Tak lama bertemu

20 2 0
                                    

"Jadi mas, udah kerja ya" tanya Shabira.
"Iya lah" singkatnya.
"Gimana rasanya" tanya Shabira.
"Capek, tapi ya mau gimana lagi" jawabnya.
"Yaudah lanjutin aja ya kerjanya semangat" ujar Shabira padanya.

Ziandra rasanya ingin duduk disitu menemaninya, namun dirinya sedang kerja.

Detik demi detik berlalu, pekerjaan Ziandra telah selesai. Namun Shabira sudah tidak duduk disitu lagi.

Tak menunggu lama, dirinya memilih untuk pulang saja.

Hari telah berlarut-larut, pekerjaan Ziandra telah ditekuni selama 6 bulan lamanya. Dirinya telah mengumpulkan gajinya untuk biaya kuliahnya. Kuliahnya pun sudah selesai.

Tak terasa waktu sudah berjalan dengan cepat.

Ziandra tetap saja mencintai Shabira yang belum tentu kejelasannya. Defina, dirinya juga telah lulus kuliah dirinya sudah tidak mengharapkan Ziandra kembali namun jika Ziandra menghendakinya dirinya pun menerima. Tetapi tak sekalipun Defina melihat Ziandra.
Sangat jarang dirinya bertemu dengannya. Ia berfikir bahwa Ziandra telah berpindah.

Shabira, dirinya masih menempuh studi kuliahnya, dirinya hanya perlu waktu satu semester lagi untuk lulus. Dirinya sudah tidak dapat bertemu dengan Ziandra lagi, kecuali pada waktu libur. Ia khawatir bahwa Ziandra telah memiliki pasangan.

Namun ditengah itu tidak menutupi Shabira untuk malas belajar.

Caca, ia mempunyai pacar, namun nilainya selalu buruk. Padahal dirinya sangat suka dengan Fito, namun dirinya menerima cinta seorang yang belum tentu jadi miliknya. Shabira telah mengingatkan beberapa kali padanya bahwa pacaran tidak akan membuatnya bahagia justru sebaliknya. Begitulah Caca, sangat keras kepala. Tiba pada satu waktu yang membuat dirinya sadar bahwa pacaran membuatnya menghabiskan waktu. Ia pun putus dengan pacarnya.

Tiba di suatu waktu, Defina merintis sebuah usaha di kampung halamannya. Hari demi hari ia tekuni untuk terus tetap berdiri usahanya. Tak disangka pada suatu hari Ziandra, mendatangi sebuah rumahnya. Namun pada saat itu juga Ziandra terkejut melihat penampilan Defina yang berubah drastis. Sekarang, dirinya lebih tertutup ia telah mengenakan hijab.

Defina yang terkejut melihatnya, dirinya langsung bertanya "Ziandra.. kok kamu bisa ada disini". Ziandra tak langsung menjawabnya.

Kemudia Ziandra mengajak Defina untuk duduk, "Fin, aku mau minta bantuanmu bolehkah aku membantumu untuk bekerja" ucapnya dengan kelirihan.

Mendengat ucapan itu hati Defina tersentuh, bagaimana bisa seorang yang telah membencinya bisa kembali menghampirinya dengan nada bicara yang berbeda.

"Fin, maafkan aku telah memarahimu, membencimu. Aku mohon terima aku untuk jadi karyawanmu, karena aku sangat butuh itu" ucap Ziandra.

"Ndra, kamu udah ku maafin. Kamu boleh bekerja disini sepuasmu" jawab Defina.

"Alhamdulillah, makasih Fin. Aku akan bekerja dari sekarang" gumam Ziandra.

"Aduh, gausah Ndra kamu istirahat aja dulu. Santai aja" seru Defina.

Defina sangat penasaran bagaimana bisa Ziandra menemukan rumahnya. Padahal Defina tidak pernah bercerita tentang dirinya. Ia pun bertanya "Ndra, kamu kok bisa tau rumahku".

Ziandra menjawabnya dengan pelan-pelan.

"Jadi gini Fin, waktu wisuda ibuku duduk bersebelahan dengan kedua orang tua mu, ibumu bercerita banyak tentang mu pada ibuku, kemudian ibuku menceritakannya padaku. Begitulah, nah pada waktu itu ibumu juga memberi nomor teleponnya pada ibuku.

Saat, aku mencari pekerjaan disekitar rumahku, aku sangat kebingungan tidak ada lagi lowongan yang mau menerimaku, malam itu ibuku telepon dengan ibumu dan ibuku bertanya pada ibumu apakah ada lowongan pekerjaan di sekitar rumahnya. Lalu, ibumu menjawab bahwa kamu membuka sebuah usaha. Kemudian ibuku menawarkannya padaku. Barangkali diriku mau bekerja disitu membantumu. Akupun menerimanya, daripada nggak ngapa-ngapain juga kan.

Nah, ibumu memberikan alamat rumahnya padaku. Tapi aku tidak langsung berangkat karena ada hal yang membuatku menundanya. Aku masih belum siap meninggalkan ibuku sendirian disana. Tapi ibuku selalu berkata bahwa 'kamu tidak akan pernah sukses jika kau takut meninggalkan sesuatu. Ibarat sebuah rumah yang kau tinggali tapi kau takut untuk meninggalkannya karena sayang, padahal rumah itu tidak memberikan manfaat padamu, ia tidak dapat memberimu uang'. Perkataan itu yang membuat ku semangat.

Setelah dua minggu aku berfikir, dengan penuh keyakinan aku berangkat ke sini. Begitulah ceritanya Fin" jelasnya.

Mendengar hal itu Defina sangat tergucak kagum atas kisahnya.

"Jadi dimana ibumu Fin, aku mau berterimakasih padanya" tanya Ziandra.

Mendengar perkataan Ziandra, Defina berubah lemas, "Ndra..... Ibuku telah meninggal 1 minggu yang lalu, aku berhijab karena ini amanah ibuku, aku juga harus memenuhi amanahnya tanpa paksaan. Aku harus sadar bahwa berhijab sangatlah penting bagiku" terangnya.

"Inalillahi wa innailaihi rojiun, ya Allah Fin, ibumu orang baik Fin, semoga almarhumah diterima amalnya, Aamiin" ucap Ziandra dengan kaget.

"Jadi gimana Fin toko kamu" tanya Ziandra kembali.

"Tokoku, lagi dijaga ayahku. Aku masih belum kuat untuk bekerja" jelas Defina.

"Yang sabar Fin, senyum dong ada aku loh disini" seru Ziandra berusaha membuat Defina tersenyum.

"Ah apaan sih Ndra" gumam Defina.

"Ga suka ya ada aku disini" ucap Ziandra.

"Suka" singkatnya

Ziandra terdiam.

Jeratan Rindu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang