Aroma manis nan gurih menyeruak begitu dentingan oven terdengar. Seorang gadis berlari kecil menuju dapur, buru-buru mengambil serbet dan sarung tangan tebal. Matanya mengintip kaca oven untuk memastikan kue buatannya tidak gosong dan gagal. Senyumannya sumringah saat ia mendapati kue buatannya berwarna coklat matang.
"Sudah jadi?"
Seorang pemuda dengan mata sewarna rubi memperhatikan [name] dari ujung ruangan seraya melipat tangan. Senyumannya terlihat lebar saat matanya mendapati gadisnya sedang mengeluarkan kue yang baru saja matang.
"Enak banget langsung tanya begitu, kamu sama sekali tidak bantuin aku 'kan?" [Name] mengkritik seraya berkacak pinggang.
"Hei! Mana bisa begitu, aku yang beli bahan-bahan kuenya kemarin sebelum pergi ke kampus. Otomatis aku mendapat jatahnya dong?" Pemuda itu protes dengan wajah muram.
[Name] terkekeh geli melihat raut wajah kasihnya yang merajuk. Ingin rasanya ia tertawa hingga gempa bumi, namun sepertinya sebelum itu terjadi Ace akan mengambil paksa kuenya dan melahapnya sendiri.
"Baiklah baiklah, kau akan dapat bagiannya tapi harus dibagi-bagi untuk stock musim gugur nanti." [Name] tersenyum lebar seraya melepas sarung tangan tebalnya dan menyiapkan tiga buah toples.
"Okay, berapa banyak jatah untukku?"
"Setengah saja kok"
"Loyang?" Ace tersenyum lebar saat mendengar jawaban [name]. Bagaimana tidak, setengah loyang itu cukup banyak untuk kue-kue kecil dengan rasa vanila dan coklat ini.
[Name] menggeleng kecil, tangannya mengambil salah satu kue dan memotongnya menjadi dua. "Tentu saja setengah potong," salah satu bagian kue ia suapkan pada Ace untuk dimakan, "cukup kan?"
Ace semakin cemberut melihat senyuman lebar penuh kepuasan dari [name]. Namun walau begitu ia tetap saja memakan potongan kue yang diberikan gadisnya tanpa bicara.
"Cukup kalau ditambah es krim vanila yang kemarin kamu beli." Ace menyeringai, membalas keusilan kekasihnya.
Mendengar hal itu [name] buru-buru menyetujui kesepakatan sepihak dengan Ace. "Oke, setengah loyang."
Mana bisa ditawar begitu kalau sudah menyangkut es krim vanila favorit nya. Dua jam lamanya ia mengantre panjang hanya demi mendapatkan es krim eksklusif yang hanya tersedia tiap minggu pertama awal musim. Kalau bisa diumpamakan, menunggu es krim ada di genggaman tangan sama seperti menunggu anime favoritnya mendapatkan musim baru.
"Ngomong-ngomong tumben sekali jam segini sudah pulang dari kampus."
Yang ditanya sibuk memindahkan kue-kue kering sebanyak setengah loyang kedalam toples kaca berukuran sedang. Sebuah pemandangan yang biasa [name] amati setiap ia pulang ke apartemen ini dan membuat kudapan. Herannya pemuda dengan surai sewarna kayu muda itu selalu saja mengetahuinya.
"Kelasnya diganti besok," ia menjeda ucapannya sejenak dan fokus pada penataan kue kering di dalam toples, "[name] sendiri 'gak kerja hari ini?" Tanpa melihat sang puan pemuda itu bertanya demikian.
"Ambil cuti sehari, pengen istirahat aja." Sama dengan sang tuan, [name] fokus pada pekerjaannya merapikan meja sisa memasak dan mengumpulkan perabotan.
Umur mereka tidak terpaut jauh, hanya dua tahun saja. Untuk pertanyaan mengapa mereka bisa bersama, itu karena sebelumnya [name] adalah kakak tingkat di kampusnya Ace. Gadis itu menyelesaikan studi dengan cepat hingga bisa lulus lebih dulu dari waktu yang seharusnya.
Ace menghentikan kegiatannya sejenak, menatap [name] yang hendak mencuci kain lap. Tanpa gadis itu tahu, pemuda itu sudah berdiri di belakangnya.
"Tunggu sebentar," Ace melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang [name] dan menempelkan tangan satunya pada dahi sang puan, "kau tidak sakit kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer [Twisted wonderland] || Heartslabyul
Hayran KurguIni hanya tentang sebait kisah, yang pernah kualami bersama mereka. ©Disney and Aniplex