"Santai saja Pansy!" ucap remaja lelaki berkulit gelap, memcoba menyusul langkah gadis di depannya yang berjalan dengan langkah lebar dan tergesa-gesa.
"Tidak bisa Blaise, aku sangat khawatir dengan kondisi Draco!" gadis itu makin mempercepat langkahnya, wajahnya tersirat kekhawatiran dan air mata masih berderai di pipinya.
Blaise Zabini di belakang berdecih lalu berlari kecil menghampiri Pansy Parkinson. Mereka berjalan berdampingan dengan langkah lebar menyusuri lorong sepi yang panjang, hingga berhenti di salah satu pintu.
"Setidaknya hapus air matamu! Apa kau tidak punya harga diri?"
Pansy dengan cepat mengusap air mata dipipinya dan menarik nafas panjang, sebelum segera mendorong gangang pintu lalu masuk ke dalam ruangan bersama Blaise. Matanya menyusuri ruangan dan jatuh pada lelaki pirang yang terbaring di salah satu ranjang.
"Draco!"
Pansy duduk di kursi kosong sebelah Draco malfoy terbaring, membiarkan lengannya dibalut perban oleh Madam Pomfrey.
"Bagaimana keadaannya?" Pansy melirik Madam Pomfrey yang sibuk membungkus lengan kanan Draco, mendengar pertanyaan Pansy dia melirik gadis itu sekilas.
"Aku sudah memcoba mengobatinya." Madam Pomfrey selesai membungkus lengan Draco dan mulai mengemasi peralatannya. "Seharusnya sudah tidak apa-apa tapi bocah ini bilang lengannya masih sakit."
Setelah mendengar penjelasan Madam Pomfrey mata Pansy lansung tertuju ke lengan Draco yang terbungkus perban.
"Masih sakit?"
"Sedikit," jawab Draco dengan reaksi yang terlihat dilebih-lebihkan.
Blaise yang dari tadi berdiri di belakang Pansy memutar bola matanya malas. "Dan dimana si Hagrid itu?" Blaise mencari sekeliling ruangan.
"Oh dia sudah pergi." Madam Pomfrey menjawab sambil menutup kotak kayu kecil yang menyimpan peralatannya. "Dan aku juga sudah selesai disini," lanjutnya lagi.
"Terima kasih," balas Pansy menatap perawat Hogwarts itu.
"Bukan apa-apa, memang tugasku." Madam Pomfrey tersenyum tipis dan pergi meninggalkan ketiga remaja itu.
"Dimana Goyle dan Grabbe?" Draco menatap Pansy dan Blaise secara bergantian.
"Mereka akan menyusul," jawab Pansy singkat.
"Bagaimana bisa kau begitu bodoh hingga Hippogriff menyerangmu?" sindir Blaise.
Mendengar perkataan Blaise ekpresi Draco berubah masam. "Menyebalkan melihat Potter pamer terbang dengan makhluk jelek itu!" Draco kembali mengingat kejadian sebelumnya. "Aku pikir mudah melakukannya, siapa yang mengira kalau ayam itu tiba-tiba menjadi gila!" katanya berapi-api.
"Bloody chicken," cibir Draco.
"Menurutku kau saja yang payah dan idiot." Blaise melipat dua lengan di depan dada, memandang Draco dengan ekpresi mengejek.
"Apa kau ingin merasakan mantraku Zabini!" runtuk Draco dengan kesal.
"Coba saja, kau bisa gunakan tangan kiri untuk memegang tongkat," ujar Blaise lalu tersenyum miring.
"Tolong jangan mulai kalian berdua!" Pansy menyela, melihat Draco dan Blaise tidak senang. "Dalam kondisi seperti ini kalian masih sempat bertengkar."
"Aku hanya menyayangkan tindakan konyolmu dan bahkan repot-repot membuang air mata hanya untuk si tolol yang dramatis ini!" kata Blaise sembari memandang Draco sinis.
Draco mengerutkan alisnya tak mengerti maksud dari perkataan Blaise. "Apa yang dibicarakannya?" Draco memandang Pansy seolah bertanya.
"Hanya perdebatan kecil dengan Granger, karena aku memojokkan Hagrid, dan dia tidak terima." Pansy berkata dengan santai menatap Draco sambil tersenyum tipis. "Tidak penting lupakan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Draco and Pansy
FanfictionDransy Fanfiction Cerita perjalanan romansa remaja yang manis dari slytherin * * * * Semua karakter milik J.K Rowling