Bab 31 : Ada Apa Rani? #2 (Rana)

14 2 0
                                    

RANA POV


Mau tidak mau, aku dan Arika harus menyampaikan apa yang sudah kami dapatkan kepada teman baiknya Rani.

"Ah, gimana nih?" Si cempreng semakin cemas. "Masa' Rani gak satu keluarga sama nenek dan abangnya? Pasti dia syok banget."

"Gue bertaruh, orang gak kenal yang sempat kita temui di rumah Rani, pasti Rani ngiranya orang itu bokap dia," timpal Arika. "Orang itu mungkin langsung ungkapin kalau Rani bukan anaknya. Habis itu Rani kabur dari rumah."

"Terus nenek sama abangnya Rani kemana? Pergi juga?" tanyaku.

"Yani, lo udah coba telpon abangnya dia nggak?" tanya Arika pada si cempreng. Namanya Yani.

"Udah kak. Tapi gak diangkat-angkat." Yani menunduk sedih.

Kami berdua ikut menunduk. Sepanjang koridor kelas terlihat lengang pada jam istirahat pertama ini. Sesaat aku berpikir, lucunya masalah yang timbul kali ini. Maksudku, yang lucu dari waktu kejadian timbulnya masalah. Pertama kak Yuno hilang seminggu lebih. Setelah orang itu ditemukan kembali—kata orang—giliran Rani yang hilang.

"Kira-kira kak Yuno tau gak ya soal hilangnya Rani?" ucapku kelepasan.

"Mending gak usah kasih tau dia deh," balas Arika. "Kasihan soalnya, habis kena tekanan batin juga."

Yani mengangguk menyetujui. Kami tidak punya ide lain lagi setelah itu.

Namun entah mengapa aku merasa punya keinginan bertemu dengan Yuno. Mereka semua tidak tahu dimana tempat tinggalnya sekarang kecuali aku. Sepulang sekolah aku berencana akan pergi kesana. Namun aku harus minta izin Arika terlebih dahulu.

"Lo ada janjian ke tempat lain ya?" tanyanya setelah kami meninggalkan kelas Rani.

"Um, iya. Lo gapapa 'kan gue pulangnya naik ojol?"

"Ya gapapa sih kalau lo punya duit buat ongkosnya. Tapi, lo inget gak jalan ke rumah gue?"

Aku mengerjap. Benar juga, aku baru dua hari lebih menginap di rumah Arika.

"Memang lo janjian kemana?" tanyanya lagi.

"Um, rumah sakit, tempat waktu lo ketemu gue yang sempat ngilang itu."

Arika mengangguk paham. "Oke, oke. Gue ikut lo kalau gitu."

"Aduh, jangan deh. Apa gak bisa kasih... share loc rumah lo kek?"

"Lo mau janjian sama siapa?"

"Temen gue lah. Siapa lagi?"

"Siapa hayo?" Dia mulai curiga. "Lu punya teman yang lagi masuk rumah sakit?"

"Ada deh," Tentu saja aku tidak akan menyebut ingin bertemu Yuno. Namun aku harus berpikir keras. "Lo tau cowok yang kemarin nyamperin gue pas baru masuk kemarin 'kan?" Aku merujuk pada teman sekelas bernama Zako.

"Oh, iya ya. Lo sempat takut masuk kelas sampai akhirnya ditemenin cowok itu."

"Nah betul. Dia teman sekelasku yang gue ajak janjian ke rumah sakit. Lo udah puas sekarang?"

Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Soalnya seingatku saudara kembarnya sedang dirawat di rumah sakit walaupun nggak tau tempat pastinya dimana. Kuharap aku bisa pergi dengan tenang tanpa ditemani Arika hari ini. Cuma hari ini.

---R&Я---

Sesuai yang direncanakan, aku sampai di lokasi rumah sakit diantar mobil ayahnya Arika. Aku pun mendapat kiriman lokasi rumah Arika ketika hendak pulang—aku masih menginap di rumah Arika, bukan di istana Mamaku yang jahat. Setelah aku pamit pada Arika hingga mobil yang mengantarku ke tempat ini kembali melaju di jalanan. Aku siap berbalik untuk mencapai tujuanku hari ini.

Truth for TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang