10

115 5 4
                                    

Minley memicingkan mata menatap Reuben curiga merasa ini hanyalah akal-akalan Reuben saja.

"Kecurigaan kamu itu tidak akan mendapatkan kepastian jika hanya berdiam diri saja, Minley. Untuk mengetahuinya benar atau tidak, kamu harus membuktikannya sendiri, benar kan?"

Minley mengusap wajahnya kasar, situasi ini sangat tidak menyenangkan baginya dimana Reuben dengan mudahnya mengetahui apa yang sedang ia pikirkan dan rasakan.

"Bagaimana?" Tanya Reuben kesekian kalinya.

Minley tidak punya pilihan lain, kan?

"Benar, kamu memang tidak memiliki pilihan lain selain ikut family gathering bersamaku." Iseng Reuben. Ternyata menyenangkan sekali bisa 'mendengar' Milnley.

"Berhenti mendengarku!" Pinta Minley kesal.

"Tidak bisa meski aku menginginkannya sayang, kemampuan ini otomatis, cara menghilangkannya pun-"

Minley menutup telinganya enggan mendengar kelanjutan ucapan Reuben yang ia ketahui pasti akan berujung pada ia yang harus ikut family gathering bersama Reuben. "Oke kita pergi!"

"Pilihan yang bagus, Minley!" Reuben terkekeh senang seraya mengelus lembut rambut Minley.

Dan Minley, hanya bisa menghembuskan nafas gusar seraya menghindar.

_______

"Mas Reuben  ..." Sapa seorang perempuan yang langsung menggelayutkan lengannya pada lengan Reuben. Tak hanya Minley yang terkejut, Reuben pun demikian.

"Oh  ... Bu Sarah." Jawab Reuben seraya melepas rangkulan lengan Sarah.

"Kok Ibu sih Mas Reuben? Dek Sarah gitu." Ucap Sarah dengan kekehan centil seraya berusaha menautkan kembali lengannya pada lengan Reuben.

Namun Reuben dengan sigap menghindar, kini jadi Minley yang berada disebelah Sarah.

"Bu Sarah, perkenalkan istri saya, Minley. " Reuben inisiatif mengenalkan Minley pada Sarah.

Sarah mengalihkan fokusnya pada Minley, meneliti Minley dengan pandangan mencemooh, memperlihatkan dengan jelas bahwa ia tengah mengecilkan Minley.  "Sarah." Ujarnya singkat dengan nada acuh.

Minley tidak menjawab perkenalan tidak ikhlas dari Sarah. Ia berlalu dari hadapan Reuben dan Sarah.

Saat Reuben akan menyusul Minley, Sarah dengan segera menghentikan niat Reuben tersebut.

"Lepas! " Ucap Reuben seraya menatap Sarah tajam.

Sarah yang mendapat tatapan tidak biasa serta suara Reuben yang terdengar marah tersebut seketika ketakutan lalu melepas genggaman tangannya pada lengan Reuben.

_____

Reuben berkeliling mencari Minley, perasaan tidak enak dan bersalah beradu dalam benaknya kini. Hingga akhirnya Reuben melihat siluet Minley yang tengah melamun di tempat yang agak tersembunyi di bawah rindang pohon.

"Minley  ...." Panggil Reuben.

Minley tetap diam, tidak menoleh dan tidak menjawab panggilan Reuben.

Dengan perlahan Reuben mendekati Minley hingga ia berdiri berdampingan dengan Minley. "Maaf  ..." Cicit Reuben.

"Tidak perlu, Sarah hanya memperlihatkan reaksi normal manusia saat pertama kali melihat aku." Ah andai saja aku tidak menyetujui ajakan Reuben. Seharusnya Runa yang ada disini bersama Reuben. Tambah Minley dalam hatinya.

Reuben menghela nafas dalam, rasanya sesak. Ketika Minley sedih, hatinya pun ikut sedih. "Aku tidak pernah menyesal mengajak kamu kesini, Minley. Bukan Runa, tapi aku memang mengajak kamu."

"Tidak malu kah kamu mengajakku?" Minley heran, mengapa Reuben bersikeras mengajaknya?

Reuben menggeleng. "Aku tidak malu, aku tidak menyesal sama sekali Minley, justru aku merasa bersalah karena Sarah berperilaku tidak baik padamu."

Reuben menanti apa yang akan Minley ucapkan dalam hatinya agar tahu apa yang dipikirkan oleh Minley, tapi sudah hampir 3 menit mereka berdiam diri, tidak ada yang ia dengar dari Minley. "Kita pulang, Minley?" Tanya Reuben, jika Minley hanya mengangguk saja pun, Reuben akan segera membawa Minley pulang.

"Tapi acaranya belum selesai." Jawab Minley lirih.

"Aku tidak peduli dengan acara ini Minley, yang aku pedulikan kamu. Apa yang kamu rasakan, apa yang membuat kamu nyaman. Maafkan aku." Ucap Reuben tulus. "Kita pulang ya." Kali ini Reuben tidak bertanya, tapi sudah mengajak Minley pulang.

Tanpa menunggu persetujuan Minley, Reuben mengenggam tangan Minley, menarik tangannya lembut.

______

Saat berjalan bersama Minley, tidak sedikit mata memandang mereka, Minley menunduk sementara Reuben tetap berjalan tegak disamping Minley seraya membalas singkat sapaan yang didapatinya. Tapi perjalanan mereka terhenti saat Reuben melihat Pak Adjie, orang yang Reuben incar untuk menjadi salah satu investornya.

Reuben dilema, momen ini mungkin bisa menjadi salah satu cara untuknya bisa menyampaikan gagasan pada Pak Adjie. Tapi bagaimana dengan Minley?

Sementara itu, Minley turut menatap apa yang Reuben lihat saat ini. "Aku tidak masalah kamu menghampiri beliau, Reuben. Aku bisa tunggu kamu di mobil." Ucap Minley yang mengerti.

Reuben semakin dilema. "Pak Adjie memang penting, tapi aku-"

"Ayo kita menghampiri beliau." Minley mengambil inisiatif berjalan menuju Pak Adjie. Ya mau bagaimana lagi? Kamu tidak akan menghampiri Pak Adjie karena aku, kan? Mari kita pergi bersama. Jangan mengecewakan aku, kamu harus berhasil! Ujar Minley dalam hati yang tentu saja didengar oleh Reuben.

"Tentu sayang. Suamimu ini pasti bisa menjadikan Pak Adjie sebagai investornya." Jawab Reuben berbisik yang membuat Minley seketika meremang.

"Pak Reuben, apa kabar? Saya kira bapak tidak datang pada acara hari ini?" Pak Adjie langsung menyapa Reuben saat melihatnya.

Reuben tersenyum. "Kabar baik pak. Wah sudah dapat banyak pak Stroberinya." Ucap Reuben basa-basi.

Pak Adjie tertawa. "Tidak terasa saya mengambil stroberi sebanyak ini, Pak." Seraya memperlihatkan keranjang yang sudah penuh stroberi pada Reuben. "Sepertinya sudah cukup panen stroberi hari ini, mari pak kita duduk di sana." Ajak Pak Adjie.

Saat Minley akan menjauh secara perlahan, genggaman tangan Reuben padanya menguat. Mau tidak mau, Minley pun mengikuti Reuben.

"Perkenalkan istri saya Pak, Minley."

"Ah ... Benar, Minley, saya mengenal ayah kamu."

Minley tersenyum sendu, ucapan sedikit apapun mengenai orang tuanya membuat ingatannya tertaut pada orang tuanya, betapa ia merindukan keduanya. Di saat yang bersamaan, Reuben mengelus lengan Minley, tersenyum lembut dan menatap wajah Minley dalam seakan mengatakan bahwa Minley tidak sendirian.

"Maaf membuat suasana tiba-tiba menjadi sendu, saya tidak bermaksud. Siapapun yang mengenal ayah kamu pasti secara tidak sadar akan membicarakannya, beliau merupakan orang yang amat baik." Ujar Pak Adjie.

"Terima kasih Pak." Jawab Minley tulus.

Setelahnya Reuben dan Pak Adjie terlibat perbincangan serius mengenai perusahaan, investasi dan semacamnya yang Minley tidak mengerti. Pandangannya kini terfokus pada hamparan kebun stroberi yang berada tidak jauh dari posisinya berada. Ah, stroberi-stroberi itu membuatku ingin memanennya. Reuben, boleh? Tanya Minley yang merasa ada untungnya juga Reuben bisa mendengar isi hatinya.

Reuben mendengar semuanya dan sontak tersenyum tipis, sayangnya Minley tidak tahu dan tidak juga melihatnya karena fokus pada stroberi. Bukannya Reuben tidak mengizinkan Minley untuk memanen buah berwarna merah tersebut. Reuben hanya tidak ingin kejadian orang-orang seperti Sarah yang menatap Minley dengan tatapan mengolok terulang atau Minley mendapat tatapan tidak biasa dari rekan-rekan kerjanya.

----

08 Juli 2024 - 19:58

Semoga bisa konsisten update part selanjutnya :D


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEARTSTRINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang