Menepati Janji

37 4 0
                                    

Keesokan harinya, Ziandra mengawali pagi masih dengan mood yang sama. Subuh pagi itu tanpa seorang imam yang pandai melafalkan ayat Al Qur'an, semalam juga dirinya tidak menjadi imam. Tak seperti biasanya yang sering menjadi imam masjid, dirinya menolak untuk menjadi imam untuk sementara waktu, tanpa memberikan alasan yang jelas.

Setelah selesai sholat subuh, ada seorang bapak yang bertanya kepada Ziandra mengapa dirinya tidak menjadi imam masjid akhir-akhir ini. Tanya bapak itu sambil memegang bahu Ziandra. Ziandra menjawab dirinya sedang pusing memikirkan tentang biaya kuliah. Jika dirinya menjadi imam, mungkin dirinya tidak akan fokus dalam melafalkan ayat ayat-ayat Al Qur'an, terangnya.

Kemudian seorang bapak itu menasehati, "nak tak perlu pusing untuk memikirkan tentang biaya kuliah, rezeki itu akan datang dari mana saja" sambil mengelus punggung Ziandra. "Makasih pak, atas nasehatnya" jawab Ziandra sembari tersenyum. Bapak itu pun pergi. Ziandra berjalan pulang menuju rumahnya.

Sinar matahari semakin berjalan. Ibu Ziandra pergi belanja ke seorang pedagang sayur keliling. Tampak disitu sudah banyak yang membeli sayur-sayuran. Ia melihat seorang gadis yang cantik sedang berbelanja sayur, dirinya kagum pada gadis itu. Jarang sekali ia melihat gadis yang membeli sayur.

Kemudian Ibu Ziandra bertanya padanya "Nak, kamu kok beli sayur" ucapnya pada gadis itu. "Iya Bu, buat makan sendiri" jawab gadis itu sembari memilih sayuran. "Jarang banget, anak muda yang belanja sayur, padahal sekarang tinggal online aja" ujar ibu Ziandra pada gadis itu. "Saya juga gitu Bu, hehe. Ini mumpung lagi libur Bu jadi masak aja" jawabnya sambil tersenyum. "Oh gitu, masak aja terus ya nak sisanya di tabung" tutur ibu Ziandra. "Baik Bu" ucap gadis itu sambil menganggukkan kepalanya.

"Kamu tinggal dimana?" tanya ibu Ziandra yang penasaran. "Saya ngekos Bu, saya kuliah di univ **** " ucapnya. "Loh, anak saya juga kuliah disitu, kamu semester berapa?" tanyanya. "Saya naik ke semester 6 Bu" jawab seorang gadis itu. "Oh semester 6, Kalau anak saya naik semester 7" pungkas ibu Ziandra. "Anak ibu perempuan atau laki-laki?" tanya gadis itu pada ibu Ziandra. "Anak saya laki-laki".

"Ini sayurnya jadi dibeli gak Bu" seru pedagang sayur pada ibu Ziandra.
"Jadi mas, hehe jadi keasikan ngobrol" ucap ibu Ziandra. "Yaudah Bu, saya pulang dulu" ucap gadis itu sembari menenteng sayurannya.

"Bu, anak itu kok jarang keliatan ya" tanya kepada pedagang sayur."Iya, ini baru pertamakali belanja disini" jawabnya.

Setelah selesai membeli sayur ibu Ziandra kembali pulang ke rumah untuk memasak.

Ziandra bersiap-siap pergi ke taman untuk menemui Shabira. Selagi menunggu ibunya selesai memasak Ziandra menonton tv. "Nak tadi ibu ketemu anak gadis, cantik pula" kata ibunya sembari memasak. "Anak itu katanya juga kuliah di univ **** " terangnya. "Dia semester berapa Bu" tanya Ziandra dengan penasaran. "Semester 6 katanya" jawab ibunya. "Masakan nya udah mateng Bu?" tanya Ziandra. Ibunya pun menjawab " sudah nak, mau makan sekarang?". "Nggak Bu, taruh di wadah aja nanti aku makan ditaman" ucapnya.

"Ngapain nak ke taman" tanya ibunya dengan penasaran. "Ketemuan sama temen" terang Ziandra. "Cewek apa cowok?" tanya ibunya. "Emm, cewek... Bu" jawab Ziandra dengan keraguan. "Pacar apa temen" tutur ibunya. "Temen Bu" pungkas Ziandra. Ibunya pun mengizinkan Ziandra pergi ke taman. Ziandra salim kepada ibunya "pergi dulu Bu".

Di waktu yang sama, Shabira juga memasak untuk Ziandra. Shabira menyiapkan dua wadah, satu untuk dirinya sendiri satu untuk Ziandra. Shabira menyisakan sedikit untuk sahabatnya Caca. "Ca, aku sisain nih masakan ku jangan lupa dimakan ya, aku ke taman dulu" ucapnya.

Setibanya di Taman Ziandra belum melihat Shabira, tak menunggu lama Shabira datang. "Assalamualaikum Ndra" ucap Shabira sambil tersenyum. "Wa'alaikumussalam" jawab Ziandra dengan muka cemberut. Kemudian mereka duduk berseberangan. Ziandra bertanya pada Shabira mengapa dirinya mengajak ke sini.

Shabira menjawab dirinya ingin tahu kenapa Ziandra semalam. Wajah Ziandra yang masih terlihat cemberut membuat Shabira kurang tau apa yang sedang dialaminya. "Ndra kamu kenapa cemberut terus, cerita dong" tanyanya. Ziandra sebenernya ingin memendam masalahnya, tapi siapa tau Shabira bisa membantu.

Ziandra pun bercerita kepada Shabira.

"Jadi gini Ra, ayahku telah meninggal 2 bulan lalu, sedangkan tabungannya tinggal sedikit, mana cukup untuk bayar biaya kuliah ku nanti". Shabira turut prihatin atas ucapan Ziandra. Shabira mencoba untuk memmberi solusi untuknya. Shabira menyarankan Ziandra untuk part time. Ziandra menyetujui saran Shabira, namun dirinya bingung dimana tempat yang ingin menerima part time. "Kamu tanya tanya aja dulu" ucap Shabira. Ziandra mengiyakan dengan mengangguk.

Shabira ingin lebih jauh mengenal Ziandra. "Oh ya kamu kuliah dimana?" tanyanya. "Aku kuliah di univ ***** jawabnya. "Eh, ternyata kita sama, btw kamu ngambil apa" tanya Shabira kembali. "Aku ambil komunikasi, hehe. Kalau kamu" balasnya. "Oh gitu, kalo aku sastra, semester berapa?"seru Shabira. "Aku semester 7" jawabnya.

Muka Shabira terkejut dengan yang diucapkan Ziandra "ha? semester 7? muka kamu masih keliatan muda" serunya. "Aku masih semester 6, maaf yah selama ini aku panggil nama" ucapnya. Ziandra pun menjawab "hehe, gapapa kok". "Trus mau dipanggil apa nih" lanjuntnya. "Terserah sih" jawab Ziandra. "Mas, aja kali ya, gimana setuju?" tanyanya. "Ehem, gapapa deh trus aku panggil kamu apa" ucapnya sambil tersenyum. "Em, dek?" Jawab Shabira sembari menutup mulut karena tersenyum. "Ehe, boleh" jawab Ziandra.

"Oh ya umur kamu berapa" tanya Shabira dengan penasaran. "22" jawabnya. "Beda setahun aja, aku masih 21, tapi nanti lulusnya duluan kamu" seru Shabira. "ya gapapa, itung itung aku nabung" ceplos Ziandra. "Eh enggak" ucapnya sambil tegang. Ziandra memang sudah suka sejak pandangan pertama, namun dirinya belum mengungkapkan perasaannya.

Shabira mengeluarkan box makanan dari tas kecilnya. "Ini buat kamu, satu buat aku. Makan bareng yuk" ucapnya. Ziandra baru ingat ternyata dirinya juga membawa box makanan. "Oh iya, bentar ya" sambil berlari menuju parkiran untuk mengambil makanannya.

Sebelum lanjut part selanjutnya, ada
Baiknya untuk vote terlebih dahulu,
Untuk mendukung cerita ini.
Terimakasih.

Jeratan Rindu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang