11. Bunga Dandelion

307 44 2
                                    

Persiapan Turnamen Triwizard membuat para guru sibuk, hingga banyak kelas yang kosong. kesempatan ini digunakan Pansy dan Tracey untuk menyusuri jalan berumput di tepi danau hitam.

"Angin segar memang menenangkan," ucap Tracey merentangkan tangannya menikmati angin segar yang menerpa, menggoyangkan helaian rambutnya.

"Yeah," sahut Panas singkat, merasa tidak sia-sia meninggalkan kamar dan kasurnya yang empuk karena Tracey membujuk untuk menemaninya berjalan-jalan. "Dimana Milli?" lanjut Pansy lansung teringat.

"Aku sudah mengajaknya tadi, dia berada di perpustakaan untuk mengintip lelaki yang dibicarakannya kemarin."

Pansy mengeryit. "Padahal aku tahu betapa dia tidak menyukai perpustakaan."

Tracey terkekeh."Benar kan? Kita biarkan saja teman kita yang sedang jatuh cinta itu." Matanya melirik ke sekeliling dan berhenti pada sosok lelaki yang berada di bawah pohon.

"Bukankah itu Theodore Nott?" Tracey menepuk pundak Pansy, dan menudingkan jari telunjuknya ke arah Theodore yang sedang bersandar di bawah pohon, sambil memandang setangkai bunga ditangannya.

Pansy mengikuti arah telunjuk Tracey. "Benar itu dia."

"Ayo kita kesana!" Tracey dengan riang menghampiri Theodore, diikuti Pansy dibelakangnya.

"Hai Theo!" sapa Tracey.

Theodore mendongak menatap Tracey yang mendekatinya dengan senyum konsisten.

"Hai," balasannya singkat.

"Apa kami menganggumu Theo?" tanya Tracey.

"Aku baru saja selesai membaca buku. Sekarang aku hanya sedang bersantai, kalian tidak mengganggu," jawab Theo menunjuk tumpukan buku di dekatnya. "Duduklah jika kalian mau."

Tracey dan Pansy saling memandang sebentar, sebelum akhirnya ikut duduk di disamping kanan dan kiri Theo, menghadap pemandangan danau hitam di depan.

"Bunganya indah ya?" mata Tracey mengarah pada bunga berwarna kuning cerah yang dipegang Theo.

"Dandelion. Itulah mana bunganya." beritahu Theo, melirik Tracey memberi senyum tipis. "Kau mau?" Dia menyodorkan bunga itu kepadanya.

Tracey mengedipkan mata beberapa kali, menatap setangkai bunga di depannya. "Untukku?" tanya Tracey memastikan. Saat melihat Theo mengangguk, gadis itu dengan senang hati menerima.

Tiba-tiba Theo berdiri dan berjalan ke belakang. Tracey dan Pansy melihat dengan bingung lelaki itu yang memetik beberapa bunga liar, dan kembali lagi ke tempat mereka.

"Coba tiup lah."

Tracey menatap bunga putih yang disodorkan Theo, lalu ditiupnya bunga itu perlahan. Tracey dan Pansy terpukau melihat benih-benih dandelion yang beterbangan tertiup angin.

"Indah kan?"

"Keren!" seru Tracey.

"Benih-benih itu akan tersebar di bawa angin. Dandelion bisa tumbuh di antara rerumputan liar, bahkan di celah batu. Maka dari itu dandelion selalu ditemukan tumbuh liar dimana-mana. Dan biasanya bunga itu berwarna kuning cerah saat sudah mekar." Theo menjelaskan dengan tenang.

"Pansy," panggil Theo tiba-tiba memandang gadis berambut pendek itu.

"Apa?" sahut Pansy bingung.

"Pansy adalah nama bunga kan?"

Mendengarnya, Pansy tersenyum dan mengangguk. "Benar, ibuku memberikan nama itu. Dia suka bunga, di rumahku terdapat taman bunga yang dirawat ibuku."

"Benarkah? Wah aku iri. Aku juga selalu ingin menanam dan merawat bungaku sendiri, tapi ayahku bilang itu membuang-buang waktu." Theo menghela nafas panjang tampak sedih.

The Story of Draco and Pansy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang