Lanjutan part kemarin..
Iqbaal terkekeh hambar mendengar itu. "Jelas aku khawatir, Ra. (Namakamu) istri aku, Ibu dari Rehan, Anak aku." Pria itu melengos pergi kearah luar rumah meninggalkan Denita dan Lara.
Lara terdiam melihat kepergian Iqbaal. Ia menghela nafasnya kemudian atensinya pada Denita. Ia membawa Ibu Mertuanya itu untuk pergi kekamar.
"Gimana bisa sih kalian kecolongan bu (Namakamu) pergi?!"
Dua sekuriti yang bertugas menjaga rumah hanya bisa menunduk dan menerima protes dari Tuannya.
"Kalian tau kan, dia baruaja pulang dan sekarang dia pergi lagi! Niat gak sih kerja disini tuh hah?!"
"Becus gak saya tanya?!" Bentakkan itu membuat dua sekuriti hanya bisa mengerdik ketakutan. Baru kali ini, Iqbaal marah besar atas keteledoran mereka berdua.
Iqbaal menunjuk pada dua sekuritinya itu dengan tatapan amarah. "Denger ya, Kalau sampe terjadi sesuatu sama Istri saya, Kalian akan saya laporkan ke polisi!"
"A-ampun pak, Kami berdua minta maaf udah gak bener kerja, Tapi kami berdua bisa menjamin kalau kami nggak lihat ibu pergi," Jelas Wildan dengan pelan dan kedua tangan yang menyatu.
"Iya, pak apa yang di bilang Wildan bener. Orang gerbang sedaritadi dikunci pak,"
Iqbaal menatap penuh emosi dengan tatapan tak percaya. "MASIH BISA MENJAWAB HAH?! Kalau kalian nggak lihat, Istri saya nggak mungkin ilang gitu aja di dalem rumah!"
"Saya rekrut kalian disini itu untuk KERJA! Bukan untuk tidur!" Bentak Iqbaal sembari merogoh ponselnya disaku celana.
Pria itu mengeryit, "Evan? Kenapa dia telfon saya?" Atensinya kini pada kedua sekuritinya yang terdiam.
"Kalian cepet cari istri saya! Tanya sekuriti komplek ini juga!" Titahnya segera membuat dua pekerja itu mengangguk dan melengos pergi.
Tanpa banyak bicara ia segera menjawab panggilan dari sekretarisnya itu, Evan.
"Ya, Halo..."
"Baal! Gue sekarang lagi ada di terminal bus dan sekarang----"
Iqbaal memutarkan bola matanya, "Ya terus hubungannya sama gue apa, Van? Jangan gak jelas kayak gini dong, Van. Lo tau? Istri gue sekarang ilang gatau kemana, Dan gue mau Lo cari---"
"Itu maksud gue, pak bos! Gue ada di terminal karena disini ada, (Namakamu)! Istri lo!"
Iqbaal terbelalak hebat. Dia menganga sesaat dengan perasaan yang kalut mulutnya yang bergetar pun berucap. "Apa?! Kok bisa? Y-yaudah van, van! Tolong Lo sekarang shareloc g-gue akan segera kesana!"
Tanpa menunggu jawaban, Iqbaal segera memutuskan sambungan telfon. Ia berlari menuju mobil mewahnya untuk segera menemui (Namakamu).
Brumm!
Wuuusshh!
Pintu utama terbuka tak lama munculah Lara yang kebingungan. "Loh, mas Iqbaal mau kemana?"
Lara mendecak kecil, "Kenapa pake ilang segala sih? Mbak (Namakamu) sengaja kali ya nyari atensi, Mas Iqbaal.."
Diperjalanan Iqbaal tidak hentinya berdoa akan Evan tidak kehilangan jejak dari Istrinya. Pria itu sedikit kesulitan untuk membagi fokusnya antara jalanan dan (Namakamu).
Dan tak lama ponselnya mendapatkan satu pesan dan itu dari Evan. Sekretarisnya itu mengiriminya lokasi, Dengan cepat Iqbaal menginjak pedal gas untuk mengikuti arah peta.
"Jangan pergi, dek. Kakak mohon, sayang.." Iqbaal meringis kecil, Kedua tangannya dengan lincah memutarkan stir mobil. Menyalip setiap kendaraan yang ada didepannya.