"Aku lelah," keluh Tracey menghela nafas berat, meletakkan kepalanya miring di atas meja.
Pansy melirik Tracey sekilas, lalu kembali berkutat dengan buku yang berada ditangannya. "Kita tidak punya waktu untuk mengeluh, semakin cepat kita mengisi perkamen ini, semakin bagus."
"Saat akhir pekan seperti ini seharusnya aku masih berada di kasur empukku! Tapi malah disini, ditemani buku-buku menyebalkan ini!" keluh Tracey lagi dengan nada frustasi.
"Pelankan suaramu Tracey, ini perpustakaan." Akhirnya Pansy menurunkan bukunya dan menatap Tracey langsung.
Tracey menggangkat kepalanya dari meja dan berkata dengan cemberut. "Aku seharusnya tidak terbujuk ajakanmu! mengambil kelas tambahan arithmancy sialan ini! Melihat angka-angka itu saja membuatku sakit kepala!"
Pansy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sambil menyengir. "Sebenarnya ini karena Draco bilang arithmancy pelajaran yang mudah. Seharusnya aku ingat otakku tidak sepintar Draco."
"Oh benar Draco!" Tracey tiba-tiba bersemangat. "Apa ada kemajuan dengan hubungan kalian?"
"Sepertinya baik." Daun telinga Pansy memerah. Dia ragu-ragu sejenak, sebelum akhirnya menceritakan percakapannya kemarin dengan Draco di bawah pohon.
Setelah mendengar cerita Pansy, Tracey tersenyum lebar. "Oh itu terdengar bagus!"
Pansy menopang dagunya dengan tangan. Matanya melirik ke jendela didekat mereka. "Aku merasa istimewa menjadi orang yang di percaya untuk mendengar ceritanya."
Tracey tampak berpikir serius. Tiba-tiba dia menepuk meja dengan keras, sehingga beberapa pengunjung perpustakaan disekitar, menegur karena kebisingan yang dibuatnya.
"Tracey!" Pansy memasang ekpresi garang memandang temannya itu.
Tracey menyengir lebar dan memcoba berbicara lebih pelan. "Bagaimana kalau kau tanyakan tipe gadis idaman Draco?"
"Tipe idaman Draco?" Pansy mengerutkan alisnya.
"Tepat! Coba tanyakan apa tipe idamannya? Dan buat dirimu menjadi tipe gadis idaman yang dia katakan!kemungkinan besar Draco akan jatuh hati padamu! Bagaimana? Ide yang bagus bukan?" Tracey berkata dengan bangga, seolah dia baru saja menyelesaikan masalah yang besar.
Pansy tersenyum lebar sembari mengacungkan jempol ke Tracey. "Kau yang terbaik Tracey!"
"Tentu saja." Tracey tersenyum bangga, lalu dia tiba-tiba teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong soal tugas sialan ini, kenapa kita tidak meminta bantuan Draco saja?"
Pansy tampak tersadar. "Kenapa tidak terpikirkan olehku. Dari tadi aku membaca buku untuk memahami rumus-rumusnya, tapi otakku tidak mau bekerja sama. Baiklah, aku akan menyeret si pirang itu ke sini!" Pansy berdiri dan berjalan keluar dari perpustakaan dengan cepat.
"Cepatlah kembali!" ucap Tracey sembari melambaikan tangannya ke arah kepergian Pansy.
Dia menggoyangkan kakinya dibawah meja, sambil melihat sekeliling perpustakaan. Matanya tiba-tiba terpaku pada remaja lelaki yang duduk sendirian dan tampak larut membaca buku tebalnya. Gadis itu memiliki ide di kepalanya, dia berjalan menghampiri lelaki itu.
"Hai Theodore Nott," sapa Tracey mengembangkan senyum manisnya.
Theo mendongak saat mendengar namanya. "Ada yang bisa ku bantu?"
"Yeah." Tracey tampak malu-malu sebelum berkata. "Kau berada di kelas arithmancy juga bukan?"
.
.
.
.Pansy menarik lengan Draco, sembari berjalan kembali memasuki perpustakaan. Dia melihat seorang lelaki menduduki kursinya di temani Tracey yang tampak serius memperhatikannya berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Draco and Pansy
FanfictionDransy Fanfiction Cerita perjalanan romansa remaja yang manis dari slytherin * * * * Semua karakter milik J.K Rowling