chapter 5.

5.6K 580 12
                                    




Sudah selama 3 harian pria bertubuh kecil itu berdiam diri dirumahnya. 

Kemarin saat masih bekerja masuk kantor ia bernego pada pak kim, agar dirinya bisa bekerja dirumah karena merasa terus kurang enak badan. Aneh sekali memang tapi rasanya juga malas ke dokter untuk sekedar periksa . Lihat saja notif ponselnya sudah berisik karena yemi terus mengirim pesan untuk mengajak sahabatnya itu periksa diri.

"Ck males banget…"

"Duh laper banget pengen hotpot, tapi nanti pasti yemi marah. Ah bodo coba telpon deh"

'Yemiii..'

'Kecilll, udah baikan? Duh di kantor hectic banget soalnya gaada kamu loh. Biasanya semua proposal beres. Ini lagi si Wina pake salah ketik'

Terdengar suara sedikit gaduh dari sang penerima telepon.

'Btw kenapa telpon?'

'Em itu.. tadinya pas jam makan siang mau ajak makan hotpot tapi yemi sibuk ya?'

'Ih mau deh hotpot.. tapi kayanya gabisa nih, bakal ngelewatin jam makan siang juga. Maaf ya rain, kamu sendiri gapapa?'

'Bener udah sehatan kan ?'

'Iya kok gpp, yaudah aku mau otw dulu nih. Kalo km mau kirim aja sebagian tugas proposal nya ke email nanti aku bantu kerjain dari rumah.'

'Makasii rain bantuannya. Okedeh kalo gitu, have fun ya makan hotpot nya'

Tit.

Yah makan sendiri lagi. Batinnya.

Rain mengambil cardigan coklat serta memakai celana training santai untuk style ootd makan hotpotnya hari ini.

'awas ya mual lagi ni perut, pokoknya hotpot ku gaboleh kebuang sama sekali!' monolognya sambil menepuk kecil perutnya.




Disinilah dia sekarang. Haidilao, tempat favoritnya kalau soal makan hotpot. 



Kedua matanya berubah bulat. Lihat saja daging-daging dan kuah yang sedang dimasak. Sangat menggugah selera bahkan cacing didalam perutnya seakan sudah meronta untuk diisi.

"Mari kita makan"

Tuk.

"Boleh gabung?"

Hendak menyuap namun ter interupsi oleh suara orang yang baru saja datang ke mejanya.

"Haga?!"

"Eh kok kesini juga? Em maksudnya ga ke kantor hari ini atau sekalian makan siang?"

Yang ditanya hanya tersenyum kecil.

Lucu sekali dicecar pertanyaan oleh pria dihadapannya.

"Lagi pengen aja… hotpot"

"Kata yemi hotpot haidilao paling enak. Sering makan bareng yemi, kan?"

Sembari menyuap makannya ia mengangguk.

"Um enak banget disini pokoknya harus cobain deh"

Pria manis itu mulai gesit memasukkan daging per daging ke dalam kuah rebusan. Tak lupa membaginya juga untuk haga.

"Nih.. yang udah mateng. Kau pasti buru-buru kan?"

"Ga juga. Abis ini paling langsung balik rs. Bosen sih"

Mereka mulai makan lahap bersama sampai sedikit lupa waktu. Berbincang topik random yang ternyata asik juga.

"Ah enak banget. Besok kalo libur harus ajak Yemi kesini lagi"

"Ck. yang ada yemi tar bosan karena temannya ngajak makan hotpot mulu."

Rain sedikit menggerutu kecil akan tanggapan orang tersebut.

Seperti ada insting, lelaki berdarah iblis itu menoleh.

Tepat waktu. Hampir saja calonnya terjatuh tertabrak seorang mahasiswa yang mengebut membawa sepeda nya.

"Ah maafkan aku, benar-benar. Aku sangat terburu karena sudah telat jam pertama. Sekali lagi maaf ya" ujar seorang mahasiswa kembali melanjutkan langkahnya.

Haga kini membawa Rain ke rengkuhannya. Dapat terdengar debat jantung keduanya yang sangat hebat.

Tunggu apa ini?

Terasa sangat aneh. Kenapa Rain sangat menyukai suasana dimana ia dan Haga berada pada jarak yang dekat.

"Are you okay? Gak kena kan?"

Ujarnya sembari melepas rengkuhan itu lalu mengecek badan si pria kecil.

"Gapapa. M-makasih ga akh---"

Gawat kenapa setiap disituasi bersama pria di hadapannya selalu ia diserang sakit perut.

"Aduh perutku sakit banget ga-"

Rain mencengkram lengan Haga dengan kencang.

Membuat nya nampak panik.

Is it a baby insting?

Baby know that's father is here…

Sungguh haga tidak tega melihat si manis kesakitan. Apa ia harus sedikit memutuskan kontak untuk sementara sampai efek Minggu pertamanya hilang?

Entah dorongan dari mana, ia menggunakan energi dari dalam tubuhnya untuk menenangkan calon anaknya itu. Mungkin sang bayi masih belum bisa beradaptasi dengan tubuh manusia sehingga selalu menyebabkan kesakitan pada tubuh sang wadah alias tubuh manusia .

Energi iblis terlalu kuat untuk ditampung seorang manusia yang lemah.

"You'll be okay soon, i promise"

Haga sedikit menyentuh bagian perut milik Rain.

Deg..deg..

Terdengar denyut nadi, sebuah kehidupan kecil disana.
















"Udah mendingan?"

Rain hanya mengangguk. Masih memikirkan kejadian tadi mengapa setelah Haga menyentuh bagian perutnya seketika rasa sakit yang menyiksa itu menghilang.

"Aku anter pulang. Kasi tau aja jalan rumahmu"

Haga segera memutar balikkan mobilnya.

Oh jadi di sini kawasan tinggalnya. 

Sedikit mengendus aroma sekitaran dan nampaknya ia menemukan sesuatu yang janggal. Seperti menemukan kaum nya namun masih tertutup aroma manusia saking pekat nya.

"Aman tinggal disini?"

"Kenapa emang? Aman kok, eh iya den aku mau tanya?"

"Tanya aja."

Apa perlu ditanyakan? Tapi dirinya takut dicap aneh tapi penasaran juga.

"Ga jadi deh kalo gitu makasih ya den, aku balik dulu"

"Hm. Take care"

Memajukan mobilnya sedikit lalu berhenti. Memastikan pria itu sampai dengan selamat.

Di dalam mobil, ia kembali melihat telapak tangannya.

My first time

For touching your belly. And greeting my baby, huh…

Seems like strong baby.

Tolong jangan menyusahkan wadah manusia itu dan cepatlah lahir…

Haga kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.






















Ngidam pertama nya rain langsung hotpot ga tuh wkwk

Jangan lupa berikan masukan kritik dan saran buat setiap chapter nya agar aku bisa jadi perbaikan buat buku ini. Also klik vote bintangnya🤩🤩

See you in the next chapter👋🏼

demon baby - hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang