Tiga tahun Lalu

2K 87 18
                                    

12. 12. 20XX.

"SAH!"

"Alhamdulillah!"

"Barakallah!"

Tepat pukul 9.30 pagi Iqbaal resmi mengikat seorang perempuan yang sudah ia kencani selama satu tahun ini untuk menjadi Istrinya. Lara Kirana namanya. Sangat cantik seperti wajah perempuan itu.

Iqbaal mengusap wajahnya, Ia dapat merasakan kedua tangannya yang terasa amat sangat dingin dan berkeringat. Dengan senyuman manis, ia menoleh pada Lara yang tersipu malu.

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, mereka berbicara melalui kontak mata. Dibawah meja pelaminan, Tangan Kiri Iqbaal menggenggam tangan Lara.

Lara sempat terkejut karena ia masih gugup berusaha untuk menetralkan perasaannya. Iqbaal pun dapat merasakan tangan Lara yang terasa dingin.

Iqbaal berdehem dengan mata yang celingak-celinguk. Memastikan tidak ada orang yang sedang menatap kearahnya. Setelah pasti, ia memiringkan tubuhnya sedikit mendekat pada Lara.

"Tangan Kita sama-sama dingin," bisiknya. Lara terbelalak dengan senyuman kemudian ia menjulurkan lidahnya pada Iqbaal.

Beberapa menit kemudian mereka sudah berpindah ke tempat pelaminan yang dimana tempat untuk menerima para tamu undangan. Masih dengan pakaian pengantin yang di dominasi oleh warna cokelat muda dan nuansa adat dari Minang, pun dengan dekorasinya.

"Riasan aku ada yang luntur gak, Mas?"

Iqbaal menoleh disaat ia tengah menyaksikan semua tamu. Pria itu terkekeh geli, "Ehm, Coba aku perhatiin baik-baik dulu ya.."

Lara menahan senyumannya kala Iqbaal dengan sengaja mendekat kearah wajahnya ditambah ekspresi fokus. Lara tau benar, jika Pria yang saat ini sudah menjadi Suaminya ini, tidak meganggap serius pertanyaannya.

"Ih mas! Malu ah! Aku serius tau!"

Iqbaal menahan tawanya terlihat dari kedua pipinya yang menggembung. Pria itu menunduk sesaat, "Maaf, sayang. Bercanda.. Riasan kamu semuanya OK kok."

"Beneran?"

Iqbaal mengangguk lembut. Tangan kanannya tergerak untuk membenarkan pakaian sang Istri dibagian dada yang sedikit melorot. "Nanti dibenerin ya, Mas gak mau terlalu buka kayak gini."

Lara pun mengangguk setuju. Ia menoleh kekanan dan kiri. Terdapat masing-masing kedua orang tua mereka yang terduduk. Atensinya terhenti pada seorang Lelaki muda yang terduduk di kursi seorang diri.

"Ehm, mas.."

"Ya? Kenapa sayang?"

Lara menunjuk dengan dagunya, Iqbaal segera mengikuti arahan itu. Kini ia melihat pada apa yang dilihat oleh sang Istri.

"Cemberut gitu ekspresinya..." Desisan Lara sontak membuat Iqbaal berinisiatif untuk menyebut sebuah nama dengan nada yang tinggi.

"REHAN! REHAN! RE---"

"Nggak bakalan kedenger, Mas."

Tak kehabisan akal, Iqbaal mencekal seorang Lelaki yang sepertinya staff pembersih di Gedung ini. "Ehm, Mas.. Maaf banget sebelumnya, Tapi saya mau minta tolong sama Mas, Buat panggil Anak itu.."

Lelaki staff kebersihan itu mengikuti arah pentunjuk Iqbaal. Ia mengangguk paham, "Tolong suruh kesini ya," Pinta Iqbaal. Dan segera Lelaki staff itu pun menuruti keinginan dari Iqbaal.

Lara dan Iqbaal menatap kearah staff itu yang berusaha untuk membawa si Lelaki muda. Namun sepertinya, Enggan. Hal itu jelas membuat Iqbaal segera bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekati Lelaki muda itu.

Gets The Best. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang