"Ada yang bisa gue bantu bang?" Tanya Ibram saat menghampiri Aydan yang baru saja datang dengan wajah lelahnya.
Lelaki itu terlihat kurang tidur dengan adanya lingkaran hitam di bawah kedua matanya.
"Duduk bentar Ib, gue mau ketemu Bilal sama Azzam dulu di dalem." Jawab Aydan dengan helaan nafas lelah.
Ibram mengangguk, sedangkan Haikal dan Alzam menatap keduanya dengan saling melirik satu sama lain.
Aydan melangkah melewati Ibram, Alzam dan juga Haikal---menuju pantry,"kayanya serius banget dah Ib." Celetuk Haikal yang di angguki setuju oleh Alzam.
Ibram mengedikan kedua bahunya acuh.
"Bang Aydan keliatan capek banget, apa ini ada hubungannya sama masalah kak Sella ya?" Ucap Alzam menimpali.
"Kalo pun ada, gue mah mau-mau aja ngebantu."
Haikal dan Alzam menoleh, menatap Ibram dengan-----tatapan heran.
"Lo mau bantu bang Ay, sedangkan Kakak kandung lo---bang William?"
Ibram menghela nafasnya pelan, pemuda itu terduduk di salah satu kursi kosong yang berada di sebelahnya.
"Gue dan kedua orang tua gue sepakat untuk gak membela atau melindungi kelakuan abang gue yang bisa ngerugiin orang lain, Al. Bonyok gue udah gak peduli juga sama abang gue, jadi mau kalian penjarain dia sekalipun orang tua gue udah pasrah."
Alzam dan Haikal mengangguk mengerti. Mereka turut prihatin melihat Ibram yang terlihat frustasi atas masalah ini. Mereka berdua tau apa yang dirasakan oleh Ibram saat ini, antara malu dan juga----merasa bersalah.
"Lo gak perlu ngerasa malu atau ngerasa bersalah ke kita kita, Ib. Yang salah itu abang lo, jadi gak perlu ada rasa gimana-gimana?" Haikal menepuk punggung belakang Ibram pelan guna menenangkan sahabatnya itu.
Alzam mengangguk setuju.
"Apa yang di bilang Haikal bener. Lo gak perlu ngerasa malu ataupun ngerasa bersalah, Ib. Yang salah itu bang William, bukan lo."
Ibram mendongak, menatap Alzam sejenak lalu mengangguk."Gue udah coba minta bantuan sepupu-sepupu untuk nanyain keberadaan bang William ke mereka, kali aja salah satu dari mereka ada yang tau atau interaksi sama abang gue." Haikal dan Alzam menganggukkan kepalanya mengerti.
Mereka berdua sangat tau effort Ibram untuk membereskan masalah ini sebesar apa, apalagi Janendra juga sahabat mereka. Sudah pasti mereka akan membantu semampunya.
"Bahkan bokap gue juga udah kerahin semua anak buahnya buat nyari tuh cunguk satu."
Tepukan pelan di sebelah bahu Ibram mengagetkan ketiganya.
"Kita ngobrol di ruang istirahat yuk." Ibram mendongak menatap Aydan yang tengah menunduk menatapnya.
Ibram mengangguk,"boleh bang Ay."
***
Ibram dan Aydan sudah berada di dalam ruangan yang dijadikan tempat istirahat mereka ketika sedang mengambil jam istirahat bergilir saat caffe tengah ramai-ramainya.
Aydan duduk tepat di hadapan Ibram."Gue mau minta tolong ke lo, kalo sekiranya lo bersedia nolong gue." Ucap Aydan terdengar begitu serius.
Ibram menatap Aydan, lalu dengan yakin mengangguk."Gue bersedia kok bang Ay kalo emang lo butuh bantuan gue."
Aydan memberikan amplop coklat besar pada lelaki yang ada di hadapannya saat ini.
Ibram yang bingung tetap menerimanya,"ini----apa bang Ay?"
KAMU SEDANG MEMBACA
3.6.5 - IYA X PCY ✅️
Fanfiction"Berapa semua, Mas?" Grasella "365.000 mbak" Aydan