Hari ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Hari ini Lisa melepas status jomblonya yang baru ia sandang sekitar 10 hari lalu. Terlalu cepat memang tapi tidak ada salahnya juga kan?
Lisa merasa perutnya sakit, ia sedikit tertekan dengan tatapan Jungkook yang terkesan memelototinya. Sebenarnya pemuda itu menatap Lisa biasa saja tapi Lisa cenderung terlalu gugup sehingga merasa terlalu diperhatikan bahkan beberapa kali Lisa terlihat salah tingkah dengan menatap dinding yang berada tepat disebelahnya.
Jungkook itu kenapa sih? ada banyak arah kenapa harus melihat ke arah Lisa terus!?
Setidaknya sekarang Lisa bisa bernafas lega dan meraih botol minumnya, mengisi kekeringan yang melanda jalur tenggorokannya kemudian membenarkan posisi duduknya menjadi bersandar pada kursi tetapi belum berhenti disitu Lisa malah dibuat terlonjak sampai hampir menyemburkan air dari dalam mulutnya.
Karena tiba-tiba saja Jungkook berpindah duduk, pemuda itu menempatkan dirinya dikursi yang selalu kosong yang berada tepat disamping kursi Lisa dalam barisan meja panjang yang sama. Berbagi meja, begitu dan dia bukan hanya membawa dirinya saja tapi juga tas dan seluruh barangnya.
"Aku boleh duduk disini, kan?" Pertanyaan itu lebih terdengar seperti perintah dan lagi-lagi Jungkook tidak berhenti tersenyum sambil memperhatikan gerak-gerik Lisa bahkan saat gadis itu hanya bergestur meletakkan botol minumnya ke dalam tas.
"Kenapa kau mendiamkanku sih?" tanya Jungkook mencolek pipi Lisa membuat si pemiliknya terlonjak dengan wajah seketika memerah.
"Itu..itu... aku..." Lisa melirik ke sekitar mencari sesuatu untuk dijadikan alasan karena baginya mustahil untuk berkata jujur mengenai isi hatinya yang sangat berloncatan seperti saat ini, jantungnya terasa jatuh ke lambung. "Sedang berpikir!"
"Berpikir?" alis Jungkook terangkat satu, "hal apa yang membuat gadis kecilku sampai harus berpikir keras hmm?"
Deg!
Oh..astaga..Tuhan.. jantung..bertahanlah...
Lisa tidak sanggup. Apa? apa? Jungkook baru saja memanggilnya dengan cara imut seperti itu. Rasanya Lisa ingin menjadi es krim dan meleleh seolah tak pernah ada, habisnya ini keterlaluan imut untuknya dan Lisa tidak sanggup untuk tidak membiarkan rona merah semakin memenuhi wajahnya--dimana hal itu malah semakin membuat Jungkook senang.
Pemuda itu memindahkan tubuhnya menjadi duduk tapi menghadap Lisa lalu mengusap lembut pipi halus milik gadis yang kemarin baru saja menjadi kekasihnya. "Apa ini? merah?" ia bertanya berpura-pura seakan tak tahu alasan mengapa wajah Lisa semerah ini.
"Apa gadis kecilku sedang malu?" ucapnya bertanya namun setengah berbisik dengan suara deep yang mampu meremangkan bulu kuduk Lisa kemudian tak lupa pemuda itu dengan lembut merapihkan anak rambut Lisa, menyelipkannya ke belakang telinga.
"So cute..." gumamnya semakin, semakin, semakin membuat Lisa ingin berteriak kepanasan bak ikan hias melompat dari akuarium saat ingin dimangsa seekor lele.
"Hey kenapa kau diam terus?" Jungkook mengerucutkan bibir sebab merasa diabaikan oleh Lisa, ia meletakkan kepalanya diatas tumpukkan kedua tangan lalu menghadap ke arah Lisa yang memicu gadis itu kian salah tingkah.
Oh.. ya Tuhan... ini sebuah surga tapi Lisa masih belum sanggup untuk menerima bahwa Jungkook adalah kekasihnya, pemuda disebelahnya adalah kekasihnya, dan pemuda yang sama kini mengubah posisinya sedikit mengangkat kepala hanya untuk melepas satu tangannya kemudian meraih tangan Lisa untuk digenggam.
Jungkook menyadari itu, ia melonggarkan genggamannya terhadap tangan mungil itu dan bertanya. "Kenapa kau gemetaran gadis kecil?"
Lisa menggeleng. "Aku.. aku.. hanya..."
"Malu?" tebaknya.
Lisa menunduk dengan wajah merah padam bak kepiting rebus, ia tidak sanggup sementara Jungkook mendekatkan tangan Lisa ke atas kepalanya. Meletakkan jemari itu diatas rambutnya, meminta diusap dengan lembut dan penuh sayang yang dilakukan oleh Lisa tanpa melihat ke arah Jungkook.
Dari sana Lisa bisa merasakan betapa lembutnya surai hitam milik Jungkook ketika jemarinya berada diantaranya. Terlebih aroma shampo buah yang tercium entah bagaimana caranya tetapi Jungkook sangat beraroma manis berbeda dari pemuda-pemuda yang sebelumnya bersama Lisa, yang cenderung memiliki aroma cool dan menonjolkan keren.
Jungkook bukannya tidak keren, dia keren tapi tingkat kerennya itu berbeda seperti diatas-diatas ekspektasi Lisa tetapi Lisa yakin bahwa hatinya sangat menyukai pemuda yang katanya adalah kekasihnya.
"Kau melamun lagi huh!" cebik Jungkook memajukan bibirnya merajuk.
"Eh.. anu.."
"Anu?"
"Aku yang tampan ini dipanggil anu?" Jungkook membatin dengan senyum tertekan yang ia tampilkan saat ini, "oleh pacarku sendiri?" sambungnya tak percaya antara mau miris tapi juga lucu.
"Apa kau serius menyukaiku?" Lisa bertanya dengan suara kecilnya yang merdu.
"Aku mencintaimu" ujar Jungkook yakin, ia menatap dalam pada mata Lisa lalu mendekatkan kepalanya tanpa perlu izin langsung bersandar dibahu gadis itu.
"Aku sangat menyukaimu, kau baik, kau imut dan...."
"Dan?"
"Menggemaskan, pokoknya aku suka sekali kepadamu gadis kecil~"
Lisa memasang wajah datar, "Aku tidak kecil." Protesnya tak benar-benar dalam artian tidak suka dipanggil begitu hanya saja setiap Jungkook menyebutnya dengan itu ada sensasi merinding yang... bukan, bukan menakutkan! pokoknya ya begitu!
Jungkook tersenyum, meraih tangan Lisa dan mengecup jari telunjuknya seraya berkata. "Kau akan selalu menjadi gadis kecilku, sebesar apapun dirimu atau sedewasa apapun.. bagiku kau adalah gadis kecilku yang menggemaskan."
Dan Lisa tidak bisa untuk tidak tersenyum, Jungkook mengetahui kekasihnya itu tersenyum kemudian membenarkan posisi duduknya serta menggeser kursi lebih dekat bertepatan dengan bunyi bel yang menandakan jam makan siang.
"Kau bawa bekal?" tanya pemuda itu.
Lisa mengangguk sembari mengeluarkan kotak bekalnya dari bawah laci meja, menaruhnya ke atas meja. "Aku bawa nasi yang sudah tidak panas, kimchi, daging, dan beberapa potong acar."
"Aku lebih suka nasi yang tidak panas." kata Jungkook sambil bertopang dagu memperhatikan Lisa yang membuka tutup kotak bekalnya, mengabaikan sekitar yang melihat mereka dengan iri.
Lisa tersenyum kecil, sedikit menggigit bibir bawahnya untuk mengusir kegugupan meski detak jantungnya amat sangat kencang saat ini terutama setiap ia melirik dan mendapati Jungkook tidak melepas pandangan darinya.
Pemuda itu terlihat sangat mencintainya dari caranya menatap, dari caranya berbicara, dari caranya meraih tangan Lisa kemudian menggenggamnya dan dari caranya mengelus puncak kepala Lisa.
"Aku tidak dibagi, hm?" Jungkook bertanya tepat saat Lisa akan memasukan satu suap ke dalam mulutnya, alhasil sesuap makanan itu berhenti didepan bibir Lisa yang baru setengah terbuka.
Lisa menoleh dengan pandangan merasa tidak enak hati. "Tapi aku hanya bawa satu sendok, kalau kau juga makan artinya kau makan bekasku dan kalau makan bekas orang lain--"
"Orang lain?" Jungkook mengerutkan alis nampak tak setuju, ia mengambil alih sendok yang berisi makanan itu dan memasukannya ke mulut Lisa lalu menariknya keluar. "Kau sama sekali bukan orang lain."
Seolah ingin mempertegas ucapannya, Jungkook menumpuk nasi, daging, dan sedikit potongan kimchi ke atas sendok yang sama lalu memasukkannya ke dalam mulut dan langsung mengunyahnya kemudian menelan setelah dirasa cukup halus.
"Aku sudah bilang..." telunjuknya bergerak menyentuh pangkal hidung Lisa, menyusur turun hingga ke puncak hidung gadis itu kemudian mencoleknya. "Kau adalah gadis kecilku."
Senyuman itu memicu kedua sudut bibir Lisa terangkat, ikut tersenyum seperti cara Jungkook tersenyum saat ini. Lantas tanpa merasa keberatan, Lisa membiarkan Jungkook berbagi sendok dengannya hingga bekal yang ia bawa hari ini habis tanpa sisa.
🐾🍒
Votmennya juseyoooo~