04

250 32 11
                                    

Note : Tulisan yang di bold miring merupakan suara hati Minley dan Reuben.

"Minley, sudah tidur?" Reuben ikut berbaring di kasur, sementara Minley berbaring membelakanginya.

Hanya ada sedikit pergerakan dari Minley meskipun tidak menjawab.

"Kamu betah tinggal disini? Lihat saja, sampai saat ini listrik tidak juga menyala. Memangnya kamu tidak takut sendiri?"

Minley mendengar semuanya, namun enggan menjawab.

"Kembali ke rumah ya, aku sudah menyiapkan rumah lain untuk Runa."

Bukan masalah soal rumah untuk Runa, jawab Minley dalam hatinya.

Reuben menghela nafas, pertanyaannya memang sering begini jika bertanya pada Minley. Tidak dapat jawaban.

____

Suara dengkuran halus yang sudah agak lama tidak Minley dengar kini terdengar lagi. Sebulan terakhir tidak mendengar, ketika mendengar lagi jadi membuatnya susah terlelap.

Dengan jalan mendengendap-endap ditemani sinar lampu dari ponselnya, Minley berjalan menuju kamar tamu yang sebelumnya ia siapkan untuk Reuben.

Setelah sedikit menepuk bagian atas kasur barulah Minley berbaring di atasnya. Rasanya? Jangan ditanya... Nyaman dan tenang.

Tidak lama kemudian, Minley pun kembali tenggelam dalam tidur lelapnya.

____

"Ayah?"

Ayah Minley tersenyum. "Kamu belum bertemu dengan Ibu, kan? Ini ibunya Minley." Ucap Ayah memperkenalkan.

Reuben mengangguk. "Reuben, Bu." Ibu Minley memiliki wajah yang teduh, ada beberapa bagian dari wajahnya yang menurun pada Minley.

Ibu tersenyum. "Iya Nak Reuben. Terima kasih sudah menjaga, memperhatikan dan melindungi Minley."

Reuben menunduk merasa bersalah. Apa jadinya jika mertuanya tahu bahwa ia menikah lagi bahkan membiarkan Minley tinggal sendirian?

"Tidak apa-apa, kami tidak menyalahkan keputusan kamu menikah lagi dan membiarkan Minley tinggal di rumah yang dia inginkan." Ucap Ibu.

Reuben terbelalak lebar kian merasa bersalah. "Maaf bu, yah..."

Ayah menepuk bahu Reuben. "Kami percaya kamu bisa berlaku adil pada keduanya. Tolong bersabar pada Minley."

Reuben mengangguk, ia memang sudah bertekad untuk adil pada Minley dan Runa, oleh karenanya biarpun kehadirannya tidak diinginkan Minley, ia tetap akan berada disana untuk sementara waktu.

Reuben pun seketika tersadar bahwa ia kini berada di dimensi lain. "Yah?"

"Iya benar." Jawab Ayah mengerti. "Kamu sedang bersama kami saat ini, kamu nanti bisa kembali dan... Ayah akan menitipkan 'kemampuan' ini pada kamu."

"Kemampuan? Kemampuan apa yah?" Tanya Reuben tidak mengerti.

Ayah tersenyum lembut. "Nanti kamu juga akan mengetahuinya. Sekarang kembalilah."

"Tapi yah?"

Ayah hanya menganggukkan kepala saja begitupun dengan Ibu.

______ 

Entah dimana kini Minley berada. Padang rumput dengan bunga cantik berwarna-warni berada di sekelilingnya.

"Minley..." Terdengarlah suara panggilan yang amat sangat Minley kenal dan ia rindukan. Dengan hati bergetar, Minley menoleh ke arah suara.

Kedua mata Minley terbelalak lebar, benar saja, suara tersebut memang berasal dari dua orang yang amat sangat ia rindukan dan kini orang tuanya tersebut berada di belakangnya. Minley dengan cepat berlari dan memeluk keduanya. Tak terasa air mata deras mengalir.

HEARTSTRINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang