Singkat

10 2 0
                                    

6 bulan kemudian.

Tak terasa waktu begitu cepat. Sudah 6 bulan lamanya Ziandra tinggal dikampung Defina. Ia juga sudah membantu banyak Defina. Sekarang pelanggan tokonya kian meningkat. Hingga Defina membuka lowongan pekerjaan. Gaji Ziandra pun beranjak naik. Ia berniat libur sementara waktu untuk mengunjungi ibunya.

"Fin besok aku boleh izin libur gak?" ucapnya.
"Ada apa Ndra?" tanya Defina.

"Aku mau pulang, nengok ibu dirumah" jawab Ziandra.
"Oh gitu, boleh kok, berapa lama?" tanya Defina kembali.
"Seminggu boleh, hehe" jelasnya.
"Oh boleh, nih aku kasih uang buat kamu beli tiket" ujar Defina sembari memberi uang.

"Aduh, jangan Fin. Uangku dari kamu masih ada sisa kok, lagian tiketnya juga gak seberapa" seru Ziandra.
"Udah gapapa terima aja" ucap Defina menyerahkan uang.
"Makasih banyak banget Fin udah banyak nolong aku" gumam Ziandra.

Hari itu juga dirinya membeli tiket bus.

Di sudut lain, Shabira telah lulus kuliahnya. Ia berhasil menempuh pendidikannya tanpa ada kisah percintaan. Ia tak pacaran demi keberhasilan pendidikan. Pada esok hari dirinya akan wisuda kelulusan.

Setelah selesai membeli tiket, Ziandra melanjutkan pekerjaannya.

Hari-hari berjalan seperti biasanya.

Pada malam hari Ziandra mempersiapkan pakaian yang akan dibawa untuk pulang ke kampung halamannya.

Keesokan harinya.
Ziandra berangkat menuju ke terminal.

Pada saat itu juga bus itu berangkat.

Malam itu, telah sampai bus itu di terminal. Ziandra memesan ojek online untuk sampai kerumahnya.

Tak disadari Ibunya terkejut dengan kedatangan Ziandra. Begitu riuh suasananya merindukan anak yang telah lama tidak bertemu.

Malam itu juga Ziandra memberikan uang yang cukup banyak pada ibunya.

"Nak, buat apa sebanyak ini" ucap ibunya sembari terharu.
"Itu buat ibu makan sehari-hari ya, Ziandra disana sudah nyaman kok, jadi ibu gausah khawatir" jelasnya.

"Makasih banyak nak, hati hati ya disana nak, jangan main terus" seru ibunya.

"Iya Bu" singkatnya.

Ziandra berniat untuk bertemu dengan Shabira. Ia meminta izin ibunya untuk keluar sebentar.

"Bu aku boleh keluar sebentar gak" ucapnya.
"Ngapain nak, udah malem nih, lagian juga kamu capek kan. Udah dirumah aja, besok aja mainnya" tegur ibunya.

"Ya deh Bu" jawab Ziandra dengan pasrah.

Keesokan paginya, Ziandra berkeinginan untuk menjadi imam masjid kembali. Ia pun pergi ke masjid untuk sholat shubuh.

Setibanya disana ia langsung mengambil wudhu, setelah selesai mengambil wudhu dirinya mengumandangkan Adzan.

Shabira yang mendengar lantunan Adzan tersebut merasa terkejut, sudah lama ia tak mendengarkan Azdan itu lagi. Ia yakin bahwa yang mengumandangkan adzan ialah Ziandra. Tanpa banyak alasan dirinya bergegas menuju masjid untuk memastikan sekaligus untuk sholat berjamaah.

"Wah itu suara Ziandra sih yakin" batinya.

Setibanya disana, benar saja dirinya melihat Ziandra sedang mengumandangkan Adzan.

"Bener kan, tapi dulu dia kemana ya, kok baru keliatan sekarang" pikirnya.

Selang beberapa menit, Iqamah sudah dikumandangkan.

Setelah selesai sholat shubuh, Keluarlah Ziandra. Tak selang lama keluar juga Shabira.
"Ndraa..." ucapnya.

"Shabira" jawab Ziandra.

"Kemana aja kamu ndraa.." tanya Shabira yang penasaran.

"Aku kerja Ra" ucapnya.

"Kerja dimana?" tanya Shabira kembali.

"Di toko temen aku" terangnya.

"Jauhnya ndra, nyatanya kamu sekarang jarang terlihat" gumam Shabira.

"Memang hehe" jawabnya.

"Sesingkat ini kah ndra, jawabanmu. Apa kamu sudah tak mencintaiku lagi. Tak sekalipun tanya kabar kepadaku" batin Shabira.

"Maaf Ra, aku telah melupakan mu. Lebih baik aku mencari yang lain saja. Begitu sulit mendapatkan mu. Hingga aku sadar bahwa mengejarmu hanyalah impian belaka" batin Ziandra.

Seakan-akan pikiran mereka saling menjawab.

"Ndra"
"Ra"

Ucap mereka dengan bersamaan.
Mereka terdiam sejenak.

"Aku pulang dulu" singkat Ziandra.
"Ndraa... tunggu!" seru Shabira.

"Ada apa Ra..." Jawabnya.
"Apakah kamu masih mencintaiku" ucap Shabira.
"Aku bingung menjawabnya.. biarkan itu menjadi teka teki mu" ucap Ziandra lantas pergi meninggalkan Shabira.

"Ziandra, laki laki yang berkenalan dengan ku itu sekarang sudah sangat berbeda sekali" pikir Shabira.

"Padahal, ia adalah satu-satunya laki-laki yang sedang ku harapkan, tetapi jika bukan jodoh apa boleh buat. Mungkinkah dia telah menemukan pujaan hatinya" batinnya.

Shabira pun balik ke kosan dan bersiap untuk wisuda kelulusannya.

Tak lama kemudian Shabira kedatangan tamu yang tak lain ialah keluarga nya sendiri.

"Tin tin" suara mobil.

"Kak Rara..." seru adiknya yang masih beranjak 5 tahun.

"Dina..." sahut Shabira sembari memeluk adiknya.

"Dina kangen sama kak Rara, kak Rara disini hari terakhir kan?" ucap adiknya.
"Enggak dong Din, kak Rara nanti beresin barang-barang jadi kemungkinan baru besok deh" jawabnya.
"Ih kenapa gak nanti aja kak, Kaka ga kangen sama rumah?" tanya adiknya kembali.
"Kangen lah Din" singkatnya.

"Nak, selamat ya nak udah lulus aja" ucap ibunya.
"Papa bangga sama kamu nak" ucap ayahnya.

"Iya Bu,Pa, makasih atas doa-doanya" jawabnya.

Mereka pun bersiap-siap untuk pergi ke campus untuk wisuda kelulusan.

Jeratan Rindu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang