Disebuah kamar yang bernuansa hijau dan perak, terdapat tiga ranjang bertiang yang saling berhadapan. Salah satu gadis penghuni kamar, membuka matanya--menguap lebar dan bangkit dari bantal empuknya."Ah sudah pagi," ujarnya merenggangkan tubuhnya sebentar, lalu melirik ranjang disebelahnya. "SUDAH PAGI, BANGUN PEMALAS!" pekik si gadis.
Gadis lain di kamar itu, terpaksa bangun karena teriakannya.
"Tracey! Pelankan suaramu!" Millicent Bulstrode, seorang gadis bertubuh gempal. Melempar bantal ke arah temannya yang cekikikan senang.
Tracey Davis menghindari lemparan bantal Millicent dengan mudah sembari menyengir. "Jika begitu kau tidak akan bangun Milli, benarkan Pans?" dia menoleh ke ranjang lain dan mengerutkan kening saat melihat ranjang itu, tidak ditempati pemiliknya.
"Mana Pansy?" tanya Tracey. Membuat Milicent baru tersadar ketidakhadiran salah satu teman mereka.
"Aku disini."
Gadis berambut pendek yang baru saja dibicarakan, muncul dibalik pintu. Berjalan masuk dan segera duduk di ranjangnya.
"Kau dari mana Pans?" tanya Milicent langsung.
"Coba tebak," ujar Pansy dengan lesu.
"Kau keliatan tidak baik. Kau sakit?" Tracey merasa khawatir melihat penampilan Pansy yang terlihat lelah.
Pansy memaksa senyum, lalu menghela nafas panjang. "Kalian tahu? Aku tidak tahu kenapa aku memcoba berkeliling secara diam-diam, hanya karena tidak bisa tidur."
Pansy melihat kedua temannya, memandang dirinya dengan ekpresi terkejut dan heran.
"Apa yang merasukimu? Kau tidak takut tertangkap prefek?" sahut Tracey cepat. "Kenapa kau tidak bisa tidur? Apa kau insomnia?" lanjutnya lagi.
"Entahlah, sesuatu menganggu pikiranku tadi malam."
"Sesuatu apa itu?" tanya Millicent.
Suara ngeogan kucing terdengar dari bawah ranjang Pansy, lalu keluar seekor kucing hitam persia berjalan ke tengah ruangan, di mana terdapat karpet hijau bergambar ular. Kucing itu berguling-guling sambil mendenggur seolah meminta perhatian.
"Poppy kemari." Pansy menyunggingkan senyum memandang kucingnya. Kucing hitam itu menuruti perintah si Parkinson, berlari kecil dan melompat ke pangkuan. Pansy dengan lembut mengelus bulu lebat kucing hitam itu. "Hal ini terus menggangguku. Kurasa sebenarnya..." Pansy menarik nafasnya panjang.
"Sebenarnya apa?" tanya Tracey tidak sabar.
"Aku menyukai Draco Malfoy."
Hening.
Ketiga gadis itu terdiam beberapa detik.
"Aku tahu itu akan terjadi, cepat atau lambat!" Tiba-tiba Tracey menghampiri Pansy dengan bersemangat dan duduk di sampingnya. Diikuti Milicent yang juga mendekat dan turut duduk di sisi kiri Pansy.
Pansy mengeryit heran mendengar perkataan Tracey. "kau tahu ini akan terjadi?"
Tracey menyengir sambil mengangkat bahu. "Itu selalu terjadi antara persahabatan lelaki dan perempuan."
"Bagaimana rasanya?"
Pansy memalingkan wajahnya ke arah kiri menatap Millicent yang bertanya dengan ekpresi penasaran.
"Bagaimana rasanya menyukai seseorang?" ulang Milicent lagi.
Mulut Pansy membuka ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-kata seolah tercekat di tenggorokan. Otaknya tidak dapat menyusun kata-kata yang menggambarkan perasaan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Draco and Pansy
Fiksi PenggemarDransy Fanfiction Cerita perjalanan romansa remaja yang manis dari slytherin * * * * Semua karakter milik J.K Rowling