"Beliau hanya kecapean saja bu, dan diusahakan Pak Iqbaal jangan banyak pikiran. Karena itu akan terus memicu kesehatan pasien,"
"Baik, dok." Denita bersama Dokter yang dipanggil berdiri diluar kamar sedang membicarakan perihal kondisi kesehatan Iqbaal yang drop.
Selaku Mami dari Iqbaal, Denita menatap sendu kearah (Namakamu) yang sedang terduduk disamping Iqbaal yang sedang terbaring di ranjang. Wanita itu mencium tangan iqbaal beberapa kali.
Sangat terlihat jelas Jika menantunya itu khawatir dan sedih ketika sang Putera jatuh sakit. Denita tersenyum tipis kearah Dokter itu. "Terima kasih dok,"
"Ya, sama-sama bu. Saya sudah mencatatkan resep dan jika kondisi dari pasien belum juga pulih, segera untuk pergi ke rumah sakit ya bu," Setelah memberikan nasihat seperti itu, Dokter itupun pergi.
Perlahan kedua mata Iqbaal yang sedaritadi pingsan pun akhirnya terbuka, Seketika terjatuh pada (Namakamu) yang sedaritadi setia disisinya.
"(N-nam).."
"K-kakak.." Wanita itu tersenyum lega sekaligus haru akhirnya sang suami tersadar. Tangan dinginnya menggenggam erat tangan Kiri Iqbaal yang kini tertancap jarum infus.
Iqbaal tersenyum kecil, Tangan kanannya tergerak untuk menghapus airmata (Namakamu). "Kakak gak apa-apa sayang,"
"Udah ya? Ssth, stop nangisnya, dek." (Namakamu) meringis kecil, ia menggelengkan kepalanya. Memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh sangat sulit untuk (Namakamu) menyembunyikan perasaannya.
Apalagi disaat Lelaki yang ia cintai ini, jatuh sakit. Jika memang penyebab Iqbaal sakit karenanya. Tentu saja membuat (Namakamu) merasa bersalah.
"Maafin aku ya kak.."
Iqbaal memejamkan kedua matanya disaat kepalanya berputar hebat. Ia meringis kecil namun ia berusaha untuk bersikap baik-baik saja. Tentunya dengan senyuman palsu. "Jangan nangis sayang, kakak nggak apa-apa.."
(Namakamu) menelan salivanya ketika ia mengingat dengan kejadian sebelumnya. Kalau aja.. k-kalau aja aku muncul nggak lagi---"
"Dek, udah sayang.. jangan ngomong yang macem-macem yah? Kakak kayak gini bukan karena kamu, Ini.. Ini memang pure aku yang kecapean aja."
(Namakamu) terdiam dengan wajah yang tertunduk.
"Dek.." (Namakamu) menatapnya. "Jangan pergi lagi ya? Kakak gamau kehilangan kamu lagi,"
(Namakamu) menatap sendu pada Iqbaal. Wajah suaminya itu terlihat sangat pucat dan mata yang memerah.
Tak lama Lara muncul dengan Denita. Ketika baru memasuki ambang pintu. Lara terdiam melihat Iqbaal yang sedang bersama (Namakamu). Kedua alisnya bertaut seakan menyimpan rasa kesal.
Lara berbalik hendak pergi namun Denita mencekalnya. "Iqbaal juga suami kamu, Ra."
Lara terdiam tak lama ia mengangguk dan tersenyum tipis. Iapun kembali melanjutkan langkah, sementara Denita hanya mengantarkan Menantu KEDUAnya itu.
Lara berdehem. "Mas.."
(Namakamu) lantas menoleh, Oh. Ternyata Lara datang. Ia tersenyum simpul pada Lara. Begitu juga Lara. Ia sedikit melipir untuk memberikan tempat pada Lara.
"Gausah bangun mas, Tiduran aja.."
(Namakamu) terdiam. Tiba-tiba perasaannya menjadi canggung ketika ia berada diantara Iqbaal dan Lara. Bisa kalian bayangkan?
"Kalau.. K-kalau gitu, aku keluar dulu ya?" Tentu saja niatannya ini dicekal oleh Iqbaal. Suaminya itu menahan lengannya.
"Dek," iqbaal menatap dalam pada (Namakamu). "Disini aja."