7. Hadiah Kecil

281 41 7
                                    


Sekarang adalah akhir pekan, hari dimana tidak ada kelas belajar. Murid-murid bebas bersantai. Dan seperti biasa, setiap pagi murid-murid Hogwarts sarapan di aula utama. Suara dentingan sendok dan garpu, serta suara-suara percakapan para murid terdengar memenuhi aula utama. Pansy berjalan menuju meja Slytherin tempat teman-temannya menyantap makanan mereka.

"Pagi," sapa Pansy, duduk disamping Blaise.

"Pagi Pans," balas Blaise ringan tanpa menoleh.

Pansy menatap teman-temannya yang lain, alisnya mengerut saat orang yang sangat ingin dia temui tidak berada diantara mereka.

"Dimana Draco?" tanya Pansy.

"Berlatih Quidditch," Theo yang menjawab.

"Pagi-pagi begini?"

"Kau tahu sendiri kan? seperti pertandingan tahun-tahun sebelumnya para Gryffindor menang melawan Hufflepuff," beritahu Blaise dengan santai sembari menyantap makanannya. "Dan beberapa hari lagi Finalnya. Si bodoh itu menjadi kalut, dia sangat terobsesi untuk menjadi pemenang."

"Benar!" sahut Grabbe dengan mulut penuh. Setelah mengunyah dan menelan makanan dimulut, dia berkata lagi. "Apalagi si Potter memiliki Firebolt sekarang! Entah darimana dia mendapatkannya sapu itu."

"Menurut kalian apakah tahun ini Slytherin bisa menang?" tanya Goyle ikut dalam percakapan.

"Siapa yang tahu, Harry Potter selalu membawa keberuntungan untuk Gryffindor." Theo memberi pendapat, tetapi matanya terus berkutat dengan bukunya.

Blaise berdecih, ekpresinya berubah menjadi pandangan remeh. "Bagiku dia tidak sehebat itu."

Setelah mendengar percakapan mereka, Pansy melamun sejenak. "Aku sangat mengerti obsesinya untuk bersaing dengan si Potter. Dia pasti akan berusaha keras."

"Setiap tahun," sahut Blaise.

Pansy mulai berpikir, lalu tak lama bibirnya membentuk senyuman. "Aku jadi ingin melakukan sesuatu untuknya. Mungkin memberi semangat atau semacamnya."

.
.
.
.

******

Pansy berjalan di lorong sambil bersenandung pelan, membawa toples kaca kecil berisi cookies. Waktu makan siang yang ditunggu-tunggu dirinya telah tiba. Gadis itu menuju aula utama dengan perasaan senang.

"Kemana lagi teman kita itu?" tanya Pansy saat sampai di meja teman-temannya, dan tidak melihat lagi pemuda pirang yang dicari.

"Berlatih Quidditch," sahut Theo santai.

Pansy lansung mengernyit. "Lagi? Dia tidak makan?"

"Biarkan saja si bodoh itu dengan dunianya sendiri. Ayo makan, kau sebaiknya pikirkan dirimu sendiri," ucap Blaise menepuk pelan bangku panjang yang juga dia duduki. Memberi isyarat Pansy untuk duduk disampingnya.

Pansy menggeleng pelan. "Aku akan menyusulnya." dia langsung melangkah pergi menjauh dari aula utama, menuju lapangan Quidditch.

Saat tiba, Pansy melihat para pemain tim Quidditch Slytherin berlatih dengan serius. Pansy duduk dipinggir lapangan menunggu mereka selesai. Dan beruntungnya, hanya beberapa menit Pansy menunggu, pemain tim Slytherin berhenti terbang, dan turun dari sapu mereka.

"Draco!" panggil Pansy menghampiri si pirang yang terlihat lelah,
di tengah lapangan.

"Pans, apa yang membawamu kesini?" kata Draco dengan lesu, masih memegang sapunya

Pansy menyembuyikan toplesnya dibelakang punggung. "Apakah kau tidak lapar? Ayo sudahi latihanmu dan makan bersamaku," ucap Pansy, nadanya jelas tersirat kekhawatiran.

The Story of Draco and Pansy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang