10. Gadis Gila

173 20 0
                                    

-ELVARETTA 1993-

👻👻👻

---•••---

"Kantor polisi?"

Elvaretta memegang erat lengan wanita itu setelah membawanya ikut ke kantor polisi. Saat mereka saling bersitatap, Bita justru kebingungan.

"Kenapa?"

"Anda mau menangkapku?"

"Kenapa kamu harus ditangkap? Kamu penjahat?"

Kedua jemari Elvaretta terangkat. Ia menggeleng dengan perasaan yang gusar.

"Lalu kenapa ke sini?"

"Saya perlu meminta izin dulu. Kamu pikir saya bisa pergi sesuka hati saja."

Helaan napasnya terbuang. Hampir saja tadi detak jantung Elvaretta copot kala wanita yang ia temui tanpa aba-aba membawanya untuk datang ke kantor mengerikan ini. Entah, sejak kapan Elvaretta takut dengan penjara. Atau, ia punya kenangan pahit? Tapi kapan.

"Ikuti saya-" pembicaraan Bita terhenti tatkala menatap lelaki tua di ujung sana. Ia mengejar dan membiarkan Elvaretta sendiri, nyatanya.

Tatapan Elvaretta berubah, kelu tak hanya bagian tubuh, tetapi juga detak dalam jiwanya. Seolah mati raga gadis itu ketika melihat gurat lelaki yang sekarang ikut memandanginya.

"Hei. Sini," Bita bahkan belum berkenalan dengan gadis yang sedari tadi ia ajak mengobrol. Memang sama-sama aneh.

Kaki Elvaretta seolah sulit untuk dilangkahkan. Guncangan hebat mulai memekik dan ia merasa amat ketakutan.

"Pak, saya akan pergi bersama dia ke sana. Dia sendiri yang melihat ada mayat-"

"Jangan bertingkah Bita. Kamu pikir bisa masuk ke dalam hutan yang tak pernah disentuh oleh manusia bertahun-tahun lamanya. Terakhir kalinya Arlan ke sana, ia bahkan hampir mati tak bisa menemui jalan keluar. Lagi pula, masih banyak kasus yang harus kamu bereskan, termasuk kasus akhir-akhir ini."

"Pak-"

"Anda mengenal saya kan, Pak?"

Elvaretta menunjuk dirinya sendiri, memandangi lelaki dengan nama Fajzi di sana. Sedangkan lelaki tua itu ikut memperhatikan gurat cemas dari Elvaretta, belum lagi Bita yang menarik lengannya agar sedikit berjarak dari sang atasan.

"Siapa kamu?"

"Saya, Elvaretta," ia menepuk dadanya. "Yang Anda selamatkan 29 tahun yang lalu. Saya korban selamat dari pembunuhan berantai bersama Bi Tiwi. Anda ingat kan?"

Jemari Fajzi teremat erat. Ia menahan getaran itu dengan cara mengalihkan lengannya ke belakang. Sedikit dehaman, ia justru memandangi Bita yang mulai mengangkat kedua bahu sama peningnya.

"Nona, apa yang kamu katakan?"

"Pak. Kenapa tak mencari saya di tahun ini? Bukankah saya sudah bilang untuk menemui rumah dengan pagar bercat emas. Dan kenapa buronan itu masih hidup? Kenapa tak ada titik terang yang jelas tentang kasus yang terjadi di Kampung Kendala. Untuk penutupannya, apakah Anda orang yang bertanggung jawab?"

"Elvaretta," panggil Bita cukup pelan. Ia menarik lagi tubuh gadis itu biar sejajar dengannya. "Bisa bicarakan hal yang normal saja? Apa maksudmu di tahun ini? Dan kejadian yang kamu maksud-"

"Pergilah!" perintah dari Fajzi membuat kedua wanita itu melengos. Wajah lelaki tua dengan kumis tebal itu tampak pucat pasi. "Pergilah ke hutan itu, carilah sesuatu yang memang ingin kalian cari. Jika terjadi sesuatu, saya akan memberikan bala bantuan dari sini."

"Pak. Benarkah?" Bita tersenyum dengan sangat senang, tetapi Elvaretta kembali memutar arah tatapan. Ia terdiam sejenak memperhatikan Fajzi.

"Apa Anda yakin akan memberikan bala bantuan saat kami tersesat?"

"Elvaretta. Jaga bicara kamu!"

"Entah kenapa rasa-rasanya dia punya segudang kebohongam di masa lalu yang selalu tertutup rapat."

"Ya Tuhan. Apa kamu tahu dia sangat berpengaruh di sini?" Bita mengayun langkah untuk berbisik, sedangkan Elvaretta tak menghentikan kilatan tajam dari netranya.

"Kenapa dia tiba-tiba sangat berpengaruh? Apa dia melakukan hal yang sangat luar biasa? Jika benar, seharusnya dimulai saat dia berhasil menangkap buronan itu. Atau, justru sebaliknya."

"Ta."

Fajzi membulatkan matanya, ia tak percaya mendengar kalimat pedas yang benar-benar menghunus dirinya. Pijakan kaki Fajzi mulai melemah, ia hampir saja tersungkur jatuh bertemu dengan tanah.

"Jaga bicara kamu!"

"Pergilah sebelum saya mengubah keputusan-"

"Baik pak, mohon maaf jika dia bersikap kurang hajar. Dia masih sangat muda. Sekali lagi, mohon maaf."

"Kenapa melupakannya begitu saja. Pak!" Elvaretta terus menatap ke belakang sembari berteriak, sedangkan Bita terus menarik agar menjauh dari sana. Bahkan tatapan mata mulai beralih, memperhatikan keributan tak mendasar yang sama sekali tak bisa mereka pahami.

"Anda di sana waktu itu. Anda melihat sendiri bahwa saya selamat dari maut, dan melihat betapa mengerikan luka yang saya peroleh! Kenapa membiarkan lelaki biadap itu kabur!"

"Aah sialan!" Bita menyentak jemari Elvaretta dengan kuat sehingga gadis tadi terdiam untuk membuang napas. "Apa tujuanmu datang untuk membuat saya dipecat? Kenapa bertingkah gegabah dan kurang hajar seperti ini, hah? Hentikan omong kosong tak terarah itu."

"Omong kosong?" Elvaretta melihat Bita dengan sorot yang kejam. Hal itu berhasil membuat wanita yang jauh lebih tua darinya terdiam kikuk. "Apa semua yang aku katakan tadi bisa dianggap omong kosong? Bukankah Anda juga tahu kasus Bi Tiwi. Gadis pertama yang selamat di tahun 1993. Sampai sekarang dia masih hidup dengan bekas mengerikan yang tertanam di sisi wajahnya."

"Iya. Saya tahu. Sangat malah. Tapi apa kamu pikir kami tak melakukan pekerjaan dengan baik? Kami selalu datang dan mencoba bertanya, tapi satu-satunya saksi sekaligus korban hanya dia, dan Bu Tiwi, enggan mengatakan apa pun, untuk bertemu saja dia menolak."

"Aku... Aku juga saksi dari kekejian itu."

Bita lagi-lagi membuang kian gusar napasnya. Menekan kuat kening lalu menepuk tengkuk. Ia sangat frustrasi saat ini, terlebih kala menatap keseriusan gadis gila yang sekarang masih berbicara omong kosong.

"Anda masih tak percaya?"

"Jelas. Bagaimana saya bisa percaya dengan omongan kamu-"

"Apa yang membuat Anda tak percaya?"

"Lihat sekarang dirimu?" Bita menunjuk tubuh kurus Elvaretta. "Kamu masih sangat muda, usiamu berapa?"

Elvaretta terdiam. Ia tak mau menjawab sebab mengerti maksud dari pembicaraan Bita.

"Jika kamu tak mau menjawab, biar saya tebak. 23 tahun? Atau, 24 tahun?" gadis itu mengangguk. "Lalu bagaimana bisa kamu saksi kejadian mengerikan yang terjadi di tahun 1993, hah? Kenapa kamu masih sekecil ini? Jika saat itu umurmu 1 tahun, kemungkinan besar sekarang kamu berumur 30 tahun!"

Bita menarik surai pendeknya sambil tertawa lelah. "Dan jika pun memang benar. Di usia 1 tahun selamat dari pembunuh berantai? Atas dasar apa? Kamu masih kecil? Kamu bukan anak Bu Tiwi yang jelas-jelas masih gadis saat kejadian. Atau, kenapa polisi bilang menemui Tiwi sendirian hampir meregang nyawa tanpa dirimu? Ke mana kamu bersembunyi saat kejadian mengerikan itu terjadi. Ha?"

Ia membisu. Membeku tak bergerak. Bagaimana jika Elvaretta memberitahu kalau dia bisa datang di tahun 1993?

"Aku... Secara tiba-tiba masuk ke tahun 1993, dan melihat semua kejadian itu-"

Ptak...

"Aaww."

"Gadis gila. Apa kamu gila? Wah sialan, aku mengorbankan pekerjaan untuk mengikuti keinginan gadis gila. Benar-benar gila!"

-ELVARETTA 1993-

ELVARETTA 1993 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang