Jangan bilang gak bisa
Kalo belum coba
~autorKenaya pov ~
"Eh gaeysss, kata Ardian yang maen estafet langsung aja ke halaman pendopo." kata Sabil dengan suara agak keras setelah menerima chat dari seseorang
"Okee Sab, thanks ya." jawab Dita
Dan setelahnya aku, Bagas, Candra,dan Dita langsung meluncur ke pendopo di gedung utara.
Setelah sampai di halaman pendopo, Dwi langsung menghampiri kami dan memberikan kertas bertuliskan angka 03.
"Kita dapet urutan ke tiga nih, jadi mennya ikut sesi 1. Bentar lagi." jelasnya setelah memberi kertas.
"Kaya kesepakatan kemarin, di garis start gue, kenaya sama candra, terus digaris tengah bagas, yang terakhir elo Wi." Dita mengintruksi dan kami jawab dengan anggukan mantap.
"Cek..cek...cek sound satu, dua. "
Ngginggggg.........
Suara nyaring akibat dengunggan sound mengambil alih attensi kami. Menghentikan sejenak kegiatan kami. Belum sepenuhnya attensi kami kembali, seorang di dekat sound mengalihkan perhatian kami.
Seorang pemuda yang memegang mic itu berdeham "cekk... Huftt.. Huft.. Cek.. Cekk..." kemudian mengangkat ibu jarinya ke udara, memberi kode pada temannya.
"Hallo gaesss, harap peserta lombanya segara merapat ke sini." kata mc cewek yang berdiri di ujung halaman pendopo dekat sound sistem dan beberapa temannya yang tidak lain ,tidak bukan adalah panitia lomba ini.
"Jadi langsung aja aku jelasin gimana cara mainnya." lanjutnya kemudian mengambil dua potongan kardus yang agak besar tapi gak kecil juga.
"Nanti kalian yang kebagian di start pertama, kalian kudu jalan sampe garis start ke 2 dengan cara bersama sama pakek dua potong kardus ini, dengan syarat kaki kalian gak boleh keluar dari kardus, gak boleh sampr nyentuh paving. Okee." dan kami jawab dengan anggukan, syarat kami mengerti maksud panitia.
"Langsung aja menepati tempat, undian pertama langsung aja ke tempat paling utara, terus lanjut samping nya sampingnya. Ngertiyang kan?" lanjut panitia satunya
"Ngertiiiikkk." seru semua peserta, dan segera memposisikan diri di tempat masing masing
"Siap semua?!!!"
"Satu, dua, tiii...iiiii...ga."
Sorak sorak penonton mulai bersaut sautan. Menyemangati kelas dan teman teman mereka. Tak terkecuali dari panitia juga.
"Ayoo.. Gaess lebih cepet bentar lagi nyampe!! " teriak Bagas menyemangati kami sambil celingak celinguk.
Dan aku, Dita, dan Candra masih terus berkonsentarasi sambil melangkah lebih cepat agar cepat cepat menyelesaikan garis start pertama. Dan usaha kami tidak sia sia tinggal selangkah lagi kami sampai di garis finish.
"Yeyy... Sampek!." seru kami bertiga
Bagas yang mengetahuinya langsung melanjutkan stage selanjutnya berjalan dengan sendok berisi kelereng kedaan ia gigit.
Sangkin semangat nya Bagas, ia sudah hampir sampai di garis finish. Menjadi orang terdepan diantara tim lain.
Kini giliran Dwi yang memperjuangkan nasib kelas kami. Melompat lompat dengan topi bolanya yang terdapat paku di sana untuk memecahkan balon di atasnya.
"AYO WIIII.."
"KANAN DIKIT WIIII"
"KURANG TINGGI LOMPATAN LU DWII"
"Aishh, lama amat lu WIII,GREGETAN NIH GUE."Kira kira seperti itulah teriakan dari teman teman kami di sana. Bahkan ada yang menyupah serapahi Dwi karena kelewat gemesinnya tuh bocah, sampe autor pengen gigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING SPECIAL 'On Going'
Teen FictionNOTHING SPECIAL Komplek kost yang bernama kost Pelangi atau biasa disebut komplek pelangi, terletak di pinggir pusat kota. Dihuni oleh anak anak rantau mulai dari pelajar, mahasiswa, bahkan para pekerja. Rela jauh dari sanak saudara untuk m...