chapter 6

742 89 3
                                    

HAPPY READING

°
°
°

Jay yang berada dalam ruangan sunyi itu berniat keluar mencari Ayahnya, karena saat ini ia merasa tak enak jika Ayahnya yang akan terus mengunjunginya dengan perasaan khawatir.

Ia pun berdiri dan menopang tubuhnya dengan penyangga infus itu. Namun, saat membuka pintu ia melihat sosok yang sangat ia kenal dan orang itu adalah Jungwon.

"Jungwon... " Panggilnya.

Tetapi Jungwon tak mengubrisnya, ia hanya menatap sekilas dan tidak menghiraukan Jay disana. Ia terus melangkah menuju kamarnya.

"Akh... " Ringis Jay.

Jungwon mendengar ringisan itu dan membalik badannya melihat keadaan Jay.

Jay terlihat sudah membungkuk menahan sakit sambil memeras perutnya.

"Jay, kau baik-baik saja? " Dengan begitu Jungwon pun kembali menghampiri Jay.

"A-aku baik-baik saja... Eugh... " Jay kembali meringis.

"Kau berboh... Jay! "

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jay sudah ambruk di lantai tepat di depan pintu ruangannya.

"Jay... Tolong... Siapapun tolong! " Saat ini Jungwon sangat panik.

Jungwon berusaha memanggil seseorang di sekitar sana, tapi kebetulan tak ada satu orang pun.

Ia ingin memapah Jay tapi kondisinya juga tidak memungkinkan. Jadi, ia memutuskan untuk mencari seseorang.

Ia berjalan cepat menyusuri lorong itu sambil memengang peyangga infusnya. Hingga akhirnya ia melihat seorang perawat  yang baru saja lewat.

"Tolong... Hah... Disana... Disana ada pasien tak sadarkan diri" Ujarnya ngos-ngosan karna kelelahan.

Perawat itu pun langsung berlari ke arah yang Jungwon tunjuk. Sementara Jungwon sudah kelelahan disana, napasnya menderu juga keringatnya sudah bercucuran. Walaupun begitu, Jungwon tetap kembali ke kamar Jay dan memeriksa kondisinya.

Sesampainya di pintu kamar itu, Jay sudah berada di atas ranjang dengan perawat yang memberinya kantong ambu membantunya bernapas.

"Jay... " Gumamnya.

Saat itu juga terlihat Dokter Park dan dua perawat sedang berlari menuju ruangan kamar Jay.

Mereka menanganinya dengan serius, bahkan di wajah Dokter Park terlihat sangat khawatir.

Sementara Jungwon yang berada di ambang pintu mulai merasa pusing, penglihatannya mulai terganggu.

"Ugh... " Ringisnya kesakitan.

Darah mengalir dari hidungnya tanpa henti, tak seorangpun perawat maupun Dokter yang ada disana melihatnya karna sibuk menangani Jay.

Hingga akhirnya tubuhnya pun roboh dan tergeletak di lantai. Suara dentingan penyangga infus yang terjatuh itu menarik perhatian seorang perawat dan melihat Jungwon sudah tak sadarkan diri disana.

.

.

.

Jay mengerjap-ngerjapkan matanya dan menyusuri seluruh ruangan setelah sadar.
Ia melepas selang oksigen itu dari hidungnya.

"Jay... " Panggil Ayah Jay dengan menggenggam tanggannya.

"Ayah, Jungwon ada di ruangan mana? " Tanya Jay.

"Kamarnya ada di ujung. Kau beristirahatlah, Ayah akan memeriksa Jungwon dulu"

"Dia baik-baik saja? Ayah, apa aku bisa bicara dengannya? " Tanya Jay.

"Tentu saja. Tapi, setelah dia siuman nanti"

"Apa maksud, Ayah? "

"Keadaannya sedang tidak baik. Saat dia bangun, berterima kasihlah padanya karna sudah membantumu"

"Membantuku? "

"Hm... Ia membantumu mencari seseorang saat kau tak sadarkan diri"

"Ayah. Boleh aku melihatnya? "

"Tentu saja"

Dengan begitu Dokter Park membantu Jay duduk di kursi roda dan membawanya ke ruangan Jungwon.

-

Jungwon terlihat sangat lemah di ranjang itu, bahkan di tidurnya ia kelihatan sangat kesakitan. Jay meraih tangan Jungwon lalu menggenggamnya.

"Ayah... Apa aku boleh menyukai Jungwon? " Pertanyaan Jay sangat mendadak sehingga membuat Dokter Park kebingungan.

"Hm...? Itu tergantung padamu, Jay. Ayah tidak memberimu tingkatan untuk pasanganmu kelak" Jawab Ayahnya.

"Tapi bagaimana jika nanti aku tidak sempat menikahinya? " Ujarnya lagi dengan terus menggenggam tangan Jungwon.

"Maksud mu? "

"Tak perlu berpura-pura, Ayah. Aku tau umurku tak akan lama lagi, benarkan Ayah? "

"Jay... "

"Ayah tau kenapa aku bersikap seolah aku ini bodoh di sekolah...? Itu semua karna Jungwon. Aku menyukai Jungwon Ayah, semua nilai itu tak berarti bagiku itu karna dirinya... Tapi dia selalu menganggapku bodoh karena selalu mendapat nilai rendah hahaha... " Iya tertawa pelan saat menceritakan hal itu.

"Kau pasti melakukannya karna suatu alasan" Ia sangat mengerti anaknya.

"Ayah benar, dia selalu dipukuli karna nilainya. Jika aku tak bisa membantunya dalam hal lain, maka aku harus membantunya dengan nilai itu"

Selama ini Jay selalu menyembunyikan kepintarannya untuk membantu Jungwon, ia selalu bersikap seolah-olah dia itu bodoh padahal dia lebih pintar dari Jungwon. Ia tak tahan melihat Jungwon selalu datang ke sekolah dengan beberapa luka setiap harinya. Oleh karna itu Jay membuat pilihan seperti ini.

"Jay, Ayah sangat mengerti seperti apa dirimu"

"Terima kasih, Ayah" Ucapnya.

"Ayo kembali ke kamarmu, kau bisa melihatnya setelah dia sadar nanti"

"Baik Ayah"

Namun saat meletakkan tangan Jungwon, Jungwon menggenggam tangan Jay.

"Kenapa kau melakukannya? " Ucapnya dengan mata yang masih terpejam itu sambil meneteskan air mata, lalu perlahan ia membuka matanya.

"Jungwon... Jangan menangis" Jay mengusap air matanya.

"Jangan mengasihaniku, Jay"

"Ayah bisa biarkan kami bicara berdua dulu? " Ujar Jay dan Ayahnya pun langsung meng-iyakan dan keluar dari sana.

"Jungwon... "

"Tak perlu Jay, aku sudah mendengar semuanya" Potong Jungwon.

"Karna kau sudah mendengarnya, apakah kau akan mengijinkanku... Jungwon? " Jay bertanya dengan tatapan yang sangat tulus.

"Tolong jangan melakukan hal bodoh seperti ini, Jay. Dan berhentilah mengasihaniku"

"Bukan seperti itu, aku melakukannya karna aku mencintaimu Jungwon. Aku bersungguh-sungguh dalam hal ini"

.
.
.
.
.


To Be Continued


Jangan lupa vote dan komen yaa yeorobun~

Maaf yaa up nya lama
Aku mepet waktu ini banyak urusan
Next time aku usahain buat up cepet ya
Miannnnn...

GOMAWO。・:*:・(✿◕3◕)❤

PREASSURE/JAYWON -(END)-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang