08

121 14 2
                                    

"Minley... Maaf... Maaf..." Reuben berlutut didepan Minley seraya memegang lutut Minley erat.

Sedangkan Minley masih menangis, entah karena apa? Dirinya pun tak tahu.

"Minley... Sayang... Apapun yang kamu mau aku turuti, kecuali pulang dan bercerai... Maaf sayang, aku tidak akan mengulanginya lagi." Mohon Reuben.

Minley memutar bola matanya. "Jangan sayang-sayang ke aku!"

"Oke, babe?"

"Bukan babe juga, ih!"

"Lalu apa?" Reuben mendongakkan kepala seraya menatap Minley dalam. "Kamu istriku, lho... Besok katakan pada Satria, ya!"

Minley menggelengkan kepala.

"Lho?"

"Buat apa? Tidak ada efek apapun juga, kan?"

Reuben mengerutkan keningnya. "Ada sayang, agar dia sadar diri, jaga jarak dengan kamu."

"Maksud kamu?" Kali ini Minley yang mengerutkan keningnya.

"Aku lelaki, Minley... Aku bisa melihat, Satria memiliki perasaan pada kamu, perasaan yang tidak seharusnya dia miliki ke kamu."

"Satria tidak ada niatan seperti yang kamu perkirakan, Reuben! Aku menganggapnya adik, dia seperti adikku sendiri. Satria pun sama, dia pasti menganggap aku tidak lebih seperti kakaknya!"

"Dia seperti itu mungkin karena kamu tidak mengatakan padanya tentang status kita, Minley... Apa salahnya kamu memberitahu hubungan kita sebenarnya?" Bujuk Reuben.

"Pernikahan kita... Status kita... Aku merasa, palsu."

Reuben menggigit bibir bawahnya, menahan umpatan yang ingin keluar, tapi berusaha untuk terus mendengarkan Minley bicara. Mengapa Minley selalu saja menganggap hubungan mereka palsu?

"Aku malu kalau sampai Satria tahu, aku tidak mau dikasihani. Dan kamu, kembalilah secepatnya pada Runa." 

"Minley, selalu kuingatkan bahwa aku tidak pernah ada rencana untuk menceraikan kamu, ini bukan hanya tentang janji yang kuucapkan pada ayah, bukan hanya itu..."

Minley yang awalnya menunduk kini menatap Reuben yang membuat lelaki itu agak lama terpaku, menatap beningnya mata dan cantiknya wajah Minley.

"Lalu?" Tanya Minley lirih. "Kasihan?" Mata Minley sudah berkaca-kaca, demi Tuhan, ia tidak ingin dikasihani!

"Tidak... Kenapa kamu perlu dikasihani, Minley? Kamu perempuan sempurna, normal, bahkan kamu cantik."

Minley membuang pandangannya dari Reuben.

"Aku tidak suka melihat kedekatanmu dengan Satria, aku cemburu Minley. Kamu milikku."

Tubuh Minley bergetar, tidak mungkin, tidak mungkin! Batin Minley mengelak.

"Apa yang tidak mungkin? Itu yang sejujurnya kurasakan padamu, Minley. Terimalah... Dari awal aku tidak pernah menganggap palsu hubungan kita, sejak awal, aku serius meski aku akui, aku belum memiliki perasaan pada kamu. Berjauhan dengan kamu membuatku tidak tenang, aku... Rindu. Meski kamu selalu saja memberi aku tatapan sinis, atau... Meski kamu diam pun, asal kamu tetap ada dalam pandanganku-"

"Berhenti! Berhenti!" Minley berteriak seraya menutup kedua telinganya rapat, mendengar pengakuan Reuben bukanlah hal yang ingin ia ketahui!

Dengan lembut, Reuben membuka kedua telinga Minley. "Oke, oke, aku berhenti, aku diam Minley. Perlahan ya, perlahan kita membuat hubungan kita normal layaknya suami istri pada umumnya."

"Keluar, kembalilah ke Runa!" Minley bangkit menuju kamar tamu, antisipasi jika Reuben masih belum juga pulang.

Reuben tidak berkata apapun, dari belakang ia mengikuti pergerakan Minley.

Ketika Minley sudah membuka pintu dengan sigap Reuben ikut masuk ke dalam kamar, Minley sampai melongo dibuatnya.

_____

"Kenapa kamu bisa... Em... Akrab dengan Satria?" Tanya Reuben, ia dan Minley sudah berada di atas kasur, berbaring bersisian. Meski lagi-lagi, secara paksa.

"Karena dia manis." Jawab Minley cepat.

"Come on, Minley, serius." Desak Reuben.

Dengan santainya Minley mengangguk.

"Hanya karena itu?"

Minley kembali mengangguk.

Reuben mendengus. "Sudah kuduga, ternyata memang tidak ada yang spesial dari dia."

Minley berbaring menyamping menatap Reuben, lengan kanannya ia jadikan sandaran kepalanya. "Kenapa sih dari tadi membicarakan Satria terus? Kamu tidak suka ya dipanggil Om?" Tebaknya.

Reuben menatap Minley dengan tatapan, ya kamu pikir saja?

"Nanti aku sampaikan ke Satria untuk tidak memanggil kamu, Om lagi, oke? Sudah kan? Aku tidur di kamaraku, ya!" Minley pun segera beranjak dari atas kasur.

"Tsk, sudahlah, dari kemarin juga kita tidur satu kasur!" Reuben menarik tangan Minley, menghalangi.

"Tapi kan sudah lama, jadi tidak terbiasa lagi! Apalagi kamu kalau tidur suka mendengkur, jadi buat tidur tidak nyenyak!" Minley menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Reuben menarik selimut Minley lembut pada awalnya, tapi karena Minley bersikukuh untuk mempertahankan selimut tetap menutupi tubuhnya, Reuben pun jadi memaksa.

"Tuh, kamu tuh buat tidak nyaman!" Minley mengambil bantal lalu menuju keluar kamar.

"Minley!" Reuben membawa tubuh Minley kembali ke atas kasur.

Minley terus berontak, hingga akhirnya keduanya terjatuh di atas kasur dengan posisi Minley yang berada di bawah Reuben.

Tatapan ini lagi... Batin Minley.

Reuben tersenyum tipis. "Kenapa dengan tatapan aku? Membuat kamu tidak berkutik, hm?" Suara Reuben mulai berubah...

Itu tandanya... Minley meringis dengan pikirannya sendiri.

#

02 Agustus 2023 - 11:46

Akhirnya, come back menulis Minley, Reuben dan Runa lagi :D

HEARTSTRINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang