"Tolong jangan melakukan hal bodoh seperti ini, Jay. Dan berhentilah mengasihaniku"
"Bukan seperti itu, aku melakukannya karna aku mencintaimu Jungwon. Aku bersungguh-sungguh dalam hal ini"
"Semua itu akan sia-sia, Jay. Aku bahkan belum mengerti bagaimana perasaanku yang sebenarnya padamu, dan kau tau dengan kondisi seperti ini pasti aku sudah tidak punya waktu lama lagi"
"Walau begitu kita harus menjalaninya bersama-sama Jungwon, toh kondisiku juga sama dengan mu kan"
Dengan sambil berucap, tatapan Jay terlihat sangat tulus. Ia terus menggenggam tangan Jungwon berharap diberikan jawaban.
"Tolong berikan aku waktu untuk berpikir" Ujar Jungwon dan membuat Jay sedikit kecewa karna harus terus menunggu.
"Baiklah, aku akan terus menunggu" Putus Jay dan masih tetap tersenyum manis.
.
.
.
Hari ini Jungwon mendapatkan hasil tes nya, dan hasil itu menunjukkan tingkat imun Jungwon yang rendah, juga kankernya sudah 86 persen yang artinya bisa dibilang memasuki stadium tiga. Itu adalah berita buruk karna dengan hasil itu sisa waktu Jungwon hanya tersisa beberapa bulan.
Tubuhnya sudah begitu lemah, ia tak diijinkan melakukan perjalanan jauh karna dia tidak boleh lelah. Yang ia butuhkan sekarang adalah istirahat dan harus tetap beristirahat.
Jungwon hanya terus berada di dalam bilik kamarnya dengan selang oksigen yang terus menempel di hidungnya, sesekali menatap taman dari jendela kamarnya melihat beberapa pasien dengan keluarganya sedang menghirup udara segar.
Sesekali Jay juga datang ke kamar Jungwon dan berbincang ketika bosan. Kondisi Jay hampir sama dengan Jungwon, hanya berbeda beberapa persen saja namun sistem kekebalan tubuh Jay lebih kuat di bandingkan Jungwon. Dan sejak hari itu, mereka berdua pun mulai dekat.
-
-
-Ini adalah hari ketiga Jungwon di rawat, dan juga pada hari ini Ia sudah memutuskan memberikan jawaban untuk Jay. Sementara Jay terus berpikir apakah jawaban Jungwon ya atau tidak dalam beberapa hari ini, hingga Jungwon merasa tak enak jika terus membuat Jay menunggu.
Dengan begitu Jungwon pun menghampiri Jay berniat memberikan jawaban, namun saat berada di kamar itu Jay terlihat sedang tidur. Berhubung karna Jay tidur, ia beralih ke ruangan dokter Park.
-
Tok... Tok...
"Silahkan masuk" Dokter Park mempersilahkan.
Dengan begitu Jungwon pun langsung masuk dan duduk di hadapan Dokter Park dengan beberapa pertanyaan.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan? " Tanya Dokter.
"Iya, Dok. Begini... Apa aku bisa pulang malam ini? ''
"Kau tau kondisimu kan saat ini? Akan lebih baik jika kau beristirahat Jungwon"
"Tapi ini adalah hari penting, Dok. Apalagi umurku sudah tidak lama lagi, berarti tahun depan aku tidak akan bisa merayakannya lagi" Sendunya.
"Baiklah, tapi ada satu syarat" Dengan perkataan Jungwon, Dokter Park tak bisa menolak.
"Syarat apa? "
"Kau harus pulang besok pagi, aku akan memberimu waktu sampai jam 10 pagi. Mengerti? "
"Baiklah, Dok. Terima kasih"
Dengan begitu, Dokter Park membantu Jungwon melepas selang infusnya kemudian Jungwon pun bergegas mengganti pakaiannya.
Berhubung ini masih jam 9 malam, Jungwon masih bisa membeli cake ulang tahun untuk Jake. Ia sangat bersemangat untuk memberi Hyung-nya kejutan.
Dengan sangat berhati-hati, Jungwon sesekali beristirahat saat mulai merasa lelah. Ia mencari cake chocolate kesukaan Jake, namun beberapa toko sudah habis.
Dengan penuh harapan, Jungwon menghampiri toko terakhir yang berada di sekitar lingkungan rumahnya.
"Bibi, apa cake chocolate masih ada? "
"Ada, tapi hanya tersisa satu varian... Kau mau ? "
"Baiklah, aku pesan yang itu saja" Senyumnya ramah.
"Apa ini untuk kekasihmu ? " Canda si penjual.
"Ah... Tidak, Bibi. Ini untuk Hyung-ku" Kekeh nya.
"Oh... Ucapkan selamat pada Hyung-mu ya. Dan berikan ini sebagai hadiah untukmu dan Hyung-mu" Ucap sang penjual dan memberikan sepasang gelang kembar sebagai hadiah.
"Wah... Terima kasih bibi" Senang Jungwon saat mendapat hadiah.
"Tapi kenapa kau terlihat sangat pucat? Apa kau sakit? " Ia penasaran.
"Tidak, Bibi. Aku hanya kelelahan saja hahaha... " Kekehnya lagi.
"Beristirahat ya cukup ya, ini pesananmu. Selamat menikmati"
"Terima kasih... "
Jungwon pun menghela napas saat keluar dari toko itu. Ia merogoh kantong nya dan mengambil sebuah lip balm dan mengoleskan pada bibirnya yang pucat. Ia melihat jam sudah menunjukkan jam sebelas lewat dua puluh tiga menit, berarti ia belum terlambat. Kemudian ia pun bergegas pulang ke rumah.
.
.
.
Jake terus mondar-mandir di ruang tamu dan terus melihat jam tangannya. Raut wajahnya terlihat sangat bahagia, sesekali ia juga melirik ponselnya menunggu sebuah pesan ucapan selamat ulang tahun.
Ting...
(Sebuah pesan masuk)
"Hyung... Selamat ulang tahun. Aku menyayangimu"
Dengan pesan singkat itu Jake pun merasa sangat senang, ia membuka log panggilan lalu menelepon Jungwon.
Nanana~ nanana~
Suara telpon itu berasal dari kamar Jake, bagaimana bisa ponsel Jungwon ada disana? Dengan rasa penasaran, Jake pun memasuki kamarnya namun tak ada seorang pun disana, semuanya gelap dan ia tak melihat seorang pun.
Namun saat menyalakan lampu...
"Tara... Selamat ulang tahun~ selamat ulang tahun~ selamat ulang tahun Jake Hyung~ selamat ulang tahun~" Surprice dari Jungwon berhasil.
Rasa bahagia Jake tak terbendung, ia sangat bahagia mendapat surprice itu dari adiknya. Dengan begitu, Jake pun mengucapkan doa dalam hatinya lalu meniup lilin dari cake itu.
Fyuh...
"Terima kasih Jungwon" Girang Jake.
To be continued
.
.
.
.
.
.Jangan lupa follow, vote dan komen ya yeoreobun~
See you...
-TERIMA KASIH-
KAMU SEDANG MEMBACA
PREASSURE/JAYWON -(END)-
Fiksi Penggemar"dasar anak bodoh" "tidak berguna" "kau mempermalukanku" begitulah kalimat yang sering ia dengar dari Ayahnya, berbagai ucapan yang membuat hatinya begitu sakit. hidupnya benar-benar dibawah tekanan sang Ayah, hingga akhirnya ia bertemu dengan seora...