⏰ 10.56 WIB.
(Namakamu) mengelus bahu Rehan yang sedang menyantap nasi goreng yang di buatkan olehnya. Kemarin malam, Puteranya itu menginginkan menu sarapan seperti itu.
"Tambah lagi, Bang.."
"Sejak kapan aku di panggil Abang?" Rehan terkekeh geli lalu meneguk segelas susu hangat.
"Hari ini." Jawab (Namakamu) disertai senyumannya. "Bunda pengen aja manggil kamu dengan sebutan Abang, Nggak apa-apa 'kan?"
Rehan mengangguk disertai senyumannya. Lelaki muda itu mengendurkan senyumannya kala ia teringat sesuatu. "Bun,"
"Hm?"
Rehan berdehem sejenak, dia merapihkan alat makannya. "Lusa.. Di sekolah itu ada acara pentas dan Rehan ikut masuk kedalam acara itu,"
"Ohya? Bagus dong, Jadi apa?"
"Bukan pentas drama gitu sih, Tapi apa ya.. Intinya sih, Rehan bakalan bacain---Entah Ini bisa disebut Pidato atau Puisi, i don't know, tapi bakalan kearah situ." Rehan mengangkat kedua bahunya sementara (Namakamu) mengangguk paham.
"Sebenernya ini bukan Rehan yang mau, Tapi guru-guru termasuk temen-temen Rehan juga pada nyuruh, Jadi yaudah.. Daripada bosen dengerin mereka bawel ya kan,"
(Namakamu) menatap malas pada Puteranya itu. "Rehan.."
Rehan terkekeh, "Bercanda bun. Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Bunda sama Ayah bisa dateng kan?"
"Bunda tentu aja bisa, Tapi Ayah...."
"Oke. Aku paham, bun." Desis Rehan pelan. Lelaki itu kembali melanjutkan sarapannya. Sementara (Namakamu) terdiam.
"Selama.. Bunda nggak ada, Ayah kamu ngurusin kamu dengan baik 'kan sayang?"
Rehan terdiam dengan mulut yang mengunyah pelan. "Y-ya.. Ayah ngelakuin itu kok, bun."
"Beneran?"
"Iya, nda. Aku nggak bohong, Tapi kadang kalau ada acara disekolah, Ayah suka nggak dateng, sesekali sih itu juga. Jadi diganti sama Nenek."
(Namakamu) menunduk dengan helaan nafasnya. Iqbaal tidak datang diacara terpenting Rehan, mungkin dengan alasan yang masuk diakal yakni sibuk dengan urusan di kantor.
Namun jika ini persoalan Lara, Apakah (Namakamu) harus tetap diam? Memang, Perempuan itu kini sudah menjadi Istri kedua dari suaminya. Tapi dia tidak boleh menjadi penghalang dalam hal terpenting Rehan.
(Namakamu) memejamkan kedua matanya, "Astaga, kenapa aku jadi mikir yang nggak-nggak sih?" Desisnya pelan.
"Kenapa, nda?"
"Ahm, enggak. Gapapa kok." (Namakamu) tersenyum kecil. Kini kedua matanya melihat kearah sekeliling isi rumah. Tak terasa sudah satu pekan ia kembali kerumah ini.
Sedikit-banyak sudah ia ketahui tentang hal yang ia lewatkan. Salah satunya adalah, Pernikahan kedua Iqbaal.
(Namakamu) terkekeh kecil. Ia tidak pernah membayangkan akan menjadi Istri pertama dari seorang Pria yang dimana akan setia padanya.
Istri pertama.
Kenapa sebutan itu harus ia dapatkan?
Terdengar asing dan risih.
(Namakamu) mengusap wajahnya gusar disertai helaan nafasnya. Ia meminta izin pada Rehan untuk pergi ke Dapur.
"Eh! Bibi! Awas!"