11. Masa lalu

172 11 1
                                    

-ELVARETTA 1993-

👻👻👻

---•••---

"Mau ke mana?" jangkauan Gazlie berhasil membuat gerak Elvaretta tertahan. Lelaki itu tanpa sebab yang jelas datang dan menemui Elvaretta, dari mana ia tahu dan siapa yang memberitahu. "Jawab? Mau ke mana, hah?"

Bita menggaruk keningnya. Melihat pertengkaran pasangan muda di hadapannya membuat Bita tergelak kecil, sedangkan Elvaretta mencoba melepas cekalan Gazlie tanpa kata.

"Ta. Jawab aku? Kamu dengan Bibi ini mau ke mana?" ia tak menyerah, terus mempertanyakan hal yang sama sampai benar-benar terjawab.

"Saya polisi-"

"Gak ke mana-mana, Gaz. Aku cuma mau ngobrol doang sama dia," tunjuk Elvaretta. Gazlie justru mengalihkan tatapan, ia mendengar ucapan Bita sekilas.

"Polisi?" pegangan Gazlie terlepas lalu menatap. "Anda polisi?"

"Benar."

"Mau membahas apa?"

"Gaz," Elvaretta meraih lengan Gazlie agar menjauh dari Bita. Saat tarikan tadi tak menerima respon, kembali ia memandang. "Siapa yang memberitahu kamu kalau aku di sini?"

"Pertanyaanku saja belum terjawab."

"Tolong ikut aku-"

"Ta," suara Gazlie meninggi. Ia juga menyentak jemari Elvaretta di lengannya. "Aku dipecat karena memilih untuk datang ke sini menemui kamu. Dengan semua kebodohan ini aku lakukan demi kamu. Aku khawatir, aku takut kamu pingsan lagi tiba-tiba atau terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Tolong, jangan bertingkah lagi, ayo pulang dan istirahat. Kamu belum sepenuhnya pulih."

"Gazlie, maaf aku gak bisa."

Gazlie membuang kian habis napasnya. Ia tekan kening yang mulai terasa nyeri. "Bisa gak, sekali saja ngertiin aku? Bisa gak, hargai usahaku?" saat hening tanpa jawaban, Gazlie menoleh pada Bita, wanita yang sedari tadi diam menjadi orang ketiga di sana.

"Untuk apa kamu menemui polisi? Mengatakan omong kosong lagi? Menyebutkan pelaku dari pembunuhan berantai itu lagi? Ngapain sih Ta? Untuk apa ikut campur urusan polisi dan ngapain kamu terlibat dengan kasus seperti ini-"

"Karena nyawaku terancam, Gazlie!"

Bita terpaku. Pembicaraan dua orang asing ini mengusik telinganya, terlebih saat Elvaretta menekan kalimat tentang nyawa gadis itu yang sedang terancam, penuturan dengan segala emosi terpendam sering terdengar tanpa bisa Bita temui kepastian yang nyata.

"Cukup Elvaretta. Pulang sekarang!"

"Enggak," entah kenapa cekalan Gazlie membuat perih melingkar di pergelangan tangannya. Tarikan lelaki itu juga semakin mengencang sehingga tubuh Elvaretta tertarik sedikit ke depan, namun.

"Maaf, bukannya saya ingin ikut campur urusan kalian berdua. Saya paham ketakutan pacar kamu, dan saya mengerti kenapa dia bersikap begitu keras. Tapi Elvaretta, jam saya terbuang begitu percuma, dan permohonan berharga tadi akan menjadi sia-sia. Jika memang tak memiliki niat serius, jangan menemui saya seperti ini."

"Aku serius," suara Elvaretta kembali terdengar kian jelas, sangking jelasnya membuat Gazlie melepas udara yang masuk sangat kasar. Elvaretta menyentak lengannya, menatap mata Gazlie dengan pandangan yang pelik. "Kita putus, Gaz. Aku mau putus," lirih Elvaretta.

"Ngomong apa barusan?"

"Putus."

"Jangan gila Elvaretta!"

"Aku minta maaf, Gaz. Tapi untuk kali ini aku benar-benar serius mau putus, aku membebaskan kamu agar tak lagi capek gara-gara aku. Kamu dipecat, kamu kesusahan itu semua karena aku, tolong untuk kali ini biarin aku sendiri."

Bita sedikit tercengang. Keras kepala Elvaretta begitu mirip dengannya, saat perasaan lebih besar dari rasa takut. Saat tangisan orang-orang melemahkan pertahanan dirinya. Elvaretta sama, gara-gara mayat yang ia temui di hutan membuat rasa penyesalan memenuhi isi pikiran hingga tentang diri sendiri terasingkan.

"Elvaretta, aku menganggap kata-kata kamu sama seperti kamu berucap omong kosong selama ini. Aku sama sekali tak ambil hati. Tapi dengerin aku," Gazlie mendekap kedua bahu Elvaretta kuat-kuat. "Kalau memang mendekati polisi untuk keselamatan kamu, aku biarkan. Tapi terlibat dengan hal-hal kriminal seperti yang selalu kamu sebut-"

"Aku bertemu polisi untuk mencari mayat di hutan," Elvaretta menyela yang membuat Gazlie hening. "Aku menginjak tubuhnya, aku melihat wajahnya. Dia mati, Gazlie. Dia mati sendirian di dalam hutan yang begitu menakutkan."

"Lalu kenapa kamu harus peduli? Dia orang lain yang sama sekali tidak kamu kenal, cukup mengatakan apa yang kamu lihat dan biarkan polisi mencarinya ke sana, untuk apa harus ikut segala, ha? Kamu bukan bagian dari polisi, Elvaretta."

"Sulit untuk memberitahu kamu," Elvaretta mengusap kasar wajahnya. "Dan gak ada yang mau ke sana selain aku dan Bi Bita."

"Kalau gak ada yang berani ke sana, itu tandanya apa? Kamu sendiri yang menjerumuskan diri dalam bahaya, ketakutan kamu, justru ulah kamu sendiri!"

"Aku tahu semua ini gak masuk akal bagi kamu, tapi-"

"Pulang sekarang!" Gazlie masih kuat dengan pendiriannya. Meraih lembut lengan itu memohon cukup pelik. "Kamu semakin mengada-ngada, El. Awalnya kamu bilang nyawamu terancam, sekarang ingin mencari mayat di hutan yang sama sekali gak aku tahu di mana. Aku gak tau apa yang selama ini terjadi sama kamu, hal yang tak bisa aku pahami! Tapi setidaknya berpikirlah sedikit waras Elvaretta. Masih banyak pekerjaan yang perlu kamu lakukan daripada ini. Sadarlah!"

"Sebentar-"

"Anda polisi, itu tugas Anda!" Gazlie menoleh sehingga Bita terdiam saat hendak berbicara. Tatapan tajam penuh marah di sana, Bita lihat dengan teliti. "Saya mohon jangan melibatkan Elvaretta. Dia gadis lemah, dia bisa pingsan kapan saja!"

"Pacar Anda yang menemui saya, bukan saya yang melibatkannya," Bita berdecih. "Bahkan mendengar kalimat yang begitu meyakinkan membuat saya nekat berbicara dengan pak Fajzi. Perkara dia tahu tentang gubuk di dalam hutan star membuat rasa penasaran saya bangkit lagi yang dulu sempat padam. Anggap saja kami gila, tapi hal-hal gila seperti ini hanya kami berdua yang bisa memahami, Anda mungkin tidak."

"Anda tahu halusinasi? Dia hanya berhalusinasi."

"Tapi gubuk itu memang ada, semua yang dibicarakan pacar Anda, memang ada."

Gazlie membuang kian kasar napasnya, menatap lagi wajah Elvaretta yang sedari tadi menunduk.

"El," gadis itu mengangkat wajah. "Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa bisa bertemu dengan mayat di tengah hutan? Sejak kapan kamu ke sana dan ngapain? Ha?"

Elvaretta memundurkan tubuh, dari jarak satu langkah dengan Gazlie, ia berucap.

"Aku masuk ke tahun di mana aku belum terlahir. Tak hanya itu, aku juga kadang terdampar di tahun 2015, tahun di mana aku hanya melihat genangan darah tanpa ada Ayah di sana. Apa kamu ingat Gazlie, saat kita bertemu di danau dan kamu menyuruhku untuk pulang? Itu hari aku kehilangan Ayah. Hari yang aku benci, justru kembali di tanggal dan tahun yang menyakitkan."

"Berkali-kali aku cerita sama kamu, Gaz. Dan sampai kapan pun akan terus aku ceritakan. Jadi mau sebanyak mana pun pertanyaan kamu, jawabannya tetap sama."

Bita tak lagi merasa heran, apa lagi Gazlie yang sudah menjadi makanan setiap Elvaretta berucap. Tapi tak ada bentuk kebohongan yang melingkar dalam tatap netranya, yang jadi masalah, bagaimana cara mempercayai ucapan Elvaretta.

"Elvaretta itu namamu, kan? Saya tak tahu apa yang istimewa denganmu. Mendengar kalimat gila barusan atau tadi di depan atasan saya, saya bisa menyimpulkan kalau kamu terlalu sering menonton sebuah drama. Namun, ada yang aneh, semua ucapan itu justru menarik diri saya untuk lebih masuk kedalam ceritanya. Jadi, ayo! Kita cari kebenaran dari kekonyolan yang kamu sampaikan."

"Jika memang ada mayat di sana, saya orang pertama yang mempercayai kalau kamu bisa datang ke masa lalu."

-ELVARETTA 1993-


Jangan lupa vote dan komennya ya kak.

ELVARETTA 1993 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang