Bab 34 : Tak Mudah Ketemu (Rani)

23 1 0
                                    

RANI POV


Dua hari berselang, aku diizinkan bu Priyani keluar dari rumah besarnya. Saat ini aku kembali ke rumah sakit tempat Zaki dirawat. Sudah lama aku tidak menemui orang itu setelah yang sudah terjadi padaku berhari-hari lalu.

"Kau tak papa, kan? Aku dengar kau tak pergi sekolah hari-hari," tanya Zaki khawatir tak lama setelah aku masuk dalam kamar inapnya.

"Iya, aku gapapa kok. Harusnya aku yang tanya, 'kamu gapapa?'. Soalnya kamu juga nggak masuk sekolah berhari-hari."

"Kalau aku, entah. Tapi aku bosan kat sini lama-lama. Tiap pagi aku tak ada kawan kat sini juga, kena tunggu sampai abang balik lagi."

Saat ini masih pagi menjelang siang. Tentu saja yang lain masih menjalani aktivitas masing-masing. Saudara kembarnya Zako masih bersekolah, pastinya temanku yang lain juga sama termasuk Rana. Abangku ditugaskan jaga rumah besar bu Priyani. Aku sendiri pergi kesini diantar langsung sama bu dokter itu. Aku harap Yuno tidak menemukanku karena pada jam seperti ini dia pasti juga sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Gimana kalau besok kamu pergi sekolah? Aku juga berencana mau sekolah besok." Aku membujuknya.

"Kita pergi sekolah sama-sama?"

Aku mengangguk. "Tapi kamu sudah sehat apa belum?"

"Mesti lah. Aku dah sehat hari-hari lepas. Cuma abang tak boleh aku keluar mana-mana." Zaki merentangkan tangan lalu digerakkan asal hanya untuk menunjukkan kalau dia terlihat sehat.

"Kalau cuma jalan-jalan di sekitar rumah sakit juga gak boleh?"

"Oh, boleh kok. Sudah beberapa kali aku macam itu sama abang, dan beberapa suster juga. Jom pergi, aku juga penat duduk-duduk sini." Dia langsung turun dari ranjang sebelum aku sempat memperingatkan. Ternyata dia masih bisa berdiri tegak.

"Lah, terus alat infusnya gimana?" Aku khawatir dia sudah lepas suntikan infus di tangannya.

"Ah, sudah lama tak guna. Aku boleh makan minum langsung pakai mulut." Zaki mengulurkan tangannya padaku. "Jom pergi sekarang."

Akhirnya selama setengah jam lebih aku menemani Zaki jalan-jalan di sekitar area rumah sakit, tepatnya keliling koridor hanya di satu lantai. Dia bercerita banyak hal selama dirawat di tempat ini ditemani Zako seorang. Aku pun kembali bujuk dia agar mau masuk sekolah lagi, memberitahu bahwa teman sebangkunya, Feno, kangen sekali padanya karena terus saja duduk sendirian selama pelajaran. Bahkan ketika ada praktek kelompok terutama berpasangan, Feno selalu sendiri—tidak mendapat kelompoknya. Ya, kalaupun Zaki tidak boleh ikut jam olahraga sejak awal pertama ia masuk sekolah.

Sampai akhirnya kami berhenti sejenak di sebuah lorong yang mengarah langsung ke luar gedung seolah menjadi pintu keluar darurat. Meski dibatasi pagar setinggi leherku, kami bisa melihat pemandangan indah perkotaan. Sama seperti aku di lantai atap rumah bu Priyani. Kami pun memutuskan istirahat sejenak dan bersandar pada pagar itu.

"Rani, aku pernah jumpa kawan kau yang mukanya mirip itu," ucap Zaki.

Aku terkejut. "Benarkah? Itu Rana 'kan? Kapan kamu ketemu dia."

"Tiga atau lima hari lalu, mungkin. Ah, dia sama laki yang namanya Yuno."

Kejutan dua kali. "Kak Yuno juga? Berarti mereka berdua sudah tau tempat ini?"

"Entah, tapi aku rasa itu memang betul."

Benar, bu Priyani sempat bilang Yuno tinggal di asrama rumah sakit ini. Namun Rana? Jangan-jangan setelah aku menemukan dia di salah satu kamar asrama tempat ini, dia kembali lagi dan baru tahu si kembar Zako-Zaki juga ada disini.

Truth for TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang