9┆A QUESTION

620 106 4
                                    

Readeul pasti tahu cara menghargai seorang penulis, kan? ♡(◍>ᴗ<◍)♡

.
.
.

Chap 9 •
__________

“Hiks,” isakannya terdengar begitu pilu, mata sembab masih tertutup saat aliran sungai kecil terus seperti air terjun yang keluar melalui sudut matanya. Dadanya naik turun tidak beraturan. Suara burung hantu yang tersesat di pohon rindang sekitar rumahnya membuat bayangan semu semakin buruk.

Sampai ketika gestur tidak nyamannya membuat seseorang di samping yang tengah tertidur menjadi terusik, menyipitkan mata untuk berdaptasi dengan secerca cahaya bulan yang menginvestasi ruang tidurnya.

“Sayang.” Pipi Renjun ditepuk pelan sehingga membuat si empu terbangun dan memeluk tubuh Jaemin erat. Baju tidurnya mulai basah dengan air mata dan ingus. “Nightmare?”

Renjun tidak menjawab, tangisnya malah semakin menjadi, perasaan takut membuncah membayangkan mimpi buruk yang terkesan semu itu suatu saat menjadi kenyataan karena mengingat masa lalu yang begitu membuatnya trauma. Mimpi yang lambat laun akan menjadi sebuah kejadian yang akan menimpanya, dia telah mendapatkan spoiler terburuk dihidupnya.

Membiarkan suaminya terus menangis, Jaemin tetap berusaha memberikan usapan penenang dipunggung sempit itu yang masih saja bergetar. Ia sudah berkali-kali mendapati suaminya yang bermimpi buruk saat malam hari dan mengetahui ekspresi Renjun yang akan memeluknya erat untuk mendapatkan ketenangan.

Namun kali ini berbeda, maksimal Renjun menghabiskan waktu setengah jam untuk tertidur kembali dan mencoba melupakan mimpi buruk sedangkan malam ini dirinya mengatakan tidak ingin menutup mata sampai pagi tiba. Sehingga kantung mata terlihat membesar.

“Aku akan mengatakan pada Jisoo untuk tidak masuk sehingga bisa menemanimu seharian penuh,” ujar Jaemin dibalas anggukan pelan. Ia jadi begitu penasaran apa yang ada di dalam mimpi buruk sehingga Renjun tumben sekali mengijinkannya untuk tidak masuk bekerja.

“Setidaknya kita harus tetap mandi kan untuk memulai hari?” Jaemin ingin beranjak dari kasur dan pelukan Renjun mengerat seperti ada lem kuat diantara keduanya. “Mandi bersama?”

“Ung,” gumam Renjun menyembunyikan wajah diceruk leher Jaemin yang telah menuju kamar mandi.

Satu kata untuk Renjun hari ini, aneh.

Iya, Renjun benar-benar aneh karena sudah dua kali menuruti hal yang biasanya akan ditolak mentah-mentah atau bisa juga Jaemin harus merengek seperti bayi baru diijinkan.

Selesai mandi Renjun membiarkan suaminya untuk memperlakukan seperti bayi. Mulai dari mengeringkan badan sampai memberikan bedak dipipi tembamnya. Jaemin merasa ini adalah sebuah peristiwa yang akan selalu dikenangnya dan menceritakan kepada Naren suatu saat supaya anaknya itu akan mengerut karena merasa jealous.

“Naren dan Minjeong mungkin sudah menunggu di ruang makan, ayo sebelum mereka mulai tak sabar.”

Mendengar nama perempuan itu membuat Renjun menunduk.

“Hei, ada yang salah dengan ucapanku?”

“Tanggal berapa ini?”

“Lima belas bulan satu. Kenapa?”

Renjun terdiam sejenak, awal mimpinya terjadi saat tanggal tiga puluh bulan tiga. Saat dimana dia mulai diabaikan oleh suaminya sendiri dan malah menjawab panggilan dari perempuan lain, sampai sebuah perpisahan yang Renjun pikirkan, bahkan dirinya masih mengingat jelas bagaimana wajah ketakutan Naren yang tak sengaja ia bentak. Dan kejadian Donghyuck mengajaknya untuk makan malam bersama sebagai bentuk perayaan atas pembukaan restoran baru oleh suaminya selaku Lee Company, yaitu Jeno Lee.

Bad Sub (2) [JaemRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang