Bab 16 : Kembar Baru #1 (Rana & Rani)

46 12 1
                                    

RANI POV


Tak ada yang bisa mengubah takdir bahwa masa liburan semester harus berakhir hari ini. Pun kami harus menghadapi nasib baru yang tidak rela untuk dihadapi.

"Ah... Rani, kita harus bagaimana nih? Huhu...,"

Aku terdiam. Jadi begini rasanya menjadi siswa reguler. Setiap kali naik kelas, maka kelas pun akan diubah secara acak. Aku sudah melihat di papan pengumuman di depan ruang guru. Mulai sekarang aku resmi menjadi siswa kelas XI IPA-3. Aku masih belum menemukan kelas baru sejak menyelesaikan daftar ulang dua hari sebelum hari pertama semester baru. Jadi ketika baru sampai di sekolah hari ini, aku hanya berdiri seperti orang kebingungan di depan ruang UKS sampai saat ini.

Dan mungkin saja aku harus bersama orang-orang baru mulai sekarang. Teman-teman lamaku akan... pergi.

"Gue baru tau kalau kak Ros kita sudah beda kelas. Dan lo tau, Rani," Yani menatap diriku dengan wajah muram, "Sandi juga beda kelas sama lo."

Itu kabar buruk yang tidak bisa aku hindari. Orang yang selama ini sangat menginspirasi diriku harus berpisah mulai dari sekarang. Aku benar-benar sedih ketika tidak bisa bertemu Sandi lebih sering.

"Jadi, ini berarti perpisahan kita sekarang?" tanyaku agak tidak terima.

"Memang lo masuk kelas berapa sekarang?"

"Kelas sebelas IPA tiga."

Seketika kedua matanya membulat. "Apa? Gue juga dapat kelas sebelas IPA tiga."

"Eh, jadi kita satu kelas dong?"

Sontak kami berdua saling menjerit bahagia, berpelukan sambil melompat-lompat girang. Satu kabar baik hadir untukku.

"Rani, kita ditakdirkan menjadi bestie for ever!" seru Yani kemudian.

"Besti? Nama yang keren. Ah setidaknya aku senang masih ditemani sama orang yang aku kenal."

Sesaat kemudian bel sekolah sudah berbunyi. Upacara akan segera dimulai. Daripada membuang-buang waktu untuk mencari kelas baru, kami titip tas sekolah ke dalam ruang UKS.

"Rani, apa sekarang lo benar-benar mundur dari PMR?" tanya Yani.

Terkait rencanaku keluar dari PMR, sebenarnya itu hal yang sangat memalukan.

"Sebelumnya aku dimarahi sama pembina ekskul PMR. Katanya aku seperti anak kecil yang seenaknya membuat keputusan. Memalukan sekali. Jadi," Aku tersenyum, "aku tidak jadi keluar dari PMR."

"Nah, begitu dong! Lo harusnya nggak bikin keputusan aneh-aneh kalau ada masalah. Mulai sekarang," Yani merangkul diriku dengan santai, "gue bakal jadi garda terdepan kalau lo ada apa-apa. Gue serius, Ran!"

Aku tersenyum haru mendengar keseriusan dia. Yani memang sahabat yang tidak ada duanya.

"Satu lagi," Dia menunjuk wajahku, "lo udah gak pakai kacamata dan masker aneh-aneh lagi. Itu kemajuan paling bagus, Rani"

Andai saja Sandi masih bersama—satu kelas—dengan kami berdua, dia pasti senang aku menuruti sarannya.

---R&Я---

Upacara hari ini berlangsung lebih meriah dari biasanya karena itu juga merupakan pembukaan kegiatan masa pengenalan sekolah untuk para siswa baru kelas sepuluh SMA, kelas tujuh SMP, dan kelas satu SD. Petugas upacara juga dari anggota yang ikut ekskul Paskibra—baru tahu ada nama itu. Adapun pelepasan tiga ikat kumpulan balon yang diterbangkan ke angkasa. Aku sampai lupa bagaimana acara serupa saat aku jadi siswa baru tahun lalu—karena momen bahagia itu kacau sejak bertengkar dengan Rana waktu itu.

Truth for TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang