9. Mayat Siapa?

181 19 0
                                    

-ELVARETTA 1993-

👻👻👻

---•••---

"Kaki kamu masih sakit?"

Tidak menjawab, Elvaretta justru memandangi wajah sang kekasih kian lekat. Menatap lentik bulu mata Gazlie, memperhatikan rambut ikalnya, bahkan bibir tebal yang menghiasi senyum Gazlie sepanjang waktu. Lelaki yang tak mau beranjak pergi meski sudah ia buat susah berkali-kali. Lelaki yang sama sekali enggan melepas pegangannya kala Elvaretta bertingkah keluar dari jalur hubungannya.

Sesak sekali yang ia rasakan. Demi mayat yang Elvaretta temui tadi, ia harus membuat kesepakatan yang mungkin akan Elvaretta sesali seumur hidup. Melepaskan Gazlie dan pergi, mungkin lebih buruk daripada hidup yang ia jalani selama ini.

"Ta. Kenapa ngelamun?"

"Gaz," panggilnya yang membuat Gazlie meletakan lagi sendok saat ia hendak menyuapi bubur ayam pada Elvaretta. Dehaman singkat terdengar sedangkan Elvaretta memberi seulas senyum. "Maaf karena sudah merepotkan kamu selama ini. Dan terima kasih selalu ada buat aku."

"Pembicaraan macam apa ini, seperti perpisahan?"

"Aku seorang adik dari kedua kakak laki-laki yang sekarang kabur entah ke mana. Tapi perasaan yang dirasakan Gian, bukan berarti tak aku rasakan juga, Gaz. Ingin mereka pulang dan memprioritaskan aku melebihi apa pun di dunia ini, tidak sibuk dengan hal-hal yang sama sekali tak penting, seperti yang kamu lakukan sekarang. Menjaga orang sakit terus-menerus."

"Apa yang kamu katakan, Elvaretta?" Gazlie meletakan mangkok dalam pegangannya. Memperhatikan gadis yang sekarang tampak membuang napas kian gusar.

"Nanti... Kalau aku tiba-tiba pingsan, minta tetangga di sana saja untuk mengurusku. Atau, jika memang tak ada yang mau, biarkan saja."

"Kamu gila! Berhenti bertingkah gila seperti ini!" Gazlie jarang marah, ia suka berdebat dengan pikirannya lalu mencoba untuk memenangkan pertarungan itu, setelah berhasil ia akan membuang habis amarahnya lalu memberikan senyuman palsu. Tapi kali ini, Gazlie membentak Elvaretta karena tak bisa lagi ia tahan. Kekacauan di dalam otaknya semakin merajalela hingga kekesalan terpecah hingga menjadi kepingan emosi.

"Membiarkan manusia tergeletak di tanah?" deru napas Gazlie terhempas keras. Ia tatap mata Elvaretta yang mulai menampung cairan bening. "Kamu pikir pekerjaanku menjagamu? Kamu pikir semua yang aku lakukan ini bentuk dari pekerjaan itu? Ta, apa kamu tak pernah menyadari sepenting apa kamu dalam hatiku? Apa kamu tak melihat secemas apa aku saat kamu mulai rapuh seperti ini? Elvaretta. Aku menyayangi kamu, bahkan lebih dari yang kamu tahu."

Perkataan Gazlie menumpahkan mutiara yang sedari tadi tertampung. Jika kejujuran Gazlie seperti ini, maka akan semakin menyiksa untuk Elvaretta.

"Aku hanya ingin kamu bebas dari aku," dalam isak tangis, Elvaretta berbicara lirih. Sesekali ia seka air matanya lalu kembali memandang Gazlie.

"Memangnya aku terikat? Yang kulakukan inginku, Ta. Jika pun aku sering bilang lelah dan capek, bukan berarti aku benar-benar meninggalkan kamu. Lelah itu manusiawi, semua orang akan bilang begitu bahkan tanpa sadar, kenapa kamu mengambil hati semua ucapan itu?"

Mendekat Gazlie, mengusap lelehan air di sudut netra Elvaretta. "Aku sayang kamu, Elvaretta."

Sebelum terjawab, Gazlie lebih dulu membungkam mulut Elvaretta dengan ciuman. Melumat lembut tanpa bantahan dari Elvaretta, gadis itu menerima dengan sukarela, membiarkan Gazlie menikmatinya hingga nanti tak lagi datang masa-masa indah seperti ini.

ELVARETTA 1993 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang