Pagi ini Lisa tidak bisa free seperti biasanya, ia memiliki banyak tugas yang harus dikumpulkan pada hari senin sehingga tak sempat membuka ponselnya yang lowbat karena semalam ia mengerjakan tugas juga sampai tertidur dan tak sempat mengecas sehingga baru paginya ia mencolokkan kabel pada ponselnya yang mati total itu.
Ketukan dipintu rumahnya lumayan mengejutkan terlebih ini hari Minggu dimana kedua orang tuanya pergi untuk menemui keluarga besar bersama sang kakak yang sudah janjian sejak sehari lalu tapi Lisa sudah minta izin untuk tidak bisa ikut karena tumpukkan tugas sekolahnya.
"Iya, sebentar!" seru Lisa berjalan cepat meninggalkan laptopnya dimeja ruang tengah menuju pintu depan yang diketuk semakin kencang.
Sambil menarik pintu ke dalam Lisa ingat kebiasaan ayahnya yang suka melupakan dompet, lantas ia langsung menyambut dengan kalimat. "Kenapa? dompet ayah--"
"Ayah?" suara itu jelas bukan milik ayahnya.
Kedua mata Lisa membulat, bibirnya terbuka saat mendapati pemuda tampan yang bergelar pacarnya berdiri dibalik pintu yang sekarang terbuka lebar. Lisa segera melihat keluar, mencondongkan tubuhnya dan bisa bernafas lega karena para tetangga entah sedang berada dimana.
"Hey.. kenapa panik?" Jungkook meletakkan tangannya mengusap lembut puncak kepala Lisa lalu menunjukkan ponselnya yang menampilkan terakhir kali Lisa online diaplikasi pesan. "Aku khawatir padamu jadi aku mampir sebentar, lihat aku sudah bawa alibi kalau-kalau yang buka pintu adalah ayah atau ibumu." Ucapnya sambil mengangkat kantong plastik transparan berisi beberapa kotak ayam goreng.
Lisa menghela nafas, ia menarik tangan Jungkook untuk masuk ke dalam. "Masuk dulu," pintanya lalu menutup dan mengunci pintu membuat Jungkook jadi menyeringai.
"Eh eh.. baby, kok aku dikunci? aku tidak bakal lari ini." Guraunya tertawa pelan.
Lisa berdecak dengan bibir cemberut. "Kenapa kau datang tiba-tiba?"
Jungkook ikut meniru decakkan Lisa sekaligus cara gadis itu cemberut. "Kenapa kau tidak online-online juga?"
Alis Lisa menyatu dengan sebal lalu menunjuk laptopnya yang sedang menyala dan menampilkan tugas matematika yang sedang ia kerjakan. "Semalaman aku berusaha mengerjakannya dan masih ada kimia juga fisika."
Jungkook melihat ke layar laptop Lisa, terpampang tugas yang sama tapi bedanya miliknya sudah selesai. "Punyaku sudah beres semua, mau aku kirim salinannya?"
Lisa menggeleng cepat. "Jawabannya bakal terlihat sama nanti Bu Yeonwoo curiga dan gampang tahu kalau kita menyontek satu sama lain."
"Aku bisa buatkan yang baru untukmu." Ucap Jungkook tak ambil pusing, tak peduli ia harus mengerjakan ulang tugas yang sama tetapi baginya yang penting Lisa tidak sibuk dan selalu punya waktu untuk dirinya saja.
Tetapi Lisa memalingkan wajah, melihat ke arah lain dengan pandangan sedih. "Aku bisa mengerjakannya sendiri, itu akan merepotkanmu dan terkesan aku memanfaatkan dirimu."
"Tapi, kau sama sekali tidak memanfaatkanku karena itu kemauanku, kan?" Jungkook tersenyum menatap Lisa yang kembali melihatnya, diraihnya kedua pipi gembil itu lalu ia cubit pelan. "Tidak usah mengerjakan tugas sialan itu, aku akan kerjakan untukmu. Okay baby?"
"Kau serius?" tanya Lisa ragu, ia meremas jemarinya dan Jungkook yang mengetahui itu segera memindahkan tangannya jadi menggenggam jemari-jemari Lisa diantara sela jemarinya.
"Sangat serius." Balas Jungkook namun suaranya berbisik, "yang penting jangan pernah menghilang lagi dan membuatku khawatir seperti ini."
"Aku tidak suka saat kau sibuk." Tutur Jungkook berkata jujur, ia merasa gelisah jika sedetik saja tak ada kabar maupun pesan dari Lisa. "Aku tidak mau dinomor duakan oleh apapun, Lisa."