum sepuluh menit ia memejamkan mata, kegiatannya itu mendadak harus ia hentikan, dikarenakan seseorang tanpa permisi langsung menariknya dari sana. Membuat Ice spontan membuka matanya.
Netranya sempat membulat karena tidak menyangka kalau gadisnya lah yang sedang menariknya sekarang.
"Dasar bodoh! Kau bisa sakit kalau hujan-hujanan seperti itu!"
★Bonus★
Ice:
"Apa itu artinya kau memaafkan ku?"[Name]:
"Diamlah! Kau harus mengering tubuhmu dulu."♪------♪
... aku akan membuat [Name] kembali memaafkan ku. Meski itu artinya aku harus hujan-hujanan terlebih dahulu.
{17 Agustus 2022}
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Darling || BoBoiBoy Ice ✔️
Fanfiction╭┈─────── ◌ೄྀ࿐ ˊˎ- ╰┈─➤ ❝ Ethecismus Project ❞ ❝ BoBoiBoy Ice X Kuudere Fem!Reader. ❞ ┊ Punya pacar yang dingin? Mari kita lihat, mungkin terdengar menarik, tapi tentu saja ada tantangan tersendiri. Bagaimana kalau ia punya sisi lain yang terlihat...