Jungkook menghela nafas panjang tepat setelah melepas keberangkatan sang ibu kembali ke Busan. Dua hari ini rupanya sang ibu hanya berpura-pura kambuh sakit untuk dijadikan modus agar bisa bertemu dengan Jungkook sekaligus Rose.
Jungkook tadinya ingin marah, dia ingin kesal tetapi wanita itu adalah ibunya sehingga Jungkook menghadapinya dengan senyuman tanpa tahu Lisa telah mengetahui segalanya tanpa penjelasan serta kesimpulan yang gadis itu ambil sendiri.
"Jung.." Rose memanggil dengan suara lirih, gadis pirang itu tersenyum kecil. "Terimakasih ya telah mengizinkan aku tetap bertemu dengan ibumu setelah hubungan kita berakhir dan aku mau minta maaf soal kimchi... Lisa tidak mengizinkannya, maksudku dia tidak mau mengambil kimchinya tapi tidak membiarkanku mengantarnya padamu juga."
Jungkook mengerutkan kening, ia sedikit bingung tetapi kemudian mengangguk-angguk memahami alasan Lisa tidak mau Jungkook bertemu mantan kekasihnya lagi tetapi sekarang sudah dua hari Jungkook malah menghabiskan waktu bersama Rose.
"Tidak apa-apa. Aku akan temukan cara untuk memberitahu ibu bahwa kita bukan siapapun lagi sekarang, hubungan kita sudah berakhir." Jungkook berucap sedikit merasa was-was karena takut mungkin Lisa ada disekitar sini, tetapi Jungkook memberitahu kedatangannya lusa supaya dua hari berikutnya bisa ia pakai untuk bekerja full time kemudian membelikan hadiah untuk Lisa supaya gadis itu tak sedih setelah ditinggal hampir setiap waktu.
"Kau sungguh akan melakukannya, Jung?" tanya Rose terlihat tidak terlalu menyukai rencana Jungkook barusan, "ibu mungkin akan ikut terluka jika tahu."
Benar. Ibunya pasti sangat terluka karena Rose adalah idealnya ibu. Ibu sangat menyukai Rose, menyayangi Rose tetapi Jungkook sudah tidak. Semua telah berakhir dan kalau tidak demi ibunya, Jungkook tak akan pernah berdiri berhadapan dengan Rose lagi.
"Menyembunyikan kebenaran dari seseorang terlebih ibu sendiri adalah hal terburuk yang pernah kulakukan." Tegas Jungkook menatap Rose tajam tetapi gadis itu malah sama sekali tak terganggu malahan senang ditatap seperti itu.
Rose memiringkan wajahnya untuk menatap Jungkook lebih jelas. Gadis pirang itu mengukir seringaian kecil yang tak disadari oleh siapapun selain dirinya kala menatap pantulan seseorang yang dikenalnya dari kejauhan melalui kaca yang ada didepan sana sebelum seseorang itu berbalik dan pergi dengan ekspresi marah.
"Tapi, Jung, kita sudah melakukannya. Kita telah menyembunyikan kebenaran dari ibumu dan kalau dalam waktu dekat kau memberitahunya, bukankah ibumu akan merasa kecewa pada anaknya? tega sekali sampai menyembunyikan hal sepenting itu darinya." Rose berucap seakan bisa menebak seperti apa perasaan ibu Jungkook jika tahu semuanya dan membuat pemuda itu goyah supaya tak segera mengatakan kebenaran karena Rose sejujurnya masih menikmati hal ini. Momen-momen yang mereka habiskan berdua.
"Kau benar, namun harus tetap aku beritahu secepatnya." Balas Jungkook lalu bergegas akan pergi melakukan yang sudah terancang dikepalanya tadi.
"Jung, tunggu!" panggil Rose yang kini memegang kepalanya merasa pusing secara tiba-tiba lalu tangannya yang satu lagi berusaha meraih Jungkook saat melihat pemuda itu bergerak ke arahnya disaat itu pulalah Rose ambruk ke pelukannya.
"Rose, kau!?" Jungkook nampak panik, ia melihat sekitaran yang ramai tapi tak ada siapapun yang peduli sehingga cepat-cepat ia mengangkat tubuh Rose dan membawa gadis itu keluar stasiun.
Lalu dia klinik terdekat lalu memeriksakan kondisi Rose disana. Dokter disitu mengatakan bahwa Rose anemia Rose kambuh akibat terlalu lelah dan setelah diberi suntikan, Jungkook bisa membawa Rose pulang usai gadis itu sadar.
Sekarang Jungkook merasa benar-benar sialan pada dirinya sendiri. Jungkook sedang duduk dikursi tunggu, ia menatap ponselnya sendiri dengan rasa bersalah. Dua hari sudah ia habiskan bersama gadis lain, bagaimana bisa Jungkook masih memiliki muka untuk menghubungi Lisa dan bersikap seolah dua hari kemarin tak pernah ada.